Pengalaman Berharga Sepupuku (1)

2 0 0
                                    

"MENGGAMBAR lagi menggambar lagi," gerutu Nayla dengan muka masam.


Pelajaran yang sebagian besar anak-anak menyukainya, justru sangat tidak disukai oleh Nayla. Baginya, menggambar adalah sesuatu yang membosankan, tidak menarik, dan tidak ada manfaatnya. Berbeda halnya pelajaran Matematika, IPA, dan IPS. Tentu, karena Nayla selalu mendapat nilai mendekati sempurna dan terbaik di antara teman-temannya.Sore ini Nayla kesal. Ia lagi-lagi mendapat tugas menggambar tentang cita-citanya. Ia ingin menjadi seorang dokter. Selain karena Mama dan Papanya berprofesi sebagai dokter, beberapa waktu yang lalu ia mendapat juara dalam ajang pemilihan dokter kecil. Namun, jangankan menggambar seorang dokter yang tengah memeriksa pasien, menggambar bunga saja peyot di mana-mana. Nayla selalu jadi bahan ejekan teman-temannya karena kelemahannya itu.


"Aha...." Nayla kemudian mendapatkan ide cemerlang."Ma, Mama bilang semua foto Mama waktu kecil sudah tidak bersisa karena musibah kebakaran, ya kan?" tanya Nayla mendekati Mama yang sedang membaca buku."Yap betul, terus?" tanya Mama."Nay ingin tahu wajah Mama waktu kecil seperti apa, Mama kan pintar menggambar. Mama gambar ya," pinta Nayla."Kebetulan Mama sedang tidak begitu banyak pekerjaan, jadi bolehlah," jawab Mama."Tapi gambarnya Mama pakai seragam dokter ya, seperti pekerjaan Mama sekarang," jelas Nayla."Jadi cita-cita Mama waktu kecil nih?" tanya Mama.Nayla mengangguk."Nay, Nay... Kamu aneh-aneh saja," ujar Mama tanpa curiga.Nayla tersenyum riang, ia terpaksa berbohong pada Mama karena jika jujur pasti Mama akan memaksanya untuk menggambar sendiri. Kini Nayla tidak lagi khawatir dan memikirkan hari esok, dan saatnya ia tertidur pulas.***

bersambung......

This StoryWhere stories live. Discover now