cerita humor (2)

3 0 0
                                    


Dukun

Seorang dukun sedang beraksi di depan sejumlah pengunjung di sebuah desa, mempromosikan kemampuannya untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Bapak lumpuh ya? Nama Bapak siapa?" tanyanya menghampiri seorang lelaki setengah baya yang memakai tongkat di kedua tangannya.

Saya Pak Akhmad. Waktu muda saya mengalami kecelakaan dan sejak itu saya harus menggunakan kedua tongkat ini untuk berjalan," jawabnya.

Naiklah. Silakan Bapak naik kepanggung dan berdiri di belakang layar. Saya akan menyembuhkan Bapak," kata si dukun sambil membimbing Pak Akhmad menaiki panggung. Kalau Bapak namanya siapa?" tanya si dukun kepada penonton yang lain. "Sssa... ssaaaya Pppak Du·dduuung," jawab yang ditanya yang ternyata gagap. Si dukun pun mempersilakan Pak Dudung untuk naik panggung dan berdiri di balik layar. Dia kemudian mengangkat kedua tangannya ke depan wajahnya dan mulai komat-kamit membaca mantra-mantra. Begitu selesai membaca mantra, si dukun berteriak," Pak Akhmad buang tongkat yang kiri!" Terdengar suara tongkat jatuh. "Sekarang buang tongkat yang kanan!" perintah si dukun. " Pak Dudung, ceritakan

apa yang terjadi!" tambahnya. ppak Akh.. Akhmad ter... terjungkal."

Gara Gara Kentut

Helmy kalut, agenda yang sudah direncanakan jauh-jauh hari gagal karena kentut. "Sial sial sial, kenapa gue gak bisa nahan kentut."

Di sebuah restoran bintang empat "Tongkol Resto" Helmy bekerja sebagai koki. Sudah hampir dua bulan Dia menggeluti profesi barunya, sebelumnya Dia membantu kakaknya menjual ikan tongkol di pasar dekat rumahnya.

"Berapa bang 1 kotak tongkolnya?."

"15.000 pak," jawab Helmy.

"Waaah, gak bisa kurang bang?," tawar si pembeli. "Saya mau beli banyak nih, ntar langganan di sini juga."

Preeeeeeet preeeeeeet preeeeeeet. Bukan jawaban yang diberikan, malah kentut panjang mirip-mirip klakson bus yang keluar.

"Aduh... aduh... maaf pak maaf, saya tidak sengaja," pinta Helmy.

"Hahahaha, iya iya bang"

"Saya sulit nahan kentut pak."

"Kok bisa gitu bang?."

"Ga tau pak, udah bawaan hehehe." "Itu juga yang bikin saya sulit cari pekerjaan."

"Emang Abang pengen kerja apa?,"

"Sebenarnya saya pengen jadi koki pak."

"Abang bisa masak?."

"Bisa pak."

"Kalau gitu Abang datang saja ke restoran saya, kebetulan kami membutuhkan koki tambahan."

"Benar pak?,"

"Hehehe iya bang, tapi nanti dicoba dulu masakannya."

"Siaaap."

Gara-gara kentut akhirnya Helmy diterima di restoran bapak pembeli tongkol yang ternyata pemilik restoran.

1 Maret, bukan sekedar tanggal biasa yang nempel di almanak. Bagi Helmy hari itu bisa sebanding hari valentine, sederajat hari proklamasi, setara hari kemerdekaan.

Bagaimana tidak, pada tanggal itu Helmy akan benar-benar merasakan kasih sayang suci yang disahkan negara juga agama, memproklamirkan kemerdekaannya dari status jomblo yang sudah disandang 29 tahun.

"Saya nikahkan Zidny Ilma Nafiah binti Soekartono dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas 13 gram dibayar tunai," ijab pak penghulu mantap dan pasti.

Preeeeeeet preeeeeeet preeeeeeet.... Bukan jawaban qobul diucapkan, eeeeh malah kentut diserahkan. Sontak orang-orang yang ada di situ tertawa, tak terkecuali bapak penghulu juga calon mertua Helmy.

Setelah capek tertawa, prosesi ijab qobul diulang. Memang sudah nasib, kalau pepatah bilang "jangan sampai terperosok ke lubang yang sama!" lha apalah daya kalau lubangnya ada di mana-mana. Kejadian serupa terulang di prosesi ijab qobul kedua, ketiga dan kesekian kalinya.

Akhirnya gara-gara kentut acara sakral bagi Helmy ditunda untuk waktu yang belum bisa ditentukan.

SEKIAN

This StoryDove le storie prendono vita. Scoprilo ora