Pengalaman Berharga Sepupuku (2)

5 0 0
                                    


SEPANJANG malam Nayla memimpikan Ibu Mariana yang memberikan nilai sempurna pada gambarnya. Teman-temannya pun bertepuk tangan bangga, hingga Nayla terbangun dan jarum jam sudah menunjukkan pukul 06.00.

"Aduh Nayla, maafin Mama. Semalam Mama membuatkan gambar yang kamu minta, Mama kesiangan dan terlambat membangunkanmu," ucap Mama.

"Nggak apa-apa, Ma," ujar Nayla sambil meraih handuk dan segera mandi.

Nayla pun hanya punya waktu meminum segelas susu tanpa sarapan. Ia tidak ingin terlambat di pelajaran Ibu Mariana. Benar saja, lima menit setelah ia datang, Ibu Mariana sudah menuju kelas.

Ibu Mariana meminta ketua kelas untuk mengumpulkan pekerjaan menggambar di meja guru. Setelah itu, satu per satu dari anak-anak dipanggil untuk kemudian menceritakan tentang gambar masing-masing. Ada yang ingin jadi pilot, guru, masinis, perawat bahkan artis. Kini giliran Nayla yang maju.

"Teman-teman, kalau aku besar nanti aku ingin jadi dokter. Dokter itu tugas yang mulia karena membantu orang yang sedang sakit. Ada macam-macam dokter di rumah sakit, dan Nayla ingin menjadi salah satunya. Nayla ingin jadi dokter gigi," ujar Nayla bersemangat.

Namun bukannya tepuk tangan, beberapa temannya justru terlihat menertawakannya. Padahal, menurut Nayla, tidak ada yang lucu pada ceritanya.

"Nayla ingin jadi dokter gigi?" tanya Ibu Mariana.

Nayla mengangguk mantap.

"Tapi kenapa Nayla menggambar seperti ini?" tanya Ibu Mariana sambil menunjukkan gambar Nayla yang terpajang di papan tulis.

Tampak di buku gambarnya, seorang anak kecil dengan baju dokter memegang patung organ dalam manusia, ada jantung, hati, dan paru-paru. Nayla tersentak kaget.

"Itu bukan punya saya, Bu," protes Nayla.

Bersambung....

This StoryWhere stories live. Discover now