3

2.3K 323 1
                                    

Yeonjun baru saja akan mengambil shiftnya jika saja seorang wanita tidak segera menatapnya sinis seolah akan menerkamnya diperjalanan. "Ketemu juga, kau, anak nakal."

Pemuda itu menghela napas berat. "Ada apa?"

"Jangan bersikap tidak sopan begitu, bagaimanapun aku ini lebih tua."

Keduanya kemudian masuk ke restoran lain yang berada sekitar 5 blok dari tempat Yeonjun bekerja paruh waktu. Diam diam ia mengirim pesan pada pemilik kafe tempatnya bekerja bahwa ia akan telat beberapa waktu karena ada urusan mendadak.

Wanita itu memesan dua porsi kudapan manis yang nampak mahal dengan dua gelas jus jeruk. "Makanlah," katanya.

Jelas saja Yeonjun enggan. Wanita ini-

"Tanda tanganilah, ini juga untuk masa depanmu, kau tau?" ia menyodorkan seberkas dokumen harta waris yang ditinggalkan oleh orangtua Yeonjun.

-pasti ada maunya.

"Tidak akan." ujar Yeonjun tegas. Wanita itu menatap tajam pada Yeonjun. Namun belum sempat ia menyampaikan kalimatnya, Yeonjun sudah terlebih dahulu berbicara.

"Dengar, aku tidak bodoh. Jika kau ingin menguasai harta orangtuaku tidak masalah. Tapi kau juga ingin menguasai usaha yang telah Appaku bangun dengan susah payah -dan dengan cara kotor seperti ini. Benar benar tidak tau malu."

Butterfly (Soojun)Onde histórias criam vida. Descubra agora