09°

3.2K 518 90
                                    

[Beberapa tokoh dicerita ini dibuat dengan sifat dan watak berbeda dari aslinya, mohon maaf apabila tidak suka.]


Part 9

- Mark x Renjun -

.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Kisah ini dimulai, saat sepasang suami istri dan anak mereka yang baru berusia 10 tahun tiba-tiba datang ke apartemenku."

"Mama?" tatapan anak itu mengarah pada seorang wanita yang menyandang sebagai ibunya. Anak berambut panjang itu terus mencengkeram ujung baju ibunya. Wanita itu terlihat sedang membantu suaminya dalam bicara.

Seorang pria dengan jas hitam memberikan koper penuh uang pada pemuda yang juga adalah pemilik apartemen kecil dipinggir kota. Pria itu adalah Qian Kun muda yang dengan uang Warisanya mampu membangun sebuah gedung bertingkat tiga untuk dijadikan apartemen, juga tempat tinggalnya.

Kota kecil yang ramah memiliki populasi yang tak seberapa ketimbang Seoul, bahkan pinggiran kota hanya ditempati beberapa orang saja. Apartemen adalah salah satunya.

"Aku tidak bisa tinggal bersamanya lagi, kumohon bantulan aku untuk menyembunyikan jimat berhargaku."

"Tapi, dia manusia? Kau mau membuangnya untuk bisnismu? Dia anakmu sendiri pak!"

Kun sudah menolak lembaran uang itu, namun pria itu bersikeras memberikan dua kali lipatnya, asalkan anak lelakinya diperbolehkan tinggal disana. Entah apa tujuannya, namun ini seolah kasus pembuangan anak kandung, apakah seberbahayanya tinggal bersama anak mereka hingga membuangnya?

Kun memandang bocah polos berambut hazel yang sedang tersenyum ditengah raut cemas itu. Rambutnya adalah turunan dari ibunya, wajahnya pula, namun kedua bola mata indah penuh ambisi itu jelas berada pada sang ayah.

Kun mendekat kearah si bocah yang baru berusia 10 tahun itu.

"Namamu siapa?" tanya Kun.

Anak itu tersenyum, "Huang Lonjun!" ucapnya dengan mulut yang masih sulit mengucapkan R.

"Renjun, namanya adalah Huang Renjun.." ucap sang wanita yang kini mengelus surai anaknya.

Ayah dan ibu itu begitu malang, entah mereka berurusan dengan apa hingga membuat anaknya menjadi korban. Kun sendiri merasa sangat kasihan kepada bocah bernama Renjun ini.

"Jimat macam apa?" tanya Kun kembali menatap sorot gelap pria itu.

Ayah Renjun memijat pelipisnya, "Jimat dewa ◼◼◼ dewa harta."

Amarah naik sampai ke ubun-ubun Kun, seolah tubuhnya ingin sekali mencekik pria dengan ajaran sesatnya.

"Kau kira dia benda? Dia anakmu tuan Huang!" sentak Kun.

"Ini yang bisa kulakukan untuk kesejahteraanya dimasa depan. Dia tidak akan pernah menjadi anak normal tuan Qian, dia sudah dikutuk sejak lahir. Huang Renjun tidak akan pernah normal, dia akan menjadi bencana bagi siapapun yang mencintainya hanya dengan nafsu. Kamar yang akan ia tempati hanya akan dihuni oleh orang bermasalah, akan sulit untuknya hidup disana-karena orang itu akan memaksa Renjun untuk menjadi miliknya."

Dengan begitu, jelas sudah mengapa Renjun pantas mendapat gelar Jimat berharga. Semua orang yang dekat dengannya hanya akan membuatnya menjadi jimat untuk diri sendiri, perlindungan, pemuas dan lain sebagainya.

One's Place || Markren✔Where stories live. Discover now