18°

2K 309 19
                                    

Beberapa character bersifat OOC
(atau semua?)

.
.
.
.
Part 18
— Tekad dan Harapan —

[Mark x Renjun]

Kerlipan cahaya lampu jalan dari atas gedung terlihat indah, bahkan cahaya bulan terlihat redup saat jutaan lampu jalan juga lampu rumah dihidupkan. Udara malam kota metropolitan pun menurun sekalipun cahaya menerangi, lebih dingin dari tadi siang.

Persiapan itu berjalan matang, bagi sebagian orang yang bisa melihat indahnya kota Shanghai. Normal-normal saja apabila seorang penyelenggara pesta akan berisik pada malam hari, namun apakah normal bila suara-suara disana bukan merupakan musik, melainkan alunan suara tanpa irama, memekkakan dengan teriakan nyaring, bahasa aneh yang tak tercantum pada kamus manapun.

Aneh.

Sayangnya suara itu hanya didengar oleh sebagian orang yang terbiasa, ditempat itu Renjun masih mendengar bisikan-bisikan aneh, seolah memanggil jiwanya. Beruntung jiwa teguhnya masih meyakini bahwa bukan 'dia' melainkan 'ada yang lebih berkuasa' daripada 'dia' yang dijadikan sesembahan oleh keluarga sialnya.

Tekanan batin itu terasa sangat menusuk-nusuk raganya. Makin lama tubuhnya melemah dan bayangan pria itu tak membiarkan Renjun pergi, dia Mark. Bertahan hidup hanya untuk Mark, sekalipun Renjun tak yakin apakah pria itu masih bernafas sampai sekarang.

Baginya bertahan hidup dan keluar dari tempat ini, tak perduli nasibnya kelak dikota lain—dimanapun—asalkan dia bisa bebas dan pergi.

Hanya itu keinginan kecil dari Renjun, bebas dan hidup normal.

Netra kelam itu beralih tatap kearah wanita yang tengah dirantai tangan dan kakinya, wanita malang yang menjadi sandera tanpa alasan. Renjun tidak tau apa yang berhasil dilakukan 'mereka' pada orang ini kemarin, yang jelas mereka menyakitinya.

"Kak, anda baik-baik saja?"

Wanita itu mengangguk, namun tatapan datar itu bergeming dari ambang pintu, terlihat kosong dan menyakitkan.

"Besok.. Besok aku janji akan membawamu pada keluargamu, aku..."

Aku.. Aku harus bagaimana besok? Apakah pikiranku tepat?

Renjun tidak tahu cara untuk keluar, lantas bagaimana caranya untuk lari dari neraka dunia ciptaan ayahnya? Lantas bagaimana dia membawa wanita ini kembali pada keluarganya? Sebuah pertanyaan besar ditorehkan pada dirinya sendiri, pikirannya mulai ngaco dengan membayangkan tubuh mungilnya bisa lari dan melawan banyaknya blind soldier milik keluarganya.

Jangankan melawan, disentuh mereka saja tubuh Renjun sudah tak berkutik.

Aksi dalam pikirannya lenyap begitu deritan pintu terdengar, menampilkan pria tua yang membawa dua nampan makanan penuh gizi kedalam ruangan. Pria itu memberikan tatapan kasihan pada Irene, sekaligus memberikan tatapan penuh harap pada Renjun.

"Tuan muda, besok adalah harinya. Saya harap anda mampu tampil baik sebagai anak tuan besar..." ucap pria itu.

Menjadi anak?

"Apa maksudmu?" tanya Renjun.

"Besok adalah acara peresmian anda, karena anda adalah anak tunggal dari keluarga Huang. Karena tuan muda kecil sudah..." ucapan itu karena Renjun sebenarnya sudah tau kalau saja adik tirinya sudah tiada.

One's Place || Markren✔Where stories live. Discover now