14°

2.4K 358 34
                                    

Part 14

– Markren –

.
.
.
.
.
.

Author POV

"Aku berjanji..."

Berjanji apa? Dimana dia? Matanya seperti gelap. Suara siapa itu? Rasanya familiar di telinga pemuda bersurai hitam itu. Entah mengapa tubuhnya terasa sangat kaku, berapa lama dia terjebak dalam lingkungan gelap ini? Dua hari, tiga hari?

Ingatan terakhirnya? Nihil.

Walaupun dia tak mampu membuka matanya, ia masih terjaga—sepenuhnya sadar—dan merasakan perih yang teramat sangat ketika entah siapa itu, mengeluarkan lempengan besi dari tubuhnya. Ia sadar ketika seseorang susah payah mengangkatnya, setelah entah mengapa tubuhnya merasakan udara dingin.

Siapapun itu, dia harus berterimakasih. Karena ia masih hidup.

"Aku berjanji tidak akan meninggalkan, Huang—"

Siapa Huang?

Apa benda itu berpengaruh kepada kepalanya? Tidak, dia masih mengingat pria gelap yang menodongkan pistol, kemudian rasa sakit yang ia rasakan pada matanya, kemudian gelap. Huang? Ia tidak ingat.

"Renjun..."

Rintihan itu muncul, namun ia tak juga membuka matanya.

"Renjun, dimana..."


♦♦♦


Pria berjas hitam dengan senyuman semanis gula terkejut begitu mendengar rintihan kecil, suara parau itu muncul dari seseorang yang terbaring diatas Ranjang. Pria itu terkejut? Jelas karena ini adalah keajaiban.


Sangat jelas bahwa peluru itu menembus kepalanya, namun ia selamat.


Jung Jaehyun, pria yang susah payah membawa pemuda itu kerumah sakit. Setelah melihat ada seonggok tubuh manusia tergeletak dipinggir jalan, dengan luka-luka parah.  Jaehyun pula yang membawanya ke Rumahsakit terdekat, ia juga membiayai semua perawatan. Tidak perduli berapapun biayanya, yang jelas pria ini harus selamat.


Kata dokter, potensi selamatnya hanya 30% dan lihat sekarang? Jaehyun barusaja menemukan keajaiban tuhan.

"Dokter!" Jaehyun segera memanggil siapapun disana.

Seorang dokter datang, tertegun melihat gerakan dari sang pemuda.

"Dia hidup?"

Jaehyun mengangguk.

"Panggilkan dokter Irene!" suruh orang itu.

.
.
.
.
[🍁]
.
.
.
.

[Suatu tempat]

Dua bulan berlalu, meninggalkan bekas luka yang sangat dalam bagi pemuda kelahiran china itu. Manik kelabunya terus saja menatap kearah jendela raksasa dilantai dua, menatap jalanan sepi yang entah dimana. Rumah itu, seolah menjadi penjara baginya. Bukan mengenai bagaimana dirinya dilayani, namun siapa yang tinggal disana membuatnya lebih buruk dari pada kehidupan penuh sepinya.

One's Place || Markren✔Where stories live. Discover now