30

1.8K 124 17
                                    

Anyyeong chinggu..

---

Pagi ini, Sehun terbangun dengan kondisi yang lebih baik dibanding sebelumnya. Kepalanya sudah bisa diajak kompromi, tubuhnya yang semula terasa remuk kini sudah lebih bersahabat.

"Sehun, hari ini kamu sudah boleh pulang" ucap sang dokter, yang tadi sempat mengecek keadaan pasien tampannya ini. Setelah dokter itu selesai melepas infus di tangan Sehun ia tersenyum.

Sehun mengangguk pelan,

Kini ia sendiri, si tua bangka itu-Papanya-sudah berkelana di kantor bersama berkas-berkas yang indah. Dan Mama-nya tadi ia suruh pulang untuk beristirahat, walaupun tadi Mamanya sempat menolak tapi Sehun tetap mencoba meyakinkannya.

Sehun mulai kalut dengan fikirannya. Sudah hampir satu bulan ia tidak bersekolah, dan rasanya cukup membuat rindu. Terbilang lebay, tapi ada alasan mengapa Sehun merindukan sekolahnya. Kalian tahu kan, hanya Shesa yang dapat menjadi jawabannya.

Akhir-akhir ini, Sehun terus memikirkan Shesa, entah pagi ataupun malam Sehun terus terbayang wajahnya. Jam baru menunjukkan pukul 10.02 artinya jam sekolah belum berakhir. Dan sepertinya Sehun masih memiliki kesempatan untuk mengenyam waktu yang tersisa di sekolahnya.

Tak perlu pikir panjang, Sehun langsung turun dari ranjang yang telah memberinya tumpangan selama satu bulan ini. Ia langsung pergi dengan pakaian seadanya, berniat pulang ke rumah dan langsung kembali ke sekolah.

"Sehun! Kenapa kamu pulang ke rumah?!" tanya sang Mama khawatir sambil mencoba menopang tubuh Sehun yang terlampau tinggi dari nya.

"Mah, Sehun udah sehat, tadi dokter bilang Sehun boleh pulang" ucapnya datar

Mamanya bernafas lega, setidaknya Sehun memang terlihat biasa saja. Tidak seperti kemarin yang masih sering mengeluh sakit di kepalanya.

Mamanya hanya mengangguk dengan senyum di bibir yang menghiasi wajah cantiknya.

Tanpa di suruh, Sehun langsung meninggalkan Mama-nya. Beranjak pergi menuju kamarnya yang ada di lantai atas, mencuci wajah dan mengganti pakaian dengan seragam yang sudah sebulan tak ia sentuh.

"Mah, Sehun berangkat ya" ucap Sehun selagi mengancingi seragamnya yang diumbar keluar.

"Kamu mau sekolah nak?"

"Iya mah, Sehun bosen di rumah terus. Nanti kalau Sehun pusing, Sehun langsung pulang oke" ucapnya tak mau membuat sang Mama khawatir.

Ia mencium punggung tangan wanita yang dulu sempat ia benci, kemudian melambaikan tangannya sebelum keberadaannya mulai menghilang.

---

"Shesa, tolong bantu Dio kembalikan kamus ke perpustakaan ya" pinta Bu Rina-guru bahasa inggris yang sudah habis jam pelajarannya.

Shesa mengangguk malas.

Kenapa harus dia? Ada 28 anak laki-laki dikelasnya, tapi kenapa harus dia?

Oh, ingin rasanya ia mengumpat pada sang guru tercintanya ini.

"Heh, ayo cepetan!" ajak Dio, membuat Shesa dengan sigap membawa setumpuk kamus yang lumayan membuatnya kesusahan.

Pandangannya agak tertutup dengan tumpukkan kamus yang-menyusahkan-sangat banyak ini.

Berjalan pelan, hati-hati, sampai..

Brukk

Sial, Shesa lo sial banget hari ini, sial! Batinnya

Setumpuk kamus terjatuh berserakan di lantai, karena ia tak sengaja menabrak laki-laki bertubuh tinggi. Dan jangan lupakan tubuhnya yang juga terhempas cantik bersama kamus-kamus tadi

"Sa, lo nggak papa?" tanya Dio, kemudian membantu Shesa bangun dan mengumpulkan kamus yang berserakan.

Oh, rupanya laki-laki tinggi itu masih disana. Di tempat ketika Shesa menabraknya.

"Gue bantu" suaranya dingin, agak serak, dan Shesa seperti mengenal suara ini.

Shesa mencoba memandang wajah laki-laki ini. Dari atas rambutnya hitam pekat, di pelipisnya ada perban yang menutupi hampir seluruh dari alis tebalnya, bola mata itu coklat terang, hidungnya mancung, dan bibir itu..

Gila! Shesa sepertinya sudah gila,

Tidak, Shesa tidak salah, ia benar. Di depannya seorang laki-laki yang sangat membuatnya patah hati selama satu bulan ini, rindu, cinta, dan benci seketika bercamuk jadi satu di dalam dirinya. Jangan salahkan siapa-siapa disini karena semuanya memang sudah Tuhan yang mengatur.

"Kenapa? Gue tambah ganteng ya" ucapnya santai,

Shesa sadar, ia menatap laki-laki ini terlalu lama.

Sampai ia memutar bola matanya, dan kembali berjalan dengan setumpuk kamus yang tadi telah di rapikan oleh Dio.

Ngapain sih dia kesini?! Pergi aja sekalian, jangan balik-balik lagi!

Shesa mengepal tangannya kuat-kuat, ingin menangis tapi ia harus tahu tempat. Ingin teriak, oh ini sekolah tak mungkin. Yang ada dia hanya mengganggu teman yang lain.

"Sa, tunggu in gue ih" racau Dio, merasa ditinggal oleh temannya.

Shesa tetap berjalan, pandangannya lurus ke depan. Wajah nya berusaha datar walaupun hatinya sedang beradu kuis disana.

Perpustakaan tidak jauh lagi, tinggal selangkah lagi ia bisa mengembalikan kamus yang menyebalkan ini.

"Permisi bu, ini mau balikin kamus" ucap Dio, kemudian sang penjaga perpustakaan tersenyum.

Akhirnya mereka berdua kembali ke kelas, sebelum merasakan ada yang janggal.

Ah, laki-laki ini. Kenapa ada disini? Bersandar di pintu perpustakaan dengan bahunya yang menjadi tumpuan.

"Gue mau ngomong sama Shesa, lo bisa tinggalin dia gih" usir si laki-laki tinggi itu

Dio menatap malas, siapa dia bisa menyuruh seperti itu. Cih, dasar tak ada kerjaan pikirnya.

"Mau apa?!" ketus Shesa

"Mau kamu"






                      ---------------------------------------

Holaaa
Jangan lupa vote, komen, followw

Setelah semua selesai akhirnya aku kembali untuk kalian :)

Aku bakal bikin ff ini happy atau sad ending ya??? Gmn menurut kalian?

Byebye
@saya_sell

My Bad Boy × Sehun  [TAHAP REVISI]Where stories live. Discover now