Start of Something New

200 31 0
                                    

00.40

Ia menusuri jalanan sepi yang membelah hutan kecil dibelakang sekolah tua. Gemerisik gesekan langkah, pasir dan dedaunan kering mengiringi langkah kakinya. Setelah sampai diterowongan, ia menyalakan senter berbentuk pulpen untuk mencari sesuatu didindingnya. Setelah menemukan tombol kecil yang ditutup lumut. Ia segera menekannya, kemudian terdengar bunyi klik. Tanpa menunggu lama, pria itu masuk. Kemudian menuruni tangga yang mengantarkannya ke terowongan saluran pembuangan. Tikus - tikus itu tampak menyambutnya dengan suka cita.

Melewati jalan yang berliku tak membuatnya kesusahan. Kini ia sampai didepan pintu besi dengan relik Zeus didepannya. Sebelum ia pergi beberapa tahun lalu, ukiran pintunya masih Poseidon. Ia menempelkan ibu jari kesebuah layar dan suara otomatis menkonfirmasi kebenarannya. Tangan kekarnya menyibak poni yang menutupi wajahnya, layar mulai men scan wajah serta retina nya. Konfirmasi kedua serta ketiga berhasil. Setelah itu terdapat pertanyaan yang harus ia jawab.

"Ibunda Athena?"
"Titan Metis"
"Dewa kembar anak Zeus?"
"Apollo. Artemis"
"Istri Zeus?"
"Hera"

"Welcome to Korean Elite Special Force" kalimat itu berakhir dengan pintu yang terbuka.

Ia melenggang dengan bebas menuju ruangan yang dulu sempat menjadi kamar favoritnya. Ia mendapati seseorang tengah berbaring di ranjang seberang. Dari posisi tidurnya saja sudah terlihat siapa yang ada disana. Setelah meletakkan ranselnya, pria itu segera duduk diranjang partnernya dulu. Tangannya terulur untuk mengusap rambut anak laki - laki itu.

"Eungg. Eomma" sebutnya dalam tidur. Pria itu tersenyum.
"Gwaenchana. Gwaenchana. Appa watta" jawab pria itu singkat. Tangannya menepuk nepuk rambut abu - abunya bocah itu yang seketika langsung tenang. Tenggorokannya terasa kering, ia tak mendapati adanya air mineral disekitarnya. Pertanda jika ia harus pergi ke ruang makan utama pada waktu dini hari seperti ini.

Sepi. Satu kata yang yang menggambarkan suasana ketika memasuki ruangan divisi konsumsi yang beroperasi selama 24 jam itu.

Ia segera mendekat kearah lemari es. Berharap menemukan minuman dingin.

"Aku belum pernah melihatmu. Apa kau baru?" tanya seseorang padanya. Ia tak menjawab, mengambil sebotol infused water ditangannya dan menutup pintu kulkas. Ia sedang tidak ingin berkenalan, jadi ia memutuskan untuk keluar dari ruangan. Tangan pria yang sebelumnya bertanya itu menahan dadanya.

"Duguseyo?" tanyanya.
"Kau akan tahu besok" ia menepis tangan pria itu.
"Kau mata - mata ya?" pria itu setengah berteriak padanya.
"Nak. Aku sedang tidak mood untuk bermain" ia menjawab dengan santai sembari menangkis kepalan tangan yang baru saja mengarah padanya.
Pria itu berkali - kali meluncurkan serangan padanya dan ia sama sekali tak bergerak. Hanya terus memainkan botol minuman yang sedari tadi ia pegang untuk menanggapi permainan. Sebagai sentuhan akhir, ia memukul leher, tulang rusuk dan sedikit tendangan ditulang kering hingga pria itu berlutut.

"Apa yang terjadi? Jae Hyun? Uh huh. Prime Alpha Son? Hormat" seketika pria bercelemek itu mengangkat tangan kanannya ke pelipis.
"Ughh. Prime? Alpha Son?" pria bernama Jae Hyun itu memegangi lehernya yang sakit.
Shownu membuka tutup botol lalu meneguk infuse water yang tampilannya sudah acak - acakan. Ia mengangguk pelan, pertanda pria bercelemek itu sudah boleh menurunkan tangannya.
"Aku mau makan bubur abalon besok. Tolong siapkan ya Eric. Kau, Jae Hyun. Belajar lebih keras lagi baru bisa bermain denganku" Shownu tersenyum kemudian pergi meninggalkan Eric yang sibuk mengomeli Jae Hyun karena telah melakukan hal yang bodoh selama hidupnya.

Akankah hari - harinya berubah menjadi lebih berwarna dengan kembalinya ia ke markas? Who knows?

"Que sera, sera.
Whatever will be, will be" senandung Shownu sepanjang koridor.

RiseWhere stories live. Discover now