•EMPAT•

138 30 9
                                    



Shafa Pov

Keesokan harinya tepatnya di hari Minggu aku terbangun pukul 9 lewat. Lalu aku beranjak bangun, membersihkan badan ku dan memakai baju kaos dengan celana pendekku.
Aku memasak sarapan pagi ku yaitu nasi goreng, makanan favoritku.

Setelah sarapan aku merebahkan diriku ke kasur sambil melanjutkan membaca novel.
Setelah beberapa menit berlalu tiba-tiba.....




Drtt...drttt...drtt

Iphoneku berbunyi berarti ada yang menelfonku. Dan ternyata dia adalah...






















Tasya.

Aku pun mengangkat telfonnya.
"Halo, kenapa Tas" ucapku.

"Halo Sha, jumpain aku di Cafe X ya sekarang" kata Tasya.

"Memangnya mau ngapain?" Tanyaku.

"Ayolah Sha, datang sajalah ke sini sekarang ada sesuatu yang mau aku sampaikan kepadamu" ucapnya.

Aku menghembuskan nafasku pelan
"Baiklah aku siap-siap dulu" ucapku.

"Oke, dadaaah Shafa" ucap Tasya.
"Dadaaahh" ucapku.

Aku segera beranjak mempersiapkan diri menemui Tasya di cafe X dengan baju santaiku. Letak cafe itu ada di dekat apart ku dan juga rumahnya Tasya, jadi aku berjalan saja kesana.

~~~~~~~~~

Sesampainya aku mencari bangku yang didudukin Tasya dan dia langsung teriak-teriak memanggil namaku.
"Shafa.....Sha, disini" ucapnya sambil melambai-lambaikan tangannya memberitahuku.

Aku pun menghampirinya dan duduk dihadapannya.
"Hai Tas, sudah lama?" Tanyaku.

"Lumayan, aku sudah menunggu sekitar 15 menit yang lalu" ucap Tasya.

"Baiklah, apa yang mau kamu sampaikan" ucapku ketus.

"Weh, santai dong mbak jangan terlalu buru-buru, kita pesan makanan dan minumannya dulu oke" ucap Tasya.

Aku menghembuskan nafasku
"Hhmm, baiklah" ucapku.

Kami pun memesan makanan dan minuman kami masing-masing. Dan setelah pelayannya pergi baru Tasya mulai berbicara.

"Sha, kamu tau gak?" Katanya.
"Ya enggaklah kan kamu belum kasih tau" ucapku.

"Aku belum selesai ngomong Shafa" ucapnya serius.

"Oke oke" ucapku.

"Kemarin salah satu mahasiswi di kampus kita ada yang dibunuh dengan sadis Sha" ucap Tasya dengan histeris.

"Benarkah itu?" Tanyaku kaget.

"Serius Sha, ngeri sekali bukan"ucapnya
"Katanya dia dari jurusan sastra namanya kalau gak salah Liya, dia dibunuh dan bagian tubuhnya sudah tidak utuh lagi Sha, sadis sekali" ucapnya lagi  sambil bergidik ngeri.

"Iya, aku jadi takut" ucapku ngeri.

"Tapi aku yakin itu tidak akan terjadi ke kita Sha, selalulah berpikir positif dan perbanyaklah berdoa" ucap Tasya menenangkan ku.

Love and Psychopath Where stories live. Discover now