•DELAPAN•

117 24 5
                                    



Seminggu sudah berlalu semenjak kematian Tasya. Aku sampai sekarang masih berusaha buat mencari siapa yang telah membunuh Tasya. Selama seminggu ini aku tidak mendapatkan info apapun begitu pula dengan polisi. Sebenarnya ada satu orang yang aku curigain, Alvin?

Aku yakin sekali kalau yang bunuh Tasya itu adalah seorang psikopat.
Oleh karena itu aku memutuskan menyelidiki Alvin secara diam-diam.
Aku dengannya pun sekarang sudah semakin dekat, ya walaupun dia masih sering menyiksa ku. Tapi dia bilang dia menyiksa ku adalah tanda rasa kasih sayangnya kepada ku. Dasar aneh.

Aku hanya bisa pasrah atas apa yang dia lakukan kepada ku. Karena kalau aku melawan dia akan semakin parah menyiksa ku. Dia juga pernah bilang kalau dia sangat mencintai ku. Ntah aku gila atau enggak aku malah membalas mencintainya, ya walaupun aku tidak bilang ke Alvin.

Sekarang aku sedang di apartment ku, sedang memasak nasi goreng buat sarapan. Aku sekarang sedang libur kuliah karena selama seminggu kemaren aku telah melaksana kan ujian.

Saat aku sedang serius memasak, tiba-tiba sepasang tangan kekar milik seseorang melingkar dipinggang ku, memeluk ku dari belakang.

"Good morning sayang, sepertinya masakan mu enak" bisiknya dengan nafas yang menerpa leher ku membuat ku bergidik geli. Sesekali dia mencium leher ku.

"A-Alvin" ucapku pelan. Dia semakin menjadi menciumin leher dan tengkuk ku sampai meninggalkan bekas kemerahan di sana. Dia tersenyum melihat bekas di leher ku, membuat tanda bahwa aku adalah miliknya seorang.

"Nggh, Alvin aku sedang masak, kau mengganggu ku" cicit ku pelan.

"Hhmm, baiklah sayang aku tidak akan mengganggu mu" ucapnya seraya mengecup tengkuk ku sekilas. Lalu dia melepas pelukannya dan berlalu pergi ke ruang tv.

Aku menghembuskan nafas ku lega. Dan melanjutkan kegiatan memasak ku.

***

Setelah selesai memasak, aku membawa nasi goreng buatan ku ke meja makan dengan dua piring kosong. Alvin langsung datang ke meja makan karena tau aku telah selesai memasak. Dia duduk tepat di hadapan ku lalu dia menatap ku. Aku mengabaikan nya, langsung saja ku memakan sarapan ku.

Saat makananku hampir saja habis, aku melirik ke arah Alvin di hadapan ku dan mandapati dia masih sedang menatap ku. Aku jadi risih karena tatapan nya itu.

"Alvin, kamu kenapa gak di makan nasi goreng nya?" tanyaku sambil menatapnya.

Bukannya menjawab pertanyaan ku, dia malah bangkit dari duduknya menghampiri ku. Aku pun kaget, apa aku ada salah ngomong? Dia berdiri tepat di samping ku duduk lalu dia menarik tangan ku agar aku berdiri di hadapannya, dia menunduk mensejajarkan wajahnya dengan wajah ku.

"Bibir mu sungguh menggoda sayang" bisik di telinga ku dan di jilatnya telinga ku. Aku menolehkan wajah ku ke arah lain asalkan tidak ke wajahnya. Lagi dan lagi dia mencium leherku dan di gigit nya leherku membuatku kesakitan.

"Akkhh, Alvin sakit" ucapku. Aku rasa sudah ada darah mengalir di sana. Tak kuduga dia memegang dagu ku dan mengarahkan kembali wajah ku agar berhadapan dengan wajah nya.

Tanpa babibu lagi dia langsung mencium bibir ku dengan nafsu. Aku tidak membalas ciumannya. Alvin melumat dan menggigit-gigit kecil bibir ku.

"Balas ciuman ku sayang" ucapnya di sela-sela ciuman ini. Karena aku takut kepadanya, aku memilih mengikuti saja perintahnya dan ku balas ciumannya.

Saat kami sudah mulai kehabisan nafas, dia baru melepas ciuman kami. Aku mengambil nafas sebanyak-banyaknya. Dia menjilati leher ku yang berdarah tadi akibat di gigitnya. Dia memang sudah gila. Aku mengigit bibir bawah ku menahan perih.

Tiba-tiba dia menggendong ku, membawa ku ke kamar. Ntah apa yang mau dia lakukan. Aku hanya bisa bedoa meminta pertolongan kepada tuhan.

Dia merebahkan tubuh ku perlahan di ranjang lalu dia menindih tubuhku.

"A-Alvin, kamu ma-mau ngapain?" Tanya ku takut.

"Menurut mu" katanya dengan senyum miringnya. Dia menatap bibir ku. Lalu mendekatkan wajahnya. Aku segera membuang muka agar aku tidak diciumnya kembali. Tapi dia tetap mengecup pipi ku lama.

"Kau milik ku Shafa, ingat selamanya kau akan menjadi milik ku, seutuhnya" bisik nya serak di telinga ku.

"Tidak, aku tidak akan menjadi milik mu" ucapku sedikit membentak yang bodohnya aku malah menantangnya.

Dia mendekatkan wajah nya hingga tersisa tinggal 1 centi lagi. Dan menatap ku tajam.

"Kau jangan membuat ku marah sayang" ucapnya dengan penuh penekanan. Seketika aku pun mulai merinding ketakutan melihatnya. Kalau dia sudah mulai seperti ini, bisa-bisanya dia akan menyiksa ku lagi.

Aku lebih memilih menyerah saja.
"Baiklah, l am yours" ucapku pasrah.
Daannn.....





Cup

Dia tersenyum seraya mengecup bibir ku sekilas. Lalu dia bangkit dari atas tubuh ku.

"Aku pergi dulu sayang, mungkin aku akan kembali lagi nanti malam" Alvin mengecup kening ku.

"Bye sweetheart" Dan dia berlalu pergi.
Ntah apa yang dia lakukan di luar sana.
Mungkinkah dia membunuh? Ntahlah.

Suatu saat aku sebenarnya senang kalau dia pergi, kalau bisa dia tidak usah kembali lagi. Tapi suatu saat aku merasa kehilangan dan kesepian kalau dia pergi.

Sebenarnya ada apa dengan diri ku. Apakah aku benar-benar mencintainya?? Dan orang yang aku cintai adalah seorang psikopat??
Ohh, kau memang sudah gila Shafa!!





Vote and koment ;)

06 Juni 2019

Love and Psychopath Where stories live. Discover now