•EMPATBELAS•

93 16 7
                                    


Alvin menatap tajam Shafa yang saat ini menunduk tidak berani melihat tatapan mengerikan itu.

Brakk

Mendadak Alvin mengebrak meja di depan mereka yang membuat beberapa orang melihat ke arahnya dan bangkit. Ia menarik tangan Shafa kasar membawanya keluar gedung.

"Kita pulang sekarang" ucap Alvin.

Gadis itu meringis pelan karena Alvin mengenggam tangannya dengan kuat yang membuat kuku-kukunya melukai pergelangan tangan Shafa. Ia mendorong paksa Shafa masuk ke dalam mobil lalu duduk di kursi kemudi membawa mobil ini dengan kecepatan tinggi. Tubuh Shafa mulai bergetar karena takut melihat Alvin seperti ini.

"Al-alvin pelan-pelan" ucap Shafa terbata.

Alvin mengerem mobil mereka di pinggir jalan secara tiba-tiba. Dia memukul-mukul stir seperti orang gila, Shafa heran sekaligus ngeri melihatnya.

"Bisa diam gak" bentaknya.

Shafa terkejut mendengar bentakan Alvin, matanya mulai berkaca-kaca.
"Ka-kamu kenapa V-vin?" Tanya Shafa dengan gemetar. Alvin mencondongkan badan mendekat menghimpit Shafa di pintu mobil.

"Aku dah bilang sama kamu, kalau aku itu gak suka lihat kamu sama laki-laki lain sayang" bisiknya tepat di telinga Shafa. Dia mengedus-endus leher Shafa menghirup aroma wangi yang sangat ia sukai.

"Tapi ka-kami hanya bercerita saja" cicit Shafa.

"Aku tetap gak suka walaupun kalian hanya bercerita, apalagi kalau sama laki-laki tadi" kata Alvin dengan penekanan. "Dan sepertinya aku akan menghukum mu lagi sayang" lanjutnya.

Badan Shafa pun semakin gemetaran takut.
"Aku mohon jangan lagi" lirihnya memohon.

"Tapi tidak dengan menggunakan pisau" ucap Alvin dengan seringai yang mengerikan.

"A-apa?" Lirih Shafa. "Kita lihat saja nanti" bisik Alvin sebelum ia kembali ke posisinya melanjutkan perjalanan pulang. Shafa diam memikirkan apa yang akan dilakukan Alvin kepadanya nanti? Lama dia memikirkan itu hingga akhirnya gadis itu pun tertidur selama perjalanan.

Sekitar 10 menitan mereka pun sampai di rumah mewah itu. Alvin menoleh ke samping dan mendapati Shafa yang sedang tertidur pulas, Alvin menatap wajah polos Shafa selama beberapa menit. Seketika dia tidak tega untuk membangunkannya dan memutuskan untuk menggendong Shafa membawanya ke kamar dengan hati-hati. Dia merebahkan tubuh mungil itu dengan perlahan ke ranjang kemudian duduk di tepi ranjang menatap wajah cantik gadis yang sedang tertidur itu. Alvin menunduk mendekatkan wajahnya lalu mengecup bibir manis milik Shafa sekilas.

Ntah kenapa hasrat ingin membunuhnya mendadak muncul. Ia ingin meluapkan semua kekesalannya dengan membunuh karena melihat gadisnya tadi bersama laki-laki lain. Walaupun hanya sekedar berbicara tapi dia tetap tidak terima. Katakan dia egois.

Sebenarnya dia ingin menyiksa Shafa sekarang juga, tetapi karena Shafa tertidur ia menjadi tidak tega melihatnya. Akhirnya Alvin pun memutuskan untuk pergi keluar mencari mangsanya yang akan dibunuh dan sudah di pastikan nantinya tubuh orang itu tidak akan utuh lagi saat ditemukan. Alvin beranjak dari ranjang kemudian berjalan keluar dan anehnya, dia tidak mengunci pintu kamarnya.

Perlu diketahui, bahwa ternyata Shafa sedari tadi hanya berpura-pura tidur untuk menghindari siksaan dari Alvin. Ide yang cukup cemerlang. Dia segera membuka matanya dengan perlahan memastikan kalau Alvin sudah tidak ada lagi di kamar ini. Shafa berjalan ke arah pintu memcoba membukanya dan berhasil pintunya bisa dibuka.

Ini kesempatan emas, aku harus kabur dari rumah ini selagi si psikopat itu pergi. Batin Shafa. Dia keluar dari kamar dan menutup pintu dengan perlahan agar tidak menimbulkan bunyi. Shafa mengendap-endap bagaikan maling yang takut ketahuan untuk kabur. Ketika sudah sampai di depan pintu ia mencoba membuka dan hasilnya pun gagal, pintu ini terkunci.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 28, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Love and Psychopath Where stories live. Discover now