•LIMA•

121 25 8
                                    



Setelah kejadian itu, Alvin langsung mengobati luka di lengan ku akibat perbuatannya sendiri. Dia menyuruh ku duduk di pinggir ranjang ku, aku pun hanya menurutinya saja tidak berani membantahnya.
Alvin mengobati luka ku dengan perlahan-lahan dan hati-hati.

Setelah selesai, lalu dia membaringkan tubuh ku di ranjang dengan dia ikut berbaring di samping ku. Aku pun tidur membelakanginya.

Tak lama setelah itu aku merasakan ada yang memeluk ku dari belakang dengan tangannya yang melingkari pinggang ku dan itu Alvin tentunya.

Aku merasakan hembusan nafasnya di tengkuk ku dan itu membuat ku geli. Tak lama aku pun masuk ke alam mimpi ku.

~

~

~

~

~

Di pagi hari, Aku terbangun dari tidur ku dan aku merasa tidak ada seseorang lagi di samping ku. Aku pun melihat ke belakang ku dan benar saja Alvin sudah tidak ada. Ada rasa lega di diriku karena mungkin dia sudah pergi dari sini.

Aku pun bangkit dari tidur ku dan membersihkan diri. Hari ini aku tidak ke kampus karena dosen yang mengajar ku tidak masuk.

Aku ke luar dari kamar ku dan betapa terkejutnya aku ketika melihat Alvin berada di hadapan ku dengan wajah yang berdarah dan baju yang berlumuran darah.

Aku langsung menutup pintu kamar ku rapat-rapat dan ku kunci. Dia langsung mengedor-ngedor pintu kamar ku.

"Shafa buka pintunya atau gak aku dobrak sekarang juga" ucapnya dengan keras.

Tetapi aku tetap tidak membuka pintunya.
"Aku tidak mau, pergi kamu dari sini" ucapku dengan sedikit membentak.

Setelah itu dia berhenti mengedor pintu dan tak ada suaranya lagi. Tak lama kemudian tiba-tiba.....






Braakkk........

Pintu kamar ku berhasil di dobrak nya. Dengan muka yang mengeras ia melangkahkan kakinya dengan cepat lalu menghampiri ku dan menarik tangan ku , dihempaskannya tubuh ku ke ranjang dengan kasar.
Aku pun mulai ketakutan melihat nya seperti ini. Dia naik ke atas ranjang dan mendekatiku. Air mata mulai membasahi pipi ku.

Lalu dia menindih tubuhku dan menahan tangan ku di samping kanan dan kiri kepalaku, aku hanya bisa pasrah dengan menahan isakan tangis ku.

"Kau sudah membuat ku marah sayang" ucapnya sambil mengelus pipi ku.

"Ma-maaf" ucapku terbata dan pelan.

"Kamu pikir dengan kata maaf, aku akan memaafkan mu begitu saja" ucapnya dengan seringaian.

"A-aku menyesalinya, ...hiks...." ucap ku dan isakan ku pun keluar begitu saja dari bibirku.

"Kamu harus di kasih pelajaran sayang" ucapnya.
Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku menolak.

"Hiks...... ku mohon, jangan sakiti aku lagi" ucapku memohon.

Dia hanya menatap ku dalam, perlahan dia mendekatkan wajahnya dengan wajahku sampai aku merasakan hembusan nafasnya di wajahku. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu menempel di bibirku.

Dan...........astaga, ternyata dia mencium bibir ku.
Dia menempelkan bibirnya dengan bibirku, setelah beberapa detik dia mulai melumat bibir ku dengan pelan. Aku mencoba memberontak tetapi dia menahan tubuh ku, aku hanya bisa diam dan menangis tanpa membalas ciumannya.

"Akkhhh" tiba-tiba dia menggigit bibir ku hingga berdarah. Dan dia menghisap darah itu......astagaaa.

Dia melepas ciumannya dan menatapku.
"Manis" gumamnya pelan, tapi bisa ku dengar.

Setelah itu dia bangkit dari tubuhku dan mengeluarkan pisaunya. Aku semakin ketakutan dan tangis ku semakin menjadi.

"Hiks.....Aku mohon jangan lakukan itu .......hiks..., aku janji gak akan mengulangi nya lagi.....hiks" ucapku mulai bergetar.

"Tapi aku menginginkannya sekarang sayang", ucapnya dengan seringaian.

"Arrrgghhh" dia mulai menggores kaki ku, tangan ku, dan pipiku dengan pisau. Ya Tuhan, tolong selamatkan hamba!! ini sangat menyakitkan. Air mata ku pun semakin banyak mengalir di pipi ku yang berdarah. Aku sudah tidak tahan lagi.

Aku mendorong Alvin dengan sekuat tenaga. Dan berhasil, dia terjungkal ke belakang dan terjatuh dari ranjang. Aku pun mencari kesempatan buat lari dari sini, aku berjalan dengan terpincang-pincang.

Saat aku hendak meraih gagang pintu apartment ku, Alvin menarik tanganku dengan kasar dan didorong nya aku ke dinding hingga kepala aku terbentur cukup kuat. Kepala ku pusing dan pandangan ku pun mulai buram, pada akhirnya aku pun jatuh pingsan dan semuanya gelap.


Alvin Pov

Saat aku tengah menyiksanya, dia mendorong ku dengan kuat dan membuat aksi ku berhenti. Dia langsung lari keluar kamar, aku pun mengejarnya. Dia jalan terpincang-pincang dan itu membuat ku mudah buat mengejarnya.

Saat dia hendak meraih gagang pintu aku menarik tangannya dengan kasar. Lalu mendorong nya ke dinding dan aku melihat kepalanya membentur dinding.

Setelah itu dia pingsan di depan ku.
"Dasar gadis lemah" batinku.

Aku pun menggendong tubuhnya kubawa dia ke kamar, Ku baringkan tubuhnya dengan perlahan di ranjang. Ntah kenapa ada rasa penyesalan di dalam diri ku setelah apa yang aku perbuat kepadanya, tetapi aku tidak bisa menunda kepuasan ku. Aku memutuskan mengobati lukanya yang ku buat sendiri itu.

Setelah selesai, aku ikut membaringkan diri di sampingnya dan memeluknya erat. Menunggunya sadar dari pingsannya. Aku memandangi wajahnya dari samping "cantik" itulah kata yang keluar dari mulutku.
Aku mendekati wajahnya lalu ku kecup pipinya lama.

"Cepatlah sadar sayang" gumamku sambil mengelus rambutnya.





Jangan lupa Vote and koment :)

30 Mei 2019

Love and Psychopath Where stories live. Discover now