•TUJUH•

103 22 6
                                    



Disini lah aku sekarang, duduk di atas ranjang sambil membaca novel, kegiatan aku biasanya kalau lagi sendiri dan bosan. Sekarang telah menunjukkan pukul 8.30 malam.

Tiba-tiba aku memikirkan Alvin. Kemana dia sekarang? Kok dia belum balik kesini? Astaga dasar bodoh kau Shafa. Kau seharusnya senang dia sudah pergi dan tidak kembali, batinku.

Aku memilih merebahkan diri di kasur, bersiap-siap untuk tidur karena hari sudah mulai malam. Saat aku sudah mulai memejamkan mata ku,







Kreekk.......

Aku mendengar suara pintu terbuka, sepertinya itu Alvin. Aku membuka mata ku sedikit mengintip siapa yang masuk, dan ternyata benar dia Alvin. Ada rasa senang dan ada rasa kecewa di dalam diriku karena dia kembali. Dia menghampiriku aku langsung pura-pura tidur, aku merasakan sebuah kecupan lembut di kening ku.

"Good night, My Girl" ucapnya berbisik.

Setelah itu dia berlalu masuk ke kamar mandi. 10 menit telah berlalu aku mendengar suara pintu terbuka, dia keluar dari kamar mandi dengan baju kaosnya. Aku merasakan pergerakan di ranjang ku, dia merebahkan diri di belakang ku. Lalu dia memeluk ku dari belakang dengan erat, tak lama pun kami sudah masuk ke alam mimpi masing-masing.

💕💕💕

~

~

~

~

~

Alvin Pov

Aku masuk ke apartmentnya Shafa. Setelah aku masuk ke kamarnya, aku melihat dia sudah terlelap nyenyak. Aku menghampirinya mengecup keningnya, lalu aku membersihkan diri karena aku habis melakukan aksi ku biasanya, yaitu membunuh.

Habis itu aku merebahkan diri di ranjang sebelah Shafa. Aku memeluknya dari belakang, setelah sekitar 10 menit berlalu aku membisikkan sesuatu tepat di telinga Shafa.

"Maafkan aku sayang" ucapku berbisik. "Aku melakukan ini karena dia telah melihat semua kegiatan membunuh ku" batin ku.

Lalu aku pun ikut terlelap.



Shafa Pov

Aku terbangun dari tidur ku akibat masuknya cahaya ke dalam kamar. Aku mengerjap-ngerjapkan mata ku menyesuaikan penglihatan ku sehabis tidur.

Semalam aku mendengar bisikan Alvin saat aku hampir saja terlelap, ntah apa maksudnya dia mengucapkan maaf kepada ku.

Aku membuka Iphone ku dan mendapatkan berita tentang pembunuhan yang baru saja terjadi semalam, ditemukan satu mayat perempuan dengan tubuh yang sudah tidak utuh lagi.

Apakah Alvin yang melakukan ini? Kubuang pikiran ku itu jauh-jauh.

Setelah aku membaca nama orang yang telah dibunuh dengan sadis itu. Aku langsung terlonjak kaget gak nyangka dan mataku mulai berkaca-kaca.

Tidak mungkin? Gak ini gak mungkin terjadi? Bagaimana bisa? batinku. 

Ternyata orang itu adalah......





































Tasya, sahabat ku.

Tidaakkk??
Air mataku langsung banyak bercucuran dan terisak.

"Gak Tasya, kamu kenapa pergi secepat    ini.... hiks...., kamu kemaren baru saja...hiks... datang kesini, kenapa ini harus terjadi kepadamu...hiks" ucapku sambil terisak.

Aku pun langsung bangkit, pergi menuju rumahnya Tasya. Saat berjalan mau pergi keluar apartment ku.

"Hei hei, kamu mau kemana sayang" ucap Alvin sambil menghadang ku jalan.

"Kamu kenapa nangis hmm" ucapnya lagi sambil mengusap air mata ku.

"Ti-tidak, ini ti-dak mungkin" ucapku terbata.

"Hey, tenang sayang jelaskan kepada ku, ada apa?" Tanyanya lalu memegang kedua bahu ku.

"Ta-Tasya Vin, sahabat ku, di-dia udah meninggal....hiks.." ucapku dan air mata ku pun semakin banyak mengalir.

Alvin langsung memeluk ku erat menenangkan ku.

"Ssssttt..... tenanglah sayang, mungkin ini sudah saatnya dia pergi" ucapnya lembut dan pelan sambil mengelus-ngelus puncak kepala ku.

Aku menangis di pelukkan nya yang nyaman. Setelah tangisan ku mulai reda, dia melepaskan pelukkan nya lalu menangkup kedua pipi ku menatapku.

"Aku mau kerumahnya sekarang Vin" ucapku kepadanya.

"Baiklah akan ku antar" ucapnya. Lalu kami pergi menuju rumah Tasya.

~

~

~

~

Disini aku sekarang, berdiri sambil menangis di depan nisan sahabat ku satu-satunya. Hanya tinggal aku dan Alvin saja disini karena penguburannya  sudah dilaksanakan sekitar 2 jam yang lalu.

"Sayang, ayo kita pulang hari sudah mulai gelap" ucap Alvin di samping ku, menggengam tangan ku.

"Ya sudah, ayo" ucapku lemas.

Tetapi sebelum pergi aku berjongkok di depan nisan Tasya, sambil mengusapnya.

"Terima kasih Tasya, kamu sudah menjadi sahabat terbaik ku dari kecil, kamu yang selalu menenangkan dan menghibur ku saat aku lagi sedih, kamu yang selalu bisa buat aku tertawa dan bahagia, kamu yang selalu ada buat aku. Sekali lagi terima kasih banyak Tasya, kamu akan selalu menjadi sahabat terbaik ku" ucapku pelan dengan air mata yang menetes kembali.

Lalu aku berlalu pergi, balik ke apartment ku bersama Alvin.

"Selamat tinggal Tasya, semoga kamu tenang disana" batin ku.







Semoga suka episode kali ini :)

Jangan lupa vote and koment.

05 Juni 2019

Love and Psychopath Where stories live. Discover now