12. Jangan Takut, Ada Aku

3.5K 312 92
                                    

Seberkas cahaya yang masuk melalui celah jendela telah mengganggu kedamaian seorang pria mungil yang tengah tertidur, ia menggeliat dan tak lama matanya mengerjab, menyesuaikan cahaya sekitar. Yoongi menguap, ia baru teringat jika kini dirinya bangun bukan di kamar asrama biasanya, melainkan... ini rumah Pak Taehyung.

Ahh... mengingat itu Yoongi jadi malu.

Setelah pagutan mesra itu, Taehyung mengajaknya menuju paviliunnya saja. Tidak mungkin ia membawa pria itu ke asramanya, takut menganggu Hoseok. Lalu berakhirlah mereka di sini semalam, saling bercerita sambil berpelukan.

Aduh, pipi Yoongi memerah sekarang, diam-diam ia terkikik.

Dimalam yang dingin itu, mereka berbagi kehangatan dengan saling memeluk, merapatkan tubuh. Dagu lancip Taehyung bersandar di bahunya, mengecupnya sesekali, tangan Yoongi ikut menindih tangan besar Taehyung yang mengusapi perutnya. Yang Yoongi ingat, beginilah percakapan mereka:

"Pak Taehyung..."

"Yaa... kau masih memanggilku dengan sebutan Pak? Ganti, kita sepasang kekasih sekarang. Kau hanya berhak memanggilku Pak saat di kampus," protesnya.

"Umh... Mian, Taehyung-ah..."

"Nah, begitu." Senyum Taehyung terkembang, lalu mencium kilat bibir Yoongi.

Yoongi memerah malu, dia belum terbiasa begini. Berdehem sebentar, lalu ia bertanya sesuatu. "Tae, mengapa kau menyukaiku?"

"Apakah perlu kujawab?"

"Tentu."

Taehyung menghela napas, "Kau adalah orang yang mengerti diriku selain Namjoon. Tidak banyak orang yang mau meluangkan waktunya demi belajar bahasa isyarat hanya untuk berbicara padaku bukan? Dan kau, ku akui kau mahasiswaku yang terniat."

"Ya, kau adalah orang paling menjengkelkan saat menulis pesan. Aku lelah, karena itulah keinginanku untuk berbicara denganmu begitu kuat." Yoongi memasang tampang cemberutnya, sementara Taehyung gemas sampai mencubit hidungnya. "Oh, ya. Kau sendiri mengapa menerima cintaku secara tiba-tiba, Yoon?"

"Euhm... itu," Yoongi berpikir sejenak sambil bersandar nyaman di dada Taehyung. "Tiba-tiba aku merasa gila saat kau berdekatan dengan perempuan itu, kau mengabaikanku! Aku juga bisa berbicara isyarat denganmu, kenapa harus dia! Karena itulah –Hmmptt..."

Yoongi mendorong dada Taehyung, "Mengapa kau kini sering menciumku tiba-tiba!" ia cemberut.

Taehyung tertawa. "Begitu, ya?" ditatapnya lekat Yoongi, membuat jantung anak itu berdebar-debar kencang. "Kalau begitu aku juga sama, aku tidak suka kau berekatan dengan Jungkook, mengerti?! Kau hanya perlu melihatku, arra? Bukankah aku lebih tampan, aku juga mapan, apa yang kurang dariku Yoongi?"

"Jinjja, Anda terlalu percaya diri." Yoongi membuang muka.

Saling diam beberapa menit, tiba-tiba saja Taehyung tarik tubuhnya hingga mereka rebahan di kasur secara berhadapan. Keduanya saling menatap, Taehyung usapi lembut poni lelaki mungilnya, memang lebih cantik wajahnya saat ditatap dari dekat. Yoongi juga diam saja, mungkin terpesona –pikirnya. "Tidurlah," titah Taehyung.

Yoongi mengangguk, perlahan ia memejamkan mata dan diikuti Taehyung kemudian setelah mengecupi seluruh wajahnya. Tak berselang lama, Yoongi membuka matanya kembali. Sambil mengamati rupa Taehyung dari dekat, ia merenung. Sudah benarkah keputusannya menerima Taehyung? Tapi, Yoongi tidak ingin membohongi dirinya sendiri, jauh di lubuk hatinya, ia bahagia bisa bersama Taehyung.

Pluk!

"Kau melamun?"

Yoongi menggeleng setelah Taehyung menyadarkannya. Pria itu sepertinya habis mandi, terlihat dari rambutnya yang basah dan baunya yang begitu segar.

No Problem, Sir! - TaeGiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang