4.

16 2 0
                                    

"Hadeuh, yang abis ketabrak nih ye," kata Ratih bercanda.

"Lah, kamu tahu?" tanyaku.

"Tahu lah. Aku pas banget lagi di depan pintu liatin kalian," kata Ratih.

"Ehem," seseorang batuk di depan kita.

"Eh, ada Andri," kataku malu-malu.

"Vi, ikut aku dulu bentar," katanya. Aku pun ditarik ke luar kelas.

"Dri, ada apa sih?" tanyaku.

"Eh, ntar pulang sekolah ketemu aku dulu ya. Oke?" kata Andri. Aku mengangguk.

Aku kembali ke kelas Anel dan dengan cepat menghabiskan makananku. Setelah habis, aku kembali ke kelas 8-C untuk bersiap-siap pergantian pelajaran. Pelajaran berikutnya adalah Senbud, kependekan dari Seni Budaya. Kita belajar dengan serius dan tak terasa waktu pelajaran berakhir. Aku memilih di dalam kelas saja.

Aku sekedar membaca buku pelajaran berikutnya selama jam istirahat. Aku sangat malas keluar kelas, jadi aku membaca saja. Buku kan jendela ilmu. Ya gak?

Udah bahas bukunya.

Bel masuk berbunyi. Pelajaran terakhir adalah IPS. Guru IPS-ku memberitahu nilai ujian kami. Pembacaan dimulai...

"...Andreno Maxis 75. Belajar lagi ya," kata guru IPS kami.

"Iya iya Bu," kata Maxis.

"...Nadya Octaviani 95. Selamat ya," kata guru IPS kami.

"Makasih Bu," kataku.

Sampai-sampai...

"...99. Dikit lagi," kata guru IPS kami untuk kesekian kalinya.

"Dikit lagi!" kata murid-murid kelas kami sampai bertepuk tangan.

Oke balik ke pelajaran. Kita melanjutkan pelajaran kami. Setelah pelajaran berakhir. Kami berdoa dan memberi salam kepada guru kami. Lalu pulang ke rumah masing-masing. Namun aku... Aku pergi menghampiri Andri. Aku baru tahu kalau Andri adalah wakil ketua kelas 8-A.

"An, nggak pulang?" tanya Veno yang kebetulan juga belum pulang.

"Nungguin Via," kata Andri singkat. Aku masuk ke kelas itu.

"Yang aku tunggu datang juga. Aku duluan ya," lanjut Andri. Veno mengangguk.

Andri mengajakku berbicara di suatu tempat yang tidak ada orangnya.

"Vi," kata Andri lembut.

"Ya," kataku.

"Makasih kamu udah suka sama aku. Tapi, aku udah punya pacar kakel. Kamu jangan sedih. Masih ada harapan," kata Andri. Serasa hatiku sakit mendengar perkataan Andri.

Rabu, 13 Agustus 2019
Hari ini aku ulangan B.Indo, Ratih ulangan matematika yang jawabannya bisa selangit panjangnya, sedangkan Anel ulangan IPA. Kita mengerjakan ujian dengan serius dan berharap mendapatkan hasil yang memuaskan.

Setelah ulangan, kelas 8-C langsung masuk ke pelajaran B.Indo. Kita hanya diberi latihan sembari guru B.Indo kami mengoreksi ujian kami. Setelah mengerjakan soal dari guru yang berjumlah 10 uraian, 5 essay, dan 1 mengarang itu, kita mengumpulkannya pada guru kami. Bel istirahat pun berbunyi dan kami keluar kelas.

Aku makan di kelas Anel bersama Anel, tentunya, dan Ratih. Anel memulai pembahasan hari ini dengan kedatangan murid baru di kelasnya.

Flashback on
Anel P.O.V
"Murid-murid, kita kedatangan murid baru," kata guru wali kelas kami.

"Hai," sapanya.

"Hai," kata kami serentak.

"Kenalkan namaku Andy Randi, dipanggil Andy. Aku pindahan dari Jakarta. Salam kenal," kata Andy.

"Salam kenal," kata kami serentak.

Flashback off

Via P.O.V
"Keknya seru banget ya kelas kamu," kataku.

"Ya jelas. Tapi anaknya rada pendiam, jadi rada susah ngomongnya," kata Anel.

"Udah, udah. Makan dulu, ntar keselak," kata Ratih.

"Btw, aku mau ngomong nih," kataku.

"Kenapa? Tentang Andri lagi lah nih," kata Anel menebak.

"Iya. Dia udah punya pa-" Ratih memotong pembicaraanku.

"Pacar maksudmu? 1 sekolah juga udah tahu, Vi. Kamu aja yang baru tahu," kata Ratih.

"Hoh masa?" kataku tak percaya.

Kita melanjutkan makan dan pembahasan kami. Tak berasa bel masuk berbunyi. Aku dan Ratih keluar dari kelas Anel. Sekarang adalah pelajaran mematikan, kalau bukan lagi adalah MA-TE-MA-TI-KA. Kita diberi soal oleh guru kami, dan kita pun mengerjakannya sampai selesai. Tak berasa kita mengerjakan, bel istirahat berbunyi. Bagi yang belum selesai, boleh dikumpulkan waktu pulang sekolah.

Aku pun mengobrol dengan Ratih, sedangkan Anel sedang ada urusan dengan ketua kelas 8-A, kalau bukan lagi Veno.

Anel P.O.V
Bel istirahat berbunyi. Aku tidak mengobrol dengan Via dan Ratih karena ada urusan dengan organisasi kelas, ya karena aku adalah sekretarisnya. Aku di kelas bareng Andri, Veno, dan seorang perempuan yang menjadi bendahara. Kita membahas tentang Andy, murid baru itu. Dari piket hari apa, sampai duduk ntar dimana. Sekolah kita tetap ada piket, walau hanya pagi.

Setelah selesai, perempuan itu dan Andri keluar kelas. Aku dan Veno mengobrol. Aku duduk di meja guru, kursinya maksudnya, dan Veno di kursinya.

"Oh, gitu toh. Akhirnya pulpen kamu ketemu ya," kataku.

"Hehehe. Nyelip buku aja tadi. Btw, cerita kamu?" katanya penasaran.

"You know Andri kan? Nah, kan si Via suka ama dia, tapi Andri-" Veno memotong pembicaraanku.

"Andri kan udah pacaran," katanya.

"Iya itu maksudku. Kau memotongnya saja," kataku.

"Ya udah, kamu ntar cerita ke Via aja yang udah pernah aku kasih tahu," kata Veno.

"Yang kamu suka ama sih ehem?" tanyaku memastikan.

"Iya. Oke?" katanya. Aku mengangguk lesu.

"An, kamu nggak papa kan," kata Veno lagi.

"Nggak kok," kataku sambil merubah suasana wajahku.

"Kalau ada masalah cerita aja. Terbuka aja sama aku," kata Veno meyakinkanku. Aku tersenyum ceria.

Pelajaran terakhir di kelasku adalah Prakarya. Kita mengumpulkan soal minggu lalu yang akhirnya jadi PR. Setelah mengumpulkannya, kita diberi penjelasan mengenai bab baru. Setelah itu, kita pulang. Sebelum aku turun tangga, aku melihat ortu Via datang ke sekolah.

"Tante, om, ada apa ke sekolah?" tanyaku sambil memberi salam.

"Oh, ini. Mau gugat Laras-Raras, soalnya ganggu Via belajar di sekolah," kata papanya Via.

"Oh gitu om? Pantes aja, Via sering keluar masuk ruang kepsek, nggak kek biasanya," kataku.

"Om, tante. Anel pamit dulu ya, udah dijemput mama," lanjutku setelah lama suasanan terdiam. Mama dan papa Via menganggukkan kepalanya.

Author P.O.V
Orang tua Via memasuki ruangan Kepala Sekolah. Mereka akan menggugat Laras dan Raras.

"Bu, kami datang lagi ke sini untuk bahas yang kemarin," kata mama Via.

"Silakan," kata Bu Kepsek.

"Kami sangat keberatan dengan kasus yang Ibu sampaikan poin pertama dan kedua. Poin pertama dengan alasan Raras dan Laras mengambil apa yang menjadi milik anak kami. Poin kedua dengan alasan Via tidak melakukan hal tersebut," kata papa Via dengan muka-muka orang berpolitik.

"Santai aja, Pa. Ini bukan pengadilan," bisik mama Via. Kebetulan, Papanya Via adalah seorang pengacara.

"Oke, jadi bapak dan Ibu merasa ini adalah kesalahan 2 anak tersebut?" tanya Bu Kepsek.

"Ya. Kami sangat keberatan," kata papanya Via lagi.

"Nanti saya pertimbangkan. Terima kasih," kata Bu Kepsek.

Orang tua Via keluar dari ruangan tersebut dan meninggalkan sekolah bersama anaknya, Via.

My Bestie Lover Where stories live. Discover now