6.

16 1 0
                                    

"1 cowok 1 cewek. Udah ah, masuk ke pelajaran," kata guru Sunda.

Betul kan prediksi aku. Veno dan Anel memang dikenal sebagai saingan kelas 8-A. Dua-duanya pintar, otaknya hampir sama lagi, suka rebutan rangking. Misal, tahun lalu semester 1 yang juara 1 Veno, semester 2 adalah Anel. Gitu aja terus sampai kelas 9. 

Lah, kok kita jadi bahas Anel-Veno sih, ntar lama-lama mereka jodoh dah. Jangan doain gitu dah, aku canda doang. Balik ke topik.

Kita melanjutkan pelajaran hari ini dengan bab baru. Setelah kita menghadapi 3 jam pelajaran dengan bahasa Sunda, kami pulang ketika bel pulang baru saja berbunyi. Kami memberikan salam dan pulang ke rumah masing-masing.

Selasa, 20 Agustus 2019
Akhirnya, kita menyelesaikan ulangan Matematika, yang memang kebetulan sangat sulit. Hari ini, aku di kelasku makan bersama Anel dan Ratih. Anel tadi mengikuti ujian Agama, dan Ratih mengikuti ujian PPKn. Katanya, ujiannya sangat mudah. 

Kita mengobrol bersama, tiba-tiba terdengar suara ember terjatuh, dan itu menyita perhatian seluruh murid di lantai 2. Aku dan Anel melihat keluar, sedangkan Ratih tidak ikut, karena dia paling tidak suka keluar dengan alasan tertentu, ya seperti ini.

Ketika aku dan Anel keluar, kita melihat pakaian yang dipakai OB sekolahku basah kuyuk, seperti kehujanan. Dia berusaha berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Sayangnya, dia perempuan. Siapa coba yang nekat berbuat hal ini, yang pasti Raras-Laras pelakunya.

Author P.O.V
"Begitu, Bu. Ini ulah anak-anak itu," kata OB tersebut di ruang kepsek.

"Ya sudah, nanti saya panggil anak-anak itu. Ini sudah keterlaluan. Ambil baju di laci kedua dari atas," kata Bu Kepsek.

OB tersebut mengambil baju di laci tersebut dan menggantinya di kamar mandi. Di ruang kepsek, Ibu kepala sekolah, ya mungkin tidak bisa disebutkan namanya, melihat seorang anak, dan memintanya untuk memanggilkan Raras dan Laras. Tak lama dari itu, Laras dan Raras datang ke ruangan kepala sekolah.

"Laras, Raras, sudah berapa kali Ibu tegur kalian masuk ruangan ini?!" kata Ibu Kepala Sekolah. Mereka terdiam.

"Lah, kok diam Ibu tanyain, jawab!" kata Ibu kepsek dengan tegas.

"2 bu," kata mereka lesu.

"Dan sudah ada berapa surat peringatan yang sudah Ibu berikan?" tanya Ibu Kepala Sekolah itu lagi.

"2 bu," kata mereka lesu.

"Berarti kalian sudah tahu apa yang akan Ibu lakukan pada kalian, kan," kata Ibu kepsek. Laras dan Raras menggeleng.

"Ini, surat terakhir. Dan sekarang, saya panggil orang tua kamu untuk menjemput kalian pulang," kata Ibu kepsek lagi.

"Lah, kita kan nggak sakit," kata Raras protes.

"Kalian dikeluarkan dari sekolah ini karena menerima surat peringatan yang ketiga. Kami pihak sekolah tidak dapat menerima sikap kalian lagi. Sekarang, pergi kembali ke kelas," kata Ibu Kepala Sekolah. Raras dan Laras kembali ke kelasnya.

Di kelas 8-C, para murid belajar Seni Budaya. Bunyi ketukan pintu terdengar, dan Laras-Raras masuk. Mereka mengambil tas mereka dan pergi ke ruangan kepala sekolah. Murid-murid belum megerti apa yang terjadi, termasuk Via.

Orang tua Laras dan Raras datang ke sekolah untuk menjemput 2 anak tersebut pulang, ya karena mereka dikeluarkan. Setelah kasus itu, katanya, Laras dipindahkan ke sekolah asrama, sedangkan Raras pindah sekolah ke luar negeri.

Jam istirahat kedua...
"Syukurlah mereka pindah. Sekarang, kamu ga bakal keganggu lagi," kata Anel.

"Iya, An. Btw, aku mau ke kelas kamu. Mau ngomong sama si pak ketu," kata Via.

"Ya udah. Aku ke ruang guru dulu, soalnya tadi dipanggil,"

Anel meninggalkan kelas Via terlebih dahulu. Via sembunyi-sembunyi ketika masuk ke kelas 8-A. Ketika Anel masuk ke ruang guru (ruang guru tidak jauh dari kelas 8-A), barulah Via masuk ke kelas 8-A.

Di ruang guru...
"Ibu mau ijin pergi nih, jadi tolong kasih tugas ini ke kelas 8-A ya, Anel. Ibu minta tolong sama kamu, soalnya kamu sekeretarisnya. Makasih ya," kata guru PJOK.

"Sama-sama bu, saya permisi," kata Anel. Dia meninggalkan ruangan tersebut.

Di kelas 8-A...
Via masuk ke kelas 8-A dan menemui ketua kelas di kelas itu, kalau bukan lagi Veno. Syukurnya, kelas itu sekarang sepi. Hanya terdapat Veno dan seorang anak baru yang pernah diceritakan Anel, Andy.

"Vi," kata Veno memanggil Via. Sepertinya dia tahu kalau Via masuk.

"Ya," jawabnya.

"Kamu liat Anel kemana ga?" tanya Veno.

"Dia ke ruangan guru. Tau tuh lagi ngapain. Btw, aku duduk ya," kata Via.

"Oke, itu kursinya Anel. Anel duduk di depan aku," kata Veno.

"Owh. Aku mau ngomong sama kamu," kata Via.

"Tentang apa?" tanya Veno.

"Perasaan. Kamu udah bilang sama aku kalau kamu menyukai aku. Makasih, aku seneng kalo ada orang yang mau suka sama anak kelas 8-C. Itu jarang banget. Semoga doamu terkabul," kata Via.

"Doa? Apa maksudmu?" tanya Veno heran.

Tiba-tiba Anel masuk ke kelas 8-A, dan mendengar percakapan Via-Veno. Dia semakin curiga.

"Ya, semoga terkabul aja. Aku menyukaimu," kata Via sambil tersenyum kecil.

"Thanks, meski sebenernya itu bukan doaku. Doaku hanya doiku bahagia dengan apa yang dia hadapi. Mungkin terkabul saat ini," kata Veno. Via meninggalkan kelas 8-A.

"Jadi, kamu mau masuk ke kelasku dan ngobrol sama Veno itu karena ini, Vi? Kamu menyukainya? Kenapa, Vi? Kenapa kamu nekad rebut doiku karena hanya karena dia menyukaimu. It's time for my revenge," batin Anel.

Rabu, 21 Agustus 2019
Via P.O.V
Aku sekarang makan di kelas Ratih. Ya, Anel tidak gabung karena kebetulan kelas dia belum keluar. Aku langsung menyantap makananku karena sudah lapar memikirkan ulangan PPKn yang layaknya seperti sejarah. Ratih tadi ulangan B.Indo, dan memang soalnya sangat gampang, bagi kelas manapun juga. Setelah makan, kita memulai percakapan kami.

"Rat, mau ngobrol apa?" tanyaku.

"Nggak tau. Eh, kamu kemarin ngobrol apa sama Veno?" tanya Ratih tiba-tiba.

"Lah, kamu tahu?" tanyaku tidak percaya.

"Tau lah. Kan aku lewat kemarin abis dari kamar mandi," kata Ratih.

"Oh. Aku ngomong sama dia kalo aku suka sama dia," kataku jujur.

"Jujur amat, Vi. Dimana-mana orang suka nggak jujur-jujur amat," kata Ratih.

"Lah, bukannya harus jujur ya? Kalo jujur dosa atuh," batinku.

"Vi, bengong? Jangan-jangan mikirin Veno lagi," goda Ratih.

"Eh eh, nggak kok," kataku.

Bel masuk berbunyi. Aku meninggalkan ruangan kelas 8-B dan masuk ke kelasku. Sekarang adalah pelajaran matematika. Sejak tidak ada duo troublemaker, kelasku menjadi tenang dan aman terkendali. Tidak ada yang bisa menggangguku lagi. Setelah pelajaran matematika berakhir, bel istirahat berbunyi. Aku memasuki kelas Anel dan menghampirinya.

My Bestie Lover Where stories live. Discover now