Epilog

15 1 0
                                    

Sabtu, 1 Juli 2034
"Permisi," kataku sambil mengetuk sebuah pintu rumah.

Hari ini, aku, Jake, Ratih, Rendo, Andy, Reisya, Tania, Roy, Andri, Kak Anas, Maxis, dan Nika mengunjungi rumah Veno. Ya, kita akan menjenguknya. Aku hafal betul rumahnya. Setelah mengetuk pintunya, seorang wanita tinggi membukakannya untuk kita.

"Kalian nyari siapa?" tanya wanita itu.

"Mau nyari rumah Veno, tante," kataku sopan.

"Oh. Dia udah pindah ke rumah nomor  9," katanya.

"Makasih, tante," kataku. Kami beranjak menuju rumah nomor 9.

"Permisi," kataku sambil mengetuk pintu. Namun, tidak ada jawaban.

"Eh, kalian nyari rumah sapa?" ternyata ada Anel di rumah nomor 10.

"Rumah Veno lah," kataku.

"Cuss masuk. Veno ada di sini," kata Anel. Kami memasuki rumah itu.

Kita memasuki rumah Anel. Kita disapa oleh 6 pot bunga di depan pintu rumahnya. Ketika masuk, kami melihat ada mama dan papanya Anel yang sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Rumah Anel terlihat casual, seperti beberapa tahun yang lalu. Yang bikin beda adalah banyaknya foto mama dan papanya Veno.

"Kok banyak foto keluarga Veno sih?" tanya Andri.

"Oh. Jadi, ortu Veno kan udah dead. Nah, Veno kan otomatis pindahan ke rumah kita, jadi banyak barangnya," kata Anel.

"Trus yang nomor 9 itu kosong?" tanya Ratih.

"Iya. Rencananya, mau dibedah, biar jadi 1 sama rumah ini," kata papanya Anel tiba-tiba.

"Owh ok om," kata Ratih.

Kita mengobrol bersama. Menurutku, Anel sekarang sudah ceria dan bisa diajak ngobrol. Meski hanya datang ke pernikahanku dengan Jake serta Tania dengan Roy, dia memahami kepribadian Rendo, Reisya, dan Nika. Kalau Kak Anas, dia sudah familiar.

Kita menunggu Veno yang sedang mandi. Setelah kita membahas suatu topik, Veno muncul mendadak dan mengejutkan kita. Baru lah kita membahas hal yang membuat Anel dan Veno tidak menikah.

Bagi Anel, hidup dengan Veno itu sudah cukup. Mereka tidak menikah, namun nampak sebagai pasangan yang serasi, cocok, dan unik sendiri. Anel menganggap Veno sebagai kakaknya sendiri, dan begitu juga sebaliknya.

"Di nikahan Maxis gak dateng karena gak bisa ke Jember. Di nikahan Ratih, Andy, gak dateng juga. Nikahan Andri malah katanya Anel ngambek. Masa datengnya di nikahan pertama sama terakhir sih? Kan aneh," kata Tania.

"Maaf banget ya. Aku kan gak bisa tinggalin Veno dan Veno itu emang sengaja gak ke sana. Kalau nikahan Andri, aku juga baru tahu dari Veno. Maaf ya," kata Anel.

"Owh," kata kami sontak.

Tak terasa sudah pukul 12 siang. Kami menyantap makanan yang dibuat oleh orang tua Anel dengan lahap. Mereka sangat senang melihat kita menikmati makanan buatan mereka. Setelah makan, kita mengobrol bersama tentang masa lalu masing-masing. Sampai...

"Jadi, ortu Veno itu dead karena kecelakaan?" tanya Nika.

"Iya Nik. Jadi, dia tinggal bareng keluarga aku," kata Anel.

"Eh, btw, e apa ya?" Maxis terlihat kebingungan.

"Eh, udah pada mau punya anak?" tanya Veno.

"Hiya. Kalo anak mah beda. Pada otw aja lah ya. Belom kepingin nih," kata Tania.

"Kita belom nih," kata Andy, Maxis, dan Andri bersamaan.

"Aku pas ngidam nih," kata Ratih.

"Aku otw 7 bulan," kataku sambil menunjukkan perutku yang sudah besar itu.

"Cewe cowo?" tanya Reisya.

"Cewe sih. Si Jake mintanya cowo. Eh, malah dapet cewe," kataku.

"Sekarang nih. Anel-Veno gak nikah nih," kata Andy. Anel dan Veno tersipu malu.

"Emang gak pingin nikah, Nel? Kemaren katanya ngambek minta nikah sama Veno," kata Andri canda.

"Dih, sapa bilang hah?!" kata Anel emosi.

"Tuh dia orangnya," semua menunjuk Veno, selain Anel-Veno. Anel menjitak dahi Veno.

"Sakit tau Nel," kata Veno marah. Anel mendengus kesal.

"Tapi emang gak diijinin Veno?" tanya Reisya.

"Awalnya iya. Tapi sekarang sih gak," kata Anel.

"Kenapa gak diijinin?" tanya Kak Anas mendadak.

"Gak tau sih. Katanya, dia takut kehilangan," kata Anel. Veno blushing.

"Hiya kode," kataku.

"Wah, kode tuh Nel," kata Ratih.

"Bisa jadi. Tapi, kan jarak umur kita deket," kata Anel.

"Dih. Sapa yang kode-kode sih?" tanya Veno.

"Kamu," kata Andy.

"Bukannya aku takut kehilangan kamu, Nel," kata Veno serius.

"Terus?" kata Anel.

"Sejak SMA, aku belajar untuk move on dari Via dan berhasil. Aku berusaha mencari seseorang yang sempurna dalam hidupku. Dan aku sadar kalo itu adalah kamu. Tiba-tiba, masalah datang dalam hidupku, aku harus kehilangan orang tuaku. Anel mengajakku bergabung, tapi aku melarangnya menikah. Setelah pernikahan Andri, aku sadar kalau Anel butuh nikah. Namun, dia tidak menggunakan kesempatannya," kata Veno panjang lebar.

"Panjang sangat, Ven. Kita semua yang pernah menyukai juga udah move on, selain Anel dan Andri sepertinya," kataku.

"Aku bukan takut kehilangan Anel saat itu," kata Veno.

"Kamu menyukainya?" tanya Andy.

"Bukan sekedar suka," kata Veno.

"Terus apa, Ven? Aku tahu kamu sejak SMP dan kamu gak sebucin ini tau," kata Anel.

"Aku mencintaimu," kata Veno.

My Bestie Lover Where stories live. Discover now