9.

11 1 0
                                    

Chat WA Anel bestie (081264758352)
Anel bestie
Kak Anastasya?
Via
Iya
Cewe yang neghits itu loh di sekolah
Putus tanpa alasan jelas
Anel bestie
Owalah
Hits doank alasannya pacaran
Udah, sono fokus ama Andri
Via
Iya iya
Jangan ngarepin pacaran
Oke?
Anel bestie
Iya iya

Flashback off

"Bisa kok, kecil dia mah. Nggak kek lepasin Andri," kataku canda.

"Eaa. Dah, yuk pulang," ajak Anel.
Kita berjalan berdua dengan tas digendong, menuju arah tangga dan pulang.

Senin, 2 September 2019
Anel P.O.V
Akhirnya sudah September. September adalah bulan yang seru banget di sekolahku. Ya, nanti kalian akan mengerti apa maksudku. Pokoknya, seru pake banget lah. Btw, sekarang udah istirahat kedua nih. Kelasku adalah kelas pertama yang keluar pertama, dan juga sebelum belistirahat berbunyi. Ada yang jajan ke bawah lah, atau mungkin jalan-jalan, sekalian kirim tugas dari guru yang belum sepat diberikan.

Udah, cukup bahas kegiatan anak-anak.

"Anel, mau kemana kamu?" kata seseorang.

"Nggak kemana-mana kok," kataku.

"Yo dah, temenin aku aja," katanya. Aku berbalik badan, dan itu adalah Veno.

"Ini anak apa kagak bosen ya di kelas mulu. Mungkin sudah takdir," batinku.

Aku menghampiri mejanya, yang kebetulan di belakang mejaku.

"Emang bener kalo si Via move on dari aku?" tanya Veno.

"Lah, kamu tahu dari mana?" tanyaku.

"Peace, aku nguping. Kamu tahu kan, kalo aku-" aku memotong pembicaraan Veno.

"Rajanya nguping di kelas 8-A. Dah tahu 1 sekolah," kataku malas.

"Iya emang bener sih. Nggak papa kan," kataku lagi.

"Nggak papa sih. Cuma kek patah hati. Dia comeback sama Andri?" tanya Veno.

"Yoi. Patah hati itu normal, yang nggak normal kalo dari kecil udah pacaran," kataku.

"Hehehe, bener-bener," jawabnya.

Bel masuk berbunyi. Sekarang pelajaran terakhir, yaitu Seni Budaya. Kita belajar dengan serius dan penuh konsenterasi. Pada jam terakhir, guru Senbud kami memberikan kuis. Siapa yang jawabnya benar, boleh pulang duluan. Yang pertama keluar adalah Veno, lalu disusul Andri, aku, Andy, dan beberapa murid lain.

Selasa, 3 September 2019
"Mending lah, move on itu kek kamu nggak ada beban sama orang lain," kataku kepada Via.

Ya, sekarang sudah jam istirahat kedua. Aku mengobrol dengan Via di depan kelasnya. Di depan kelas Via, ada 6 tempat duduk kursi tinggi, dilengkapi 3 meja. Masing-masing meja ada 2 kursi. Cukup enak kalo mau istirahat makan berdua bareng doi, eh teman maksudnya.

"Oke, thanks. Kamu, kok bisa jadi suka ama sih Veno nih?" tanya Via yang sempat membuatku malu.

"Panjang lah. Jadi, kita ketemuan waktu SMP kelas 1, kita ngobrol, trus akrab. Eh, aku baru sadar kalo rumahnya itu yang paling ujung. Trus, mama aku udah akrab sama-" Via memotong pembicaraanku.

"Itu mah gimana cara kalian akrab atuh. Sukanya loh, sukanya," kata Via.

"Iya-iya. Jadi, waktu aku lewat di depan rumahnya, aku denger ada bunyi suara piano gitu. Aku ketuk pintunya, trus dia buka. Dia lagi latihan gitu. Aku masuk, trus duet deh. Dia main piano, aku nyanyi. Trus, dia bilang dia suka sama suara aku. Aku baper, trus suka deh," kataku menjelaskan.

"Cuma gitu baper. Maybe, karena kalian udah deket, trus banyak kesamaan, jadinya kamu suka. Tapi, kamu belum cerita sama dia?" tanya Via.

"Belum, soalnya kalo ketahuan suka sama dia, ntar dia menjauh. Kita hanya sebatas teman saja," kataku.

Bel masuk berbunyi. Aku meninggalkan Via dan memasuki ruangan kelasku. Sekarang adalah pelajaran PJOK. Kita belajar dengan serius. Setelah jam pelajaran berakhir, kami berdoa, memberi salam, dan pulang ke rumah masing-masing.

Rabu, 4 September 2019
Sekarang jam istirahat kedua. Oh ya, aku belum cerita ke kalian. Jadi, waktu pelajaran Matematika di jam pertama, kita dikasih tugas yang banyak banget. Ada 20 soal sepertinya. Udah gitu, harus kelar hari ini juga. Untungnya, aku udah selesai. Aku sudah mengumpulkannya.

Pasti kalian ngerti dong maksud aku? Masih nggak juga?

Jadi, di kelasku sekarang lagi rame, karena banyak yang lagi kerjain soal Matematika 20 nomor itu. Ada yang nanya-nanya, liat buku lah, minta diajarin, seperti aku ini korbannya.

*****

"Dah kan," kataku.

"Iya, udah ngerti kok," kata salah satu murid di kelasku.

"Anel, bantuin aku donk," kata sesorang.

Aku menghampirinya dan mengajarinya.

"Makasih," katanya.

Kata orang anak kelas 8-A anak-anak yang cukup pintar, namun siapa bilang? Kalian belum pernah masuk sih waktu pelajaran. Sama seperti di kelas lain, di kelas aku juga, banyak yang nanya-nanya juga. Itu karena, kelas ini mengandalkan 3 orang, aku, Veno, dan Andri.

"Anel, udah kan," kata seseorang, dan itu adalah Veno.

"Dah. Ada apa?" tanyaku.

"Sini, mau ngomong," kata Veno. Aku menghampiri mejanya.

"Kemaren, kamu ngobrol apa sama Via?" tanya Veno. Tumben amat anak ini nanya begituan.

"Ngobrol biasa doank kok," kataku.

"Masa? Aku yakin kalian bicarain aku ya?" tanya Veno lagi.

"Jangan-jangan maksud dia adalah waktu aku bahas alasan aku suka sama dia lagi," batinku.

"Erg, kamu nguping?" tanyaku.

"Nggak penting aku nguping kek, nggak kek. Yang penting, kalian ngomongin apa kemarin. Beneran, aku dengerin kalian ngomongin aku," katanya.

"Nggak kenapa-napa kok. Lagian, apa hubungannya kalo kamu tahu juga?" kataku. Aku sengaja menyembunyikan pembahasan aku dengan Via kemarin, menunggu waktu yang tepat.

"Ya, kamu tahu sendiri kan, aku yang paling dekat sama kamu, jadi aku harus tahu semuanya," kata Veno.

"Aku emang nggak bahas macem-macem kok, apalagi tentang kamu," kataku.

"Jujur, An. Kamu paling nggak bisa bohong sama orang," kata Veno.

"Dih, aku gak bohong. Cius," kataku lagi dengan nada sedikit marah.

"Aku beneran dengerin percakapan kamu sama Via. Aku cuma mau tahu, kamu ngomongin aku tentang apa," kata Veno.

"Nggak bahas apa-apa kok. Kamu aja kegeeran," kataku malas secara mendadak.

"Kegeeran apa maksud kamu? Kamu nggak bisa remehin telinga aku ini ya!" kata Veno dengan nada marah.

"Huh, sok sombong. Cuma telinga doang," balasku.

"Kamu tahu kan kalo aku rajanya nguping di sini, jadi telingaku ini lebih bener," kata Veno.

"Kok bahas telinga sih? Udah-udah, yang penting aku nggak bohong sama kamu," kataku meyakinkan anak tersebut.

"Bohong! Telinga aku gak bisa dibohongi!" kata Veno membentak.

"Oh gitu ya! Oke oke. Kalo opini kamu begitu, ya sudah," kataku.

"Opini kau bilang?! Ini bukan opini. Ini fakta yang terbukti oleh telinga aku sendiri," kata Veno lagi. Udah, ini mah debat.

"Fakta apa? Udah tanya sama orangnya nggak percaya," kataku.

My Bestie Lover Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu