14.

10 1 0
                                    

"Ya, sekre juga kagak berani atuh. Kalian berdua aja yang berani," kata Anel.

"Huh, sekre cerewet," kataku dan Andri bersamaan.

"Eh, lu ngapain ikutin kata gua, nj*r," kataku.

"Eh, lu kali yang ngikutin, g*bl*k," kataku.

"Udah cukup, mau bel 1 menit lagi," kata Tania menenangkan kami.

Kita memasuki kelas karena bel akan berbunyi 1 menit lagi. Ketika bel berbunyi, kami langsung berlarian ke ruangan aula untuk melanjutkan kerajinan kami. Hari ini juga hari pengumpulannya. Kita bekerja dengan serius, demi mendapatkan nilai bagus.

Bel pulang berbunyi. Kami mengumpulkan tugas kami, dan merapikan semua peralatan keterampilan kami. Kita kembali ke kelas, mengambil tas kami, dan pulang ke rumah masing-masing.

Senin, 23 September 2019
Huh, ngeselin punya wakil ketua kelas yang bisa b*c*tin orang. Maaf kebablasan. Hari ini kelas aku ujian Agama. Lumayan susah, karena banyak mengutarakan pendapat. Setelah ujian, ada pelajaran PPKn. Kita belajar dengan serius dan kami diberikan latihan soal.

Bel istirahat berbunyi. Setelah mengumpulkan latihan soal PPKn, aku makan bareng Andy dan Anel. Ya, aku sengaja mengajak anak ini makan bersamaku. Setelah makan, aku memberitahu Anel apa yang sebenarnya terjadi.

"Kalo yang namanya suka itu emang gak bisa ditolak, Ven. Mau kamu larang terus-terusan nggak ada gunanya akhirnya. Kamu belajar aja dari kasus aku sama Via," kata Anel.

"Yang ngerebutin gua itu?" tanyaku.

"Astoge, Ven. Gak usah gw lu segala sih," kata Anel.

"Astaga, Nel, bukan astoge. Namanya orang berantem juga gini Nel," kataku.

"Maaf, pasca makan toge hari ini. Ya sudahlah. Maafan ge sono," kata Anel.

"Dia dulu. Pokonya dia udah gak boleh suka sama Via lagi," kataku.

Tak terasa saatnya pelajaran IPS. Kita diberikan rangkuman dan latihan soal. Karena waktunya tidak cukup, berhubung ada bagian guru IPS menjelaskan soal yang kurang dimengerti, latihan soal hari ini dijadikan PR. Bel istirahat berbunyi, dan semua murid-murid keluar kelas.

Anel P.O.V
"Plis, Rat, Vi, dia butuh bantuan," kataku memohon.

"Masa aku doang direbutin sih?" kata Via.

"Biar senasib kali. Biar kamu ngerasain apa yang pernah Veno rasain dulu," kataku.

"Lah," kata Via tidak mengerti.

"Udah jangan flashback masalah kalian berdua," kata Ratih.

"Udah, sekarang gimana nih?" lanjut Ratih.

"Coba ntar aku ngomong lagi sama Veno. Via ngomong sama Andri. Ratih tugasnya cuma awasin takutnya ntar mereka berantem lagi," kataku.

"Sip," kata Via dan Ratih sambil mengacungkan jempol.

Bel masuk berbunyi. Aku meninggalkan kelas Ratih bersama Via. Aku masuk ke kelasku, dan pelajaran Senbud dimulai. Kami belajar dengan serius. Guru kami memberikan latihan soal yang cukup banyak, namun untungnya PG semua. Setelah selesai mengerjakannya, kami boleh pulang.

Aku segera menyelesaikan ketika bel pulang berbunyi. Untungnya, aku selesai lebih cepat daripada yang lain. Aku mengumpulkannya, bersamaan dengan Veno dan Andri. Jangan berantem kalian.

Karena ternyata gurunya juga buru-buru, latihan soal kali ini dijadikan PR. Syukurnya, aku, Veno, dan Andri telah menyelesaikannya. Setelah berdoa, kami memberi salam dan berjalan keluar kelas, dengan menggendong tas kami.

Selasa, 24 September 2019
Yu hu, tidak ada ulangan nih. Berarti, gurunya masih baik sama kita, kasih free time di hari Selasa. Kita memulai pelajaran dengan doa, pastinya. Lalu ada pelajaran Sunda. Kami diberikan latihan soal dan kuis. Yang benar jawabannya, boleh istirahat duluan.

Bel istirahat berbunyi dan semua murid berlarian keluar kelas. Aku pergi menghampiri kelas Via, karena kita bertiga makan di sana. Setelah makan, kita mengobrol tentang kasus Veno-Andri. Ya, kan tidak ada salahnya membantu teman dalam kesulitan. Aku menyarankan Via bicara dengan Andri, sedangkan aku akan berbicara dengan Veno lagi.

Bel masuk berbunyi. Aku masuk ke kelasku dan merapikan buku untuk pelajaran berikutnya, yaitu B.Indo. Kami belajar dengan serius dan kami diberikan rangkuman yang cukup banyak. Setelah dijelaskan oleh guru B.Indo, kami dijinkan istirahat. Aku segera mengobrol dengan Veno tentang kasus kemarin.

Via P.O.V
"Ndri, bukan gitu maksudnya," kataku kepada Andri di depan kelasku.

"Ya trus?" tanya Andri.

"Kamu dan Veno di sini kan cuma untuk mempertaruhkan aku. Jadi, kalo emang bener-bener suka sama aku, ya jangan main kasar, jangan ngomong kasar. Dia juga pasti berusaha untuk mendapatkan aku. Gitu lah gampangnya," kataku.

"Thanks. Jadi, kamu pihak siapa?" tanya Andri.

"Gak pihak manapun. Karena, aku yang ditengah," kataku.

"Ya sudah, jangan jadi sama dengan. Gua gak bakal ampunin anak itu," kata Andri.

"Eh, jangan. Baik-baik dong. Dia juga memperebutkan aku, ya kalo itu anugrah dari yang diatas untuk ada orang yang menyukaiku lebih awal daripada kamu, kan bagus," kataku.

Karena Andri sepertinya tidak mengerti, dia meninggalkanku. Ya sudah, apalagi sudah saatnya masuk juga. Sekarang, di kelasku memasuki pelajaran IPS. Kami belajar dengan serius, agar bisa menerima hasil terbaik di ujian berikutnya.

Tak terasa sudah 2 jam kita menggunakan waktu kita untuk belajar IPS. Kami berdoa pulang, memberi salam, dan pulang ke rumah masing-masing.

Rabu, 25 September 2019
Veno P.O.V
Aku baru saja keluar dari ruang guru, membantu guru Seni Budaya menilai ulangan kelasku. Aku berjalan dengan santai menuju di kelasku. Tiba-tiba...

BRUK.

"Eh, lo napa gak liat jalan g*bl*k," kata lelaki itu.

"Eh, lo Andri kan," kataku tanpa merasa ada dosa padanya.

"Ya, trus napa?" tanya Andri.

"Ya gak napa-napa. Gua masuk dulu," kataku.

"Eitsh, mau kemana lo. Dasar. Berhadapan sama gua dulu," kata Andri.

"Sok nantang nj*r. Emang lo bisa lawan gua?" tanyaku. Maafkanlah dosaku ini.

"Tuaan siapa hayo? Lo itu kecil kek semut," kata Andri.

"Siapa yang menyukai Via duluan? Lo atau gua? Ga mikir dulu teh jadi orang b*g*," kataku.

"Nembak kata kasar ya? Bagus bagus. HEBAT AMAT KALIAN BERDUA UDAH TAHU ADA GURU MASIH BERANI AJA YA," terdengarlah seorang perempuan.

"Eh, iya maaf-maaf bu," kataku.

Aku dan Andri ketahuan oleh guru Prakarya. Maafkanlah dosa anak muridmu ini lah. Kami berdua dijewer masuk ke dalam kelas. Kami dipersilahkan masuk. Kami diberikan latihan soal oleh guru Prakarya. Kita mengerjakan sesuai dengan rangkuman yang telah diberikan.

Bel pulang berbunyi. Tugas telah dikumpulkan, saatnya kami pulang. Kami berdoa bersama, lalu memberi salam, lalu pulang. Aku dan Andri harus berhadapan dengan Bu Kepsek.

*****

"Udah kalian pulang. Jangan ngomong kasar lagi ya. Tapi, tetap aja. Kalian dapet minus poin," kata Bu Kepsek.

"Iya bu," kataku dan Andri lesu.
Aku dan Andri berjalan keluar dari ruang Kepsek dan pulang dengan lesu dan saling menyalahkan satu sama lain.

My Bestie Lover Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang