IV

324 28 37
                                    

Dira mengerjap menatap langit-langit kamarnya. Beberapa kali alisnya berkerut seolah sedang memikirkan hal rumit. Sedetik kemudian ia bangun dan duduk di tempat tidurnya, matanya memburu mencari suatu sosok, sosok wanita yang baru saja muncul dalam ingatannya.

Apa gue mimpi? Batinnya. Bahunya tiba-tiba merosot ketika sosok itu tidak ia temukan di kamarnya.

Ia menunduk lemas, tapi kemudian ia tersenyum menyadari sesuatu. Ia hapal betul dengan kebiasaan tidurnya yang tidak pernah menggunakan selimut, tapi sekarang lihatlah, tubuhnya saat ini bahkan masih dibalut selimut tebal sampai dada.

Aroma sedap yang tercium samar menuntunnya pada semangkuk sup yang terletak di atas meja dekat tempat tidurnya. Sup itu masih sedikit berasap. Dan itu artinya....

"Gue nggak mimpi!"

Dira POV

Aku tahu kejadian semalam sungguh memalukan. Bagaimana bisa aku pingsan di depan orang asing? Hal seperti itu tidak pernah terjadi padaku dan semoga saja tidak terulang lagi.

Syukurlah berkat wanita itu tubuhku perlahan membaik, bahkan jauh lebih baik dari kemarin. Meski masih sedikit pusing dan lemas.

Brhrhrhrhrhrh....

Arggh, perutku mengeram pelan, membuatku spontan melirik ke arah sup itu. Asap yang mengepul tipis dan aroma menggoda sungguh membuatku ingin segera menghabiskannya. Namun note yang tertempel di sana menundaku melakukan itu semua.

"Tolong dihabiskan dan jangan lupa minum obatnya!" Begitulah isi notenya disertai gambar anak panah yang mengarah ke piring kecil di sebelahnya. Piring itu tertutup tisu dan setelah kuangkat tisu itu ternyata beberapa jenis obat tertata di dalamnya.

Aku ternganga, melihat lebih dari 3 jenis obat yang ada di dalamnya. Apa dia seorang dokter? Darimana dia dapatkan semua obat ini?

Bayang wajahnya tiba-tiba muncul dalam pikiranku, memoriku ini memutar kembali kejadian semalam, lebih tepatnya pada adegan saat gadis itu merawatku dan menggenggam erat tanganku hingga pagi datang.

Entah sadar atau tidak, sesuatu yang hangat menjalar di hatiku dan berhasil mengembangkan senyum di wajahku. Saat ini aku benar-benar terlihat bodoh. Setidaknya itu yang kulihat dari pantulan cermin besar di sudut kamar.

Kenapa gue senyum-senyum? Aneh!

Bohong jika aku tidak merasa senang. Perlakuan wanita itu padaku sangat manis. Dan bukankah itu pertanda baik? Itu artinya dia bisa menerimaku dan tidak akan mengusirku, kan? Ah entahlah, apa yang akan terjadi nanti biarlah terjadi, aku hanya tidak ingin merusak moodku saat ini.

Tapi, sikap dingin dan sinis yang ia tunjukan padaku sebelumnya, membuatku agak sedikit kesal dan takut. Ya, aku takut dia akan mengusirku. Walaupun pada akhirnya dia berhasil membuatku berhutang budi padanya.

Sejujurnya aku tidak benar-benar pingsan semalam, beberapa kali dalam keadaan setengah sadar, aku melihat wanita itu merawatku dengan sabar.

Ah, lagi-lagi hatiku menghangat, apakah ini yang dinamakan tersentuh? Dia berhasil menyentuh hatiku? Benarkah seperti itu? Entahlah, yang aku tahu, dia adalah orang asing pertama dalam hidupku yang merawatku di saat aku sakit. Tidak, aku salah. Dia bukan hanya merawatku tapi dia juga memasakan sup untukku. Dia itu malaikat atau apa sih?

Tapi ada beberapa hal tentang dirinya yang membuatku merasa aneh. Entahlah, aku merasa degup jantungnya begitu familiar di telingaku. Pelukan hangatnya, aroma tubuhnya rasanya seperti deja vu. Entah kenapa aku merasa sudah sangat hapal dengan semua itu. Matanya yang teduh juga membuatku terbuai, rasanya seperti kami sudah sangat lama saling mengenal. Tapi mana mungkin?

Kugelengkan kepalaku agar terlepas dari pikiran-pikiran aneh tentangnya, lalu kuputuskan mencicipi sup buatannya.

Enak banget!

Ini sup terenak yang pernah aku makan seumur hidupku. Bahkan rasanya lebih enak dari buatan ibuku.

Tidak sampai 15 menit sup itu sudah berpindah sempurna ke lambungku. Dan hal itu sukses memberikan energi baru untukku, mungkin karena perutku sudah kenyang. Kupakai energi itu membersihkan mangkuk bekas sup dan gelas.

Lalu setelahnya, kuputuskan bersiap-siap ke kampus tentunya setelah kuteguk habis semua obat yang dia siapkan untukku.

Jujur, saat ini aku tidak tahu bagaimana cara membalas semua kebaikannya padaku. Bahkan tentang dirinya saja aku tidak tahu--- siapa namanya, apa hobinya, zodiaknya, warna dan makanan favoritnya.

Sepertinya aku harus menyiapkan satu halaman khusus untuknya dalam lembar kehidupanku.

She is Like Youजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें