Dira

290 21 13
                                    

"Dir... Dira...."

"Dira....!"

"Apa?" Jawabku malas.

"Mingkem!!!!"

"Hah?"

Gadis itu menyumpal mulutku dengan tisu, dia tertawa geli melihat ekspresi wajahku yang kesal karena sebagian tisu itu benar-benar masuk ke dalam mulutku sampai aku harus melepehkan sisa-sisa tisu di lidahku.

"Kampret lo!!!" Bentakku tapi berbisik.

"Pppfftttttt...." Tawanya sambil membekap mulutnya sendiri.

Gadis itu Renata, dia adalah teman yang kukenal sedari Ospek, dan dia sangat menyebalkan. Dia sering menjahiliku karena katanya aku ini sangat polos.

"Lo kenapa sih ngeliatin Mis Kezeeya sampe segitunya? Naksir ya?" Tanyanya pelan.

"Gila!!" Jawabku sebal.

Lihat, kan? Dia tidak pernah berpikir sebelum bertanya.

Dan saat ini kelakuannya seperti psikopat karena dia itu terus menatapku dengan senyum nakal yang sulit aku gambarkan.

"Dira.."

"Hmmm..."

"Yeh, lo pikir suara lo mirip Nisa Sabyan?!"

Aku melirik sebal ke arahnya, dia kembali tertawa tapi kini tak dia tahan karena kelas sudah usai dan beberapa mahasiswa sudah meninggalkan ruangan.

"Oke... Oke... Aduh perut gue sakit."

"......"

"Dira, lo kenal sama Mis Kezeeya yah?"

Eh, kenapa Renata bertanya seperti itu? "E-enggak!" Jawabku jujur, karena memang benar aku belum sempat berkenalan dengan Mis Kezeeya.

"Tapi kenapa ekspresi kalian kayak ekspresi seseorang yang salah gigit lengkoas yang dikira daging? Ekspresi mengejutkan yang sulit diartikan, bhahaha..." Tawanya meledak.

"Perumpamaan macam apa itu? Sotoy lo..."

"Sotoy? Duh, enak juga tuh, apalagi pas panas-panas pake jeruk nipis sama sambel!"

"Itu soto!"

"Mana sini hape lo, pake hape lo aja kalo minta soto!"

Aku melotot kaget, dan dia cekikikan. "I-t-u, fo-to bu-kan so-to, Renata!!!!"Ucapku penuh penekanan.

"Eh soto mah wasit, Dira!" Jawabnya tak mau kalah.

Aku menatapnya bingung, "botoh?"

"Itu mah elo!"

"Apa? Botoh? Bodoh?" Arrghhh.... Sialan dia.

Dia kembali tertawa puas, aku menatapnya kesal, namun dia terus tertawa sampai dia dia berhenti karena lelah, lalu mengatur napas dan mengelap air matanya yang keluar akibat tawa berkepanjangan itu. "Eh, tapi gue serius. Tatapan kalian beda." Katanya masih sedikit tertawa.

Deg, aku diam mencerna perkataan Renata. Apa benar tatapan kami berbeda? Jujur, saat aku melihatnya aku merasa senang, apalagi saat tatapan kami bertemu seperti tadi, entahlah aku merasa gugup dan ada perasaan aneh di benakku.

"Kok diem? Gue bener, kan?"

"Re? Sumpah ya lo nggak jelas banget tau nggak!"

"Hahahah, muka lo tadi lucu tau, kalo gue nggak sumpel tisu udah luber kali itu iler lo! Hahahah...."

"Berisik!!!"

"Idih ngambek, jangan gitu dong, nanti gue ngebuli siapa kalo lo ngambek."

"Bodo amat!"

She is Like YouWhere stories live. Discover now