Kezeeya

319 25 42
                                    

Kezeeya baru saja keluar dari kamar mandi, sambil menggosok rambutnya yang basah ia berjalan menuju lemari untuk mengambil sisir dan berganti pakaian. Namun aktifitasnya terhenti saat matanya menangkap suatu sosok.

Sosok itu membuat matanya membulat sempurna, jantungnya berdegup kencang, air matanya dengan lancang melarikan diri dari kelopaknya. Tubuhnya kaku, dan sisir di tangannya jatuh begitu saja.

Tak...

Bunyi itu menyadarkannya, dan membuatnya mengerjap beberapa saat sebelum menatap kosong benda itu di lantai. Sedetik kemudian dengan tergesa-gesa ia menjelajah seluruh ruangan lalu berhenti sambil menghela napas lelah dan menghapus air mata dengan punggung tangannya.

Bodoh, batinnya.

Bisa-bisanya ia menghayal bertemu lagi dengan sosok yang telah pergi. Sosok yang tidak alan pernah bisa kembali.

Kezeeya POV

Kuembuskan napas kasar bersamaan dengan rasa kecewa yang menyelimuti hatiku sejak kejadian tadi. Kejadian yang tidak masuk akal. Bagaimana bisa aku melihat sosok orang yang sudah mati, mati di depan mataku sendiri?

Meski begitu, sosok itu selalu hidup dalam hati, separuh hatiku mungkin sudah pergi, namun separuhnya lagi masih aku jaga dan tidak akan kubiarkan mati.

Jika yang kulihat barusan adalah khayalan, apa boleh aku berharap tidak Engkau sadarkan?

Aku...sangat merindukannya Tuhan.

Air mataku mengalir deras, hatiku perih sekali. Rasanya sesak, semua emosi seakan saling mendesak untuk dikeluarkan, namun sebisa mungkin kutahan. Aku tidak mau lagi menangis berkepanjangan walaupun setiap kali aku mengingatnya, air mataku selalu menetes tanpa bisa aku tahan.

Kuatur napasku perlahan sambil memejamkan mata. Kulakukan berulang kali hingga diriku tenang. Kemudian kubuka kembali mataku perlahan.

Anehnya sosok lain kini mengusik diriku, sadar atau tidak, gadis yang saat ini tertidur di atas dua kasur single bed di hadapanku seolah menjadi magnet bagiku. Bagaimana tidak, tatapannya semalam masih menjadi misteri bagiku, kenapa aku menangis saat menatapnya?

Aku mendecak, lalu mengalihkan pandanganku. Jika diingat lagi kejadian semalam malah membuatku kesal pada gadis itu, karena dia aku jadi tidak istirahat. Gadis itu membuatku bergadang semalaman karena demamnya. Perjalanan dari Jerman ke Indonesia saja sudah melelahkan, ditambah lagi dia.

Huh....

Kulanjutkan aktifitas berganti pakaian dan berdandan, setelah selesai dan hendak pergi kutengok kembali gadis itu. Apa harus gue cek lagi suhunya?

Aku menggeleng pelan, menolak pemikiran itu. Pasti dia udah baik-baik aja, lagian udah gue siapin sup dan obat di meja. Salah dia kalo sampai nggak diminum.

Aku mengangguk setuju dengan pemikiranku yang barusan. Sedetik kemudian aku kembali mendecak sebal. Kenapa gue jadi sok care gini?

Ini benar-benar bukan diriku. Aku menggeleng lagi. Lalu kuputuskan segera pergi dari kamarku sebelum angguk-angguk dan geleng-geleng itu diiringi lagu project pop.

"Non Kezeeya?" Suara itu menghentikan langkahku yang hendak memasuki lift.

Kutoleh sumber suara, dan seorang wanita paruh baya tersenyum renyah padaku. "Eh... " hanya itu yang terucap dari bibirku karena kemudian aku sibuk berlari kecil memeluknya.

"Saya bukan Sholeh, saya Rina Non."

"Hah?" Tanyaku spontan tak mengerti maksudnya.

"Non Kezeeya gerah? Iya Ibu juga gerah non, cape abis beberes kamar yang kosong."

She is Like YouМесто, где живут истории. Откройте их для себя