Kenapa

334 19 10
                                    

Kezeeya meringis sakit bersamaan dengan lampu kamar yang tiba-tiba menyala. Sedangkan Dira berdiri mematung, dengan tangan masih menggenggam benda yang tampaknya lebih mirip batu batako ketimbang kamus bahasa Inggris.

Wanita itu menatap Dira dengan tatapan yang membuat ia ngeri, hingga tanpa sadar ia berulang kali merapal ayat kursi dalam hati. Sayang, tatapannya semakin menjadi-jadi, haruskah ia merapal lagi dengan air putih lalu menyemburkannya ke wajah wanita itu? Boro-boro Dira berani.

"Mmmm..maa...maaf, Mis! Say---"

"Argghh, shit! Gue berdarah!" Teriak Kezeeya memotong ucapan Dira.

Dira panik, pasalnya ia tahu kalau pelipis wanita itu berdarah karena perbuatannya. Maka itu secepat emak-emak yang takut jemurannya basah karena turun hujan, ia mendekat tanpa diminta, murni karena dia takut kalau wanita itu semakin murka.

"Ya Tuhan, saya minta maaf, saya beneran nggak sengaja Mis. Saya lupa, saya pikir maling.."

Kezeeya hanya mendegus mendengar kalimat itu. Ia tidak bisa menahan diri dari kenyataan bahwa saat ini dirinya benar-benar diliputi amarah.

"Mis mau ke mana?" Tanya Dira spontan mengambil tangan Kezeeya dan menggenggamnya.

"Saya mau ke kantor polisi, kata kamu saya maling, kan?!" Jawabnya setelah melepas kasar genggaman Dira.

Kalimat dan perlakuannya itu telak membuat Dira diam dan menunduk lemas.

Melihat itu, entah kenapa bukan hanya pelipisnya yang terasa perih tapi hatinya juga. Kezeeya menyesal, ia menyesali sikapnya yang kekanak-kanakan.

"Kamu mau diam aja di situ? Nggak mau bertanggung jawab?!" Sambungnya berusaha menahan emosi.

"Eh....?"

"Saya bukan Sholeh, kalau kamu punya niat bertanggung jawab sama perbuatan kamu, cepat obati saya!"

Dira tersenyum dan memberanikan diri menatap wanita itu lebih lama. Seolah lewat mata itu ia berbicara bahwa ia benar-benar meminta maaf atas kesalahannya. Ia pun menuruti permintaan wanita itu, siapa tahu saja wanita itu akan memaafkannya.

"Terima kasih kembali?!" Ucap Kezeeya ke Dira saat gadis itu sedang mengoleskan obat ke pelipisnya.

Dira hanya melirik sesaat karena ia tidak mengerti maksud ucapan wanita itu, lalu ia kembali fokus mengoleskan obat merah ke pelipis wanita itu.

"Setelah semua yang saya lakukan, jadi begini cara kamu mengucapkan terima kasih?!"

Deg, Dira baru saja sadar akan maksud dari ucapan wanita itu sebelumnya. Ia sadar betul kalau saat ini tidak ada satupun alasan yang dapat menyelamatkan dirinya dari amarah wanita itu. Ia menunduk pasrah.

"Apa yang kamu lihat di bawah? Memangnya kaki saya lebih menarik dibandingkan wajah saya?" Ucap Kezeeya kesal karena gadis itu tidak menatapnya, malah menunduk menatap jari-jari kakinya. Memang jempol kakinya secantik itu sampai-sampai Dira lebih tertarik memandang ke bawah?!

"Bukan begitu Mis, saya benar-benar minta maaf dan...."

"Dan ap---"

"Huuuuuaaaaacimmm, huuuaaaacimmm, huuaaaaaacim!"

Kezeeya meringis karena perih, sumpah demi Tuhan barusan dia kaget sekali. Kenapa Dira tiba-tiba bersin? Ia masih menatap gadis itu mencari tahu penyebabnya sedangkan gadis itu terus bersin-bersin dan terlihat panik sambil mencoba menjauhkan dirinya dari bucket bunga mawar putih di sofa.

"Kamu alergi bunga?" Tanya Kezeeya setelah melempar jauh bucket bunga itu dari mereka. Dira mengganguk kemudian kembali menatapnya dengan mata berair dan wajah yang merah.

She is Like YouDove le storie prendono vita. Scoprilo ora