Karya Anis & Anisa

538 5 0
                                    

_Tugas membuat cerpen !_
_Oleh : Anis & Anisa

     *"The Ghost Promise"*

“Mungkin orang tuaku adalah salah satu jenis jin tega, yang sampai hati membiarkan aku  sebatangkara diwilayah ini !”. Cetus seorang hantu yang berjalan dari sudut-sudut kota, dalam suasana malam yang mencengkam sunyi.
Udara masih lembab, bulir air dari langit baru saja membasahi kota. Malam telah mengikat kegelapan, gumpalan awan pun menutupi sinar rembulan.

“Aku ini hantu apa ya? kenapa aku yang paling tampan diantara semua jenis hantu. Lihat itu! ada yang tidak berkepala, disana ada yang wajahnya datar, dan yang itu telinganya pindah ke hidung, hahahahahh....” sambung hantu itu sambil berjalan di alun-alun kota yang sunyi, karena sudah larut malam dan ditambah lagi kota itu baru diguyur hujan.

Hantu itupun berhenti disebuah halte bus,tak ada seorangpun disana. Dia pun memutuskan untuk beristirahat dibangku panjang, tempat biasa orang duduk menunggu bus. Selang beberapa menit kemudian, tiba-tiba punggungnya terasa berat, hantu itupun membuka matanya. Ternyata ada seorang wanita bermasker dan bertopi duduk dipunggungnya dengan membawa sapu lidi ditangannya.
“Buset nenek sihir !” cetus hantu itu sambil bangkit dan menolak wanita itu hingga jatuh ke aspal.
“Aduh maaf, saya tidak tau kalau ada orang disini. Saya kelelahan, sampai saya tidak sadar ada orang dibangku ini, sekali lagi saya minta maaf yah mas” kata wanita itu sambil menundukkan pandangannya.
“Dasar nenek sihir ! makanya kalau mau duduk itu lihat-lihat dulu dong ! mengganggu istirahat gue aja lu! !” cetus hantu itu kasar kepadanya.
“Apa nenek sihir ?! heh aku udah minta maaf yah, lagian aku juga kan emang nggak sengaja!” ucap wanita itu kesal sambil membuka topi dan maskernya, seketika itu dia pergi dari halte bus itu.

Hantu itu pun diam sejenak, dia terkejut ternyata nenek sihir yang ia katakan itu adalah manusia, wanita cantik berwajah manis dengan lekukan lesung dipipinya dan gingsul digiginya. Hantu itu terpukau melihat pesonanya sambil tertawa getir membayangkan kembali wajah wanita itu. Hantu itupun melihat wanita itu pergi dari halte dengan berjalan kaki sampai wanita itu semakin jauh dan hilang dari pandangannya. Dan ternyata ada darah di aspal, tempat wanita itu terjatuh tadi. Hantu itupun merasa bersalah dan langsung mendatangi wanita tadi dengan kecepatan super ala hantunya.

Udara yang masih dingin membuat bulu kuduk wanita itu berdiri, seketika itupun dia perpaling kebelakang dan terkejut ternyata pria yang di halte tadi ada dibelakangnya, wanita itupun langsung melemparkan sapunya ke pria tersebut.
“Pergi kamu! Kenapa kamu mengikuti saya ?!”
“Aduh, gue nggak ada maksud apa-apa, eee...cuma merasa bersalah aja, karena udah ngomong kasar tadi sama kamu, tangan kamu terluka kan ?” jawab hantu itu dengan nada dingin.
Ternyata wanita itupun tak sadar kalau tangannya terluka.
“Sudah tidak apa-apa” jawabnya sambil nyengir kuda.

Mereka pun duduk sambil bercerita didepan rumah kecil, tempat wanita itu tinggal. Ternyata wanita itu juga sebatang kara. Namanya Anisa Rahmawati, dia harus membiayai hidupnya sendiri. Anisa kuliah disalahsatu Universitas di kota itu. Pulang kuliah ia langsung kerja di kantin kampus dan malamnya ia bekerja di dinas kebersihan, menyapu jalanan kota.
“Sekarang giliranmu bercerita” katanya kepada pria itu.
Dia pun mengatakan yang sesungguhnya kepada Anisa, bahwa dia adalah seorang hantu, tapi dia tak ingat apa-apa. Anisa tertawa sambil menahan perutnya mendengar lelucon pria itu. Ketika pria itu memegang tangan Anisa dengan tangannya yang dingin seperti es didalam kulkas, seketika itupun Anisa jatuh pingsan.
---

Sang mentari menampakkan diri, sinarnya yang cerah menembus disela-sela tirai. Membuat Anisa yang masih terlelap tadi menjadi terganggu. Anisa terbangun dengan rasa malas dan kebingungan atas kejadian semalam, apa ia mimpi ? tapi, luka ditangannya benar-benar nyata.

[Klatak klatak klatak....]
“Ishh apa itu ?” desis Anisa dengan penuh rasa takut.
[Klatak klatak klatak....]
“Jangan-jangan...”.
Ketakutan Anisa semakin menjadi, dengan pelan ia membuka tirai di kamarnya, dan...
“Waaaaaaa”
“Ahhhhhhhh” Teriak Anisa.
“Bwahahahahahahh...” tawa seseorang di luar kamarnya.
“Sialan kamu Ji !!! bikin aku jantungan aja !” maki Anisa sambil membuka jendela kamarnya.
“Habis lu penakut banget sih... jadi gue kerjain deh” jawab Jihan--teman sekompleknya, juga teman sekampusnya--dengan cengiran kudanya.
“Biarin bleee... eh Ji, tumben pagi-pagi gini dah kesini. Ada apa ?”
“Jenguk lu lah, eh bukain pintu dong ! masa ngobrolnya gini ?” pinta Jihan.
“Eh iya”. Jawab Anisa yang tergasa-gesa menuju ruang tamu untuk membukakan pintu agar sahabatnya itu bisa masuk.

Kumpulan Cerpen CPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang