Karya Silvia Firsa & Sitti Nur

225 3 0
                                    

Nama =
1. Silvia Firsa Permata
2. Sitti Nur Hasma

Judul =
Sincerity Love

"Hey, kamu kenapa kok akhir-akhir ini sering melamun sih? " Tanya Arvin padaku.

" Eh, enggak kok. Cuman pusing dikit aja," jawabku sambil tersenyum. Arvin gak boleh tahu keadaanku, aku gak mau buat dia sedih. Enggak akan.

" Yaudah kalo gitu kita jalan yuk," ajaknya yang langsung kujawab anggukan antusias. Setidaknya untuk saat ini aku bisa membahagiakannya.

Kami pun langsung pergi ke mall, jalan-jalan sambil melakukan apa yang kamu inginkan. Tak lupa untuk ritual nonton dan makan yang wajib ada saat kencan. Saat ini, kami sedang menonton film, tapi ntah mengapa penglihatanku seketika gelap. Seketika aku takut, apa yang dikatakan dokter beberapa minggu yang lalu. Pelahan aku menenangkan pikiranku, menarik napas dalam-dalam.

__Enggak boleh panik Disa, enggak boleh. Ada Arvin_ benakku.

Semenit kemudian penglihatanku mengangkap sedikit cahaya dan penglihatanku mulai membaik walaupun masih buram. Perlahan aku menengok Arvin yang tengah serius menonton film uang ditayangkan. Huufft, mending aku pura-pura tidur setidaknya untuk mengurangi kecurigaannya.

Setelah hari itu, aku mulai jarang bertemu kekasihku itu. Setiap dia ingin mengajakku ketemu aku selalu membuat alasan inilah itulah. Sebenarnya bukan karena sibuk, tapi aku takut dia curiga dengan keadaanku. Hari ini aku putuskan untuk bertemu dengan Dr. Adnan. Memastikan bagaimana keadaanku setelah kecelakaan itu.

" Bagaimana dok?" tanyaku.

Kulihat Dokter Adnan mengerutkan keningnya sambil membaca hasil diognosaku. Ntahlah aku mulai takut sekarang akan jawaban selanjutnya. Aku berfirasat bahwa jawabannya merupakan musibah besar untukku.

" Begini, apa kamu pernah merasakan sakit pada bagian matamu. Atau seketika kamu merasakan gelap tiba-tiba?" tanyanya.

Aku menganggukan kepalaku sebagai tanda jawaban atas pertanyaannya.

***

Hari ini aku masuk sekolah seperti hari biasanya. Setelah mendengar penjelasan Dokter Adnan tempo hari, awalnya aku putus asa. Tapi tidak, aku harus kelihatan baik-baik saja. Hanya aku yang  tahu kecelakaan itu.  Aku tak ingin metepotkan siapapun, terutama orang-orang di panti dan Arvin.

"Apakah kau merasa sakit?" Tanya Arvin padaku.

"Tidak, aku baik-baik saja" jawabku seraya memalingkan wajahku.

Hari ini aku berniat menceritakan semuanya pada Arvin dan pamit padanya untuk pergi beberapa tahun kedepan. Karna ada orang yang ingin mengadopsi ku dan mengobati mataku.

Arvin berjalan beriringan dengan ku, aku menundukkan dalam dalam kepalaku sedangkan Arvin ia bersiul seperti sedang menggoda para gadis. Itu sudah menjadi kebiasaan Arvin sejak pertama masuk Sma ini, dan jangan tanya. Meskipun ia suka menggoda para gadis, pesonanya yang luar biasa itu memikat semua gadis-gadis yang digodanya. Aku hanya menggelengkan kepalaku pelan mengingat tindakan tak manfaat Arvin.

Disinilah aku dan Arvin berpisah, perempatan menuju kamar mandi dan kelas XI ipa. Arvin mengecup pucuk kepalaku kemudian mengusapnya dan melambaikan tangan tanda ia akan pergi. Tindakan manis Arvin yang tak akan kulupakan seumur hidupku.

Sesampainya di kelas aku duduk di bangkuku. Tiba-tiba saja, "Hey, kau kenapa?" Tanya Ina, sahabat kecilku seraya menepuk pundak ku pelan membuatku terperanjat karna terkejut.

"Kau kenapa?" Tanya Ina lagi dengan menaikkan alisnya. Aku menggeleng sebagai jawabannya. Bukan Ina jika ia tak keras kepala, ia menggeret ku ke luar kelas dan mengajakku duduk di taman belakang SMA.

Kumpulan Cerpen CPHWhere stories live. Discover now