Karya Cindy & Syarifah

253 5 0
                                    

Nama Anggota : *Cindy Aprilianti
*Syarifah

Judul Cerpen : KETIKA MAAF TAK BERMAKNA

Siang ini matahari memancarkan teriknya. Awan pun tak berusaha menutupinya. Tampak Amanda dan Aqila, gadis asal bandung yang sudah bersahabat sejak kecil, memasang masker dan sarung tangan.

"Sudah siap?" tanya Amanda pada Aqila. Aqila mengangguk sebagai jawaban.

Amanda pun melajukan motornya dengan Aqila yang diboncenginya menuju ke rumah Aqila terlebih dahulu. Begitu sampai, Aqila turun.

Baru saja Amanda hendak melaju, Aqila menahannya.
"Makan siang dulu yuk, aku belum makan nih. Kamu masak ya!" Aqila dengan pandangan berbinarnya menatap Amanda.

Amanda memutar matanya jengah. Aqila memang selalu seperti ini. Selalu meminta dimasakkan sesuatu karena Aqila tidak tahu memasak dan pekerjaan rumah lainnya. Sehingga Amanda lah yang mengerjakan semuanya.

Kenapa bukan pembantu? Karena orang tua Aqila tak bisa mempercayakan anaknya pada sembarangan orang. Kenapa juga bukan orang tuanya yang mengerjakan? Orang tua Aqila selalu sibuk dengan pekerjaan mereka di luar kota. Mereka hanya mengirimkan sejumlah uang untuk Aqila gunakan sehari-hari.

Karena Amanda adalah sahabat masa kecilnya sekaligus tetangga dekatnya, Amanda lah yang membantu Aqila. Bahkan ia sesekali menginap di sana. Beruntung, orang tuanya mengizinkannya.

"Baiklah," kata Amanda. Aqila bersorak kegirangan. Mereka pun masuk.

Amanda langsung menuju dapur, sedangkan Aqila berjalan ke kamarnya untuk mengganti baju.

"Aqila, makanlah," ajak Amanda yang telah selesai menyiapkan makanan.

****

Hari ini adalah hari minggu. Pagi-pagi sekali Amanda sudah tiba di rumah Aqila, ia berniat membantu Aqila mengerjakan pekerjaan rumah.

Gadis itu membagi tugas dengan Aqila. Amanda akan mencuci baju Aqila, sedangkan Aqila menyapu dan membersihkan halaman. Walaupun terkesan manja, setidaknya Aqila masih tahu cara menyapu.

Kurang dari 30 menit, Aqila telah mengerjakan tugasnya, bertepatan dengan Amanda yang mulai menjemur pakaian di halaman belakang.

"Amanda, jalan-jalan yuk ke taman, sekalian refreshing. Aku tau kamu pasti lelah, maaf karena sudah merepotkanmu" ujar Aqila dengan sendu.

Mendengar ucapan Aqila, Amanda menghentikan pekerjaannya. Ia menghela nafas. Dipegangnya bahu Aqila. "Aqila, kau itu sahabatku sekaligus saudara bagiku. Kau tidak merepotkanku sama sekali. Ini memang sudah kodratnya agar saling membantu, kan?" Aqila mengangguk.

"Yasudah. Kalau kita ke mall, siapa yang akan jaga cucian?" tanya Amanda.

"Nggak usah dijaga. Jarang ada pencuri di sekitar sini. Cuaca juga cerah tuh. Mall nya dekat kok. Gimana?"

"Baiklah."

****

Tidak seperti dugaan, cuaca yang tadinya cerah berubah menjadi mendung. Aqila dan Amanda bergegas pulang. Begitu sampai di rumah, rintikan hujan terdengar. Mereka bergegas mengangkat cucian yang belum sepenuhnya kering.

Bertepatan dengan selesainya cucian diangkat, hujan mulai turun. Amanda masuk ke dalam rumah. Ia meletakkan cuciannya, kemudian membuat dua gelas  coklat panas, untuknya dan Aqila. Setelah siap, ia memanggil Aqila, namun tak ada sahutan.

Amanda mengelilingi rumah mencari Aqila, namun tak ada juga. Amanda mulai khawatir. Ia pergi ke halaman belakang dan menemukan Aqila di sana dengan ditemani rintik hujan yang mulai menderas mengguyur tubuhnya.

Kumpulan Cerpen CPHWhere stories live. Discover now