Karya Dwi Varianty & Ajeng Kristina

207 1 0
                                    

Tiga Hati, Satu Cinta

“Aduh, pake acara ngilang segala kaos kaki gue,” gerutu seorang cewek yang sibuk mencari kaos kakinya yang hilang entah kemana. Suara merdu sang mama yang menyuruhnya cepat turun karena sahabatnya sudah datang membuat cewek bernama Reya menyambar asal kaos kaki di dalam rak sepatunya.

“Iya Ma, ini lagi jalan.” Reya menghampiri sang mama yang tengah menyiapkan bekal makanan di dapur. Memang sejak dulu Reya sudah diajarkan untuk membawa bekal sendiri dari rumah.

Vera—Mama Reya memberikan dua kotak bekal berwarna merah dan orange. “Nih bekal kamu dan yang satunya buat arvind!”
“Iya Ma. Tapi nanti Reya pulangnya agak sorean dikit. Mau latihan dance dulu buat lomba minggu depan.” Reya mengambil dua kotak yang disodorkan padanya dan memasukkan bekal tadi ke dalam tas.
“Iya, tapi jangan sore-sore banget loh.” Pesan sang mama sebelum anaknya itu keluar dari pintu dapur. Reya berbalik dan menganggukan kepala. “Assalamualaikum Ma.”

Di teras rumah, Reya mendapati sahabatnya yang duduk di kursi dengan mata yang terpejam.  “Udah lama nunggunya?” Pertanyaan Reya membuat Arvind terkejut bukan main.
“Lumayan sih, nyampe jamuran gue.” Reya tertawa pelan sambil menerima helm coklat yang di sodorkan padanya. Motor ninja berwarna biru dan hitam sudah menanti untuk dinaiki oleh sang tuan.

“Hati-hati naiknya. Nanti jatuh lagi kayak kemarin.” Arvind terkekeh pelan. Ia jadi teringat kejadian kemarin sore waktu mereka pergi ke toko buku. Reya yang hendak naik terjatuh dari motornya karena kurang hati-hati.
Reya memukul punggung Arind lumayan keras. “Ihh jangan di ingat-ingat dong,” kesal Reya sambil membayangkan kejadian memalukan kemarin sore.
Reya membungkap mulut Arind dengan tangannya saat cowok itu akan berkata lagi. “Cepet jalan!”  Arvind berusaha melepaskan tangan Reya dengan menggigit telapak tangannya.

Reya dan Arvind bersahabat sejak kecil bahkan dulu rumah Arvind berada di depan rumahnya. Jadi dari kecil mereka selalu berangkat bersama saat akan sekolah. Hanya saja sekarang rumah Arvind bukan lagi di depan rumah Reya karena orangtua Arvind membeli rumah baru yang lebih dekat dengan kantor tempat orangtua Arvind bekerja.

“Berenti Vind!” teriak Reya membuat telinga Arvind berdengung sakit. Seketika juga Arvind langsung menginjak rem. Setelah motor berhenti, Reya langsung berlari menghampiri teman sebangkunya yang bernama Vio tanpa melepas helm di kepalanya.
“Nanti istirahat gue ke kelas lo!” teriak Reya lagi dari kejauhan. Arvind mengangguk.

Reya dan Vio berjalan menaiki tangga menuju kelas XI-IPA 2 yang berada dilantai 2. Sesampainya di depan pintu kelas, Reya mendengus kesal melihat siapa yang menghalangi jalan mereka. Tidak capekkah orang ini selalu mengganggu dirinya.
“Minggir sana!” cowok itu tetap diam ditempatnya. Kemudian menarik tangan Reya yang langsung di tepis keras. Reya mendorong keras bahu cowok itu dan masuk ke dalam kelas.
“Lo kenapa gitu amat sama Kak Gio.” Reya mengedihkan bahu. Ia sendiri heran dengan cowok yang selalu mengganggunya itu.
“Padahal banyak cewek yang ngejar-ngejar Kak Gio dan semua ditolak. Dan lo yang disukai sama Kak Gio malah gak mau.” Reya memeasang muka bodo amat mendengar ucapan Vio

***

Keadaan kelas yang awalnya berisik seketika menjadi hening kerena guru sejarah yang terkenal paling killer sedunia datang dengan membawa penggaris rotan kebanggaannya itu. Guru bernama Werda itu menyuruh ketua kelas memimpin doa terlebih dahulu sebelum memulai pelajaran. Pelajaran berlangsung sampai bel istirahat pertama berbunyi.

“Ayo ke kantin Rey, gue udah laper banget nih!” ajak Vio. Reya menggeleng seraya menunjuk bekal miliknya dan mengatakan akan makan bersama Arvind di kelas cowok itu.
“Ya udah, gue ke kantin sendiri aja,"  ujar Vio dengan muka sedihnya. Sebenarnya ia sudah biasa pergi ke kantin sendiri karena Reya lebih sering membawa bekal dari rumah dan memakannya bersama sahabat cewek itu.

Kumpulan Cerpen CPHNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ