Bab. 5 | 🌷 Hari Pertama ⚘

990 168 706
                                    

Aldy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aldy

Endhita menatap pigura itu, mengamatinya sebentar lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, dan meletakkan pigura di atas meja tepat di sebelah tempat tidurku.

"Kak Aldy udah punya pacar belum?"

Mendengar pertanyaan itu membuat perutku agak geli. Pacar? Kepikiran ke sana saja tidak pernah terlintas di benak ku sedikit pun.

"Belum," jawabku sesingkat mungkin.

Endhita geleng-geleng kepala.

"Kenapa?" Aku heran melihat Endhita geleng-geleng kepala setelah aku menjawab pertanyaannya. "Ada yang salah?"

"Hah? Oh enggak, kok. Kalo emang Kak Aldy belum punya pacar, berarti keyakinanku tepat."

Aku mengerutkan keningku. "Keyakinan? Keyakinan apa?"

Endhita duduk di pinggiran tempat tidur, tepat di sebelah aku duduk. "Yakin kalo Kak Raisa itu bukan jodoh Kakak. Dia bukan pacar Kakak, kan?!"

Aku tetap dibuat bingung oleh Endhita. "Maksudnya bukan jodoh?"

Endhita menganggukkan kepalanya dengan santai. "Kan tadi Kakak bilang kalo Kak Raisa itu sahabat Kakak sejak kecil, berarti persahabatan kalian itu udah lama banget, kan. Dan kalian bukan jodoh. Sahabat tetep sahabat, kalo Kak Aldy kepengen nyari pacar, aku saranin mending Kakak nyari yang lain aja, deh. Yang bukan sahabat Kakak."

Aku tidak bisa menahan tawaku mendengar kata-kata Endhita yang menggelikan itu. Entah kenapa aku benar-benar ingin tertawa. Entah masuk akal atau tidak, tapi... aku juga berpikiran sama.

"Kok Kak Aldy ketawa, sih? Kenapa?" Endhita ngambek dan memukulku dengan guling.

"Nggak kok, nggak apa-apa," kataku bohong. "Kakak cuma seneng aja kamu ternyata perhatian juga, ya."

Endhita menyeringai lebar. "Hehehehe... iya, dong. Aku kan adiknya Kak Aldy. Jadi aku harus perhatian sama Kakak aku."

Aku bahagia mendengarnya. Sekarang aku benar-benar punya adik.

"Oh iya, Kak. Aku minta Kakak nggak usah ladenin Kak Clara ya, kalo suatu saat nanti Kak Clara marah-marah lagi sama Kakak!" pinta Endhita yang masih terlihat cemas.

"Mama aku bukan meninggal gara-gara mamanya Kak Aldy, kok. Mama sama Papa cerai juga bukan karena mamanya Kak Aldy. Kak Clara cuma ngada-ngada aja, itu semua nggak bener. Kalo aja Mama nerima permintaan maaf Papa waktu itu, mereka nggak akan cerai. Itu semua bukan salah mamanya Kak Aldy. Kak Aldy percaya, kan?!"

Endhita benar-benar takut sekali aku akan termakan omongan Clara dan pergi dari rumah itu karena tersinggung, dia mati-matian menjelaskan semuanya padaku. Aku salut dengan Endhita.

Dan mungkin ini akan menjadi awal hubunganku dengan dia akan benar-benar menjadi sepasang kakak-adik yang sesungguhnya. Aku pun juga akan melakukan hal yang sama padanya, memberikan seluruh perhatian dan kasih sayangku untuk adikku. Endhita.

Aldy (My Perfect Boyfriend)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang