Bab. 18 | 🌷Happy or Sad?⚘

656 110 619
                                    

Aloha ... akoh datang lagi dengan part nyu(baca : new)🤣🤣🤣

Ada yang kangen aku gak nih? Pasti gak ada ya😭😭😭

Authornya kumat ngebacot. Yaudah silahkan langsung dibaca❤❤

Sebenernya part ini pendek, cuma bacotan aku aja yang panjang 🤣

Sebenernya part ini pendek, cuma bacotan aku aja yang panjang 🤣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aldy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aldy

Aku merebahkan tubuhku di tempat tidur empukku sambil membuka-buka buku Biologi. Buku setebal itu biasanya aku semangat sekali membacanya dan semua yang aku baca pasti masuk ke otak dengan baik. Aku bisa cepat menguasai materi yang terdapat di dalam buku itu.

Tapi kali ini ... kenapa sama sekali tidak ada satu materi pun yang berhasil masuk ke otakku? Justru yang masuk ke otakku dan sejak tadi memenuhi otakku adalah senyuman Amanda yang terus terngiang di pikiranku. Aku menyerah dan melempar bukuku ke sebelahku.

Memikirkan Amanda dan membayangkan senyumannya membuatku tak bisa menahan bibir ini untuk tidak tersenyum. Seolah-olah kedua pipiku terus tertarik untuk membuatku terus tersenyum. Jika ada orang lain yang melihatku seperti ini, pasti mereka akan beranggapan bahwa aku sudah gila.

Ya, aku gila. Aku tidak bisa tidak tersenyum kali ini. Apalagi mengingat semua hal yang aku alami hari ini. Aku menatap perban di kaki kananku dan lagi-lagi membuatku ingin tersenyum.

Amanda mengobati luka di kakiku dengan telaten, sesekali dia meniup lukaku untuk mengeringkan obat merah yang dia oleskan ke kakiku. Aku hanya bisa menatapnya dalam diam. Membiarkan Amanda mengobati lukaku dengan segala cara yang dia bisa. Sebenarnya Amanda tidak perlu mengobatinya dengan obat apa pun, senyumannya saja sudah membuat rasa sakitku banyak berkurang.

Amanda selesai mengobati kakiku dan membalutnya dengan perban putih.

"Selesai."

Aku masih bengong memandangi Amanda.

"Udah," kata Amanda lagi dengan lebih keras.

Aku kaget dan langsung menurunkan kakiku dari pangkuannya secara refleks dan itu membuat rasa nyeri di lukaku terasa lagi. "Aduh!"

Aldy (My Perfect Boyfriend)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang