Bab. 30 | 🌷Awal yang Berakhir⚘

497 80 549
                                    

Bacotan akan ada di akhir part😁

Bacotan akan ada di akhir part😁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aldy

"Harusnya waktu itu gue tabrak aja lo sekalian biar lo mati dan gue bisa hidup tenang."

Tabrak? Apa maksud Amanda?

Jantungku kembali berdebar-debar mendengarnya. Apakah aku akan mengetahui rahasia lain lagi? Apa yang dikatakan Amanda barusan? Siapa yang ditabrak siapa?

"Apa lo bingung? Lo nggak bakal nyangka kan, kalo gue yang udah nyerempet lo waktu itu?"

"Apa?" Kebenaran apa lagi ini yang aku dengar? Bisakah seseorang menjelaskan bahwa semua itu bohong?

"Gue nggak bisa mewujudkan cita-cita gue sekolah ke luar negeri gara-gara bokap lo ngerebut perusahaan bokap gue, dan apa lo pikir gue bakal ngebiarin lo mewujudkan keinginan lo buat bisa menang tanding basket, hah?! Enak banget lo ya. Gue nggak bakal ngebiarin itu makanya gue sengaja nyerempet lo waktu itu. Mobil itu pengemudinya adalah gue."

Batu karang sekokoh apa pun jika terhantam ombak lautan pasti akan hancur secara perlahan-lahan. Sama halnya dengan hati manusia. Sekuat apa pun bertahan dengan semua beban kehidupan yang terus-menerus datang, lama-lama hati itu juga akan rapuh dengan sendirinya.

Hatiku bukan batu karang. Hatiku tidaklah sekuat dan sekokoh batu karang di lautan yang tahan dengan ribuan kali hantaman ombak. Jika terus disakiti seperti ini, hati ini juga akan lemah dan rapuh.

"Lo beda. Ini lah yang gue maksud dengan beda di sini." Amanda menambahkan. "Lo emang beda dan istimewa buat gue bukan karena lo itu spesial di mata gue. Tapi karena lo adalah Hafiz Revaldy Ardiansyah, anak Reyhan Ardiansyah. Karena anak laki-laki yang dimiliki Reyhan cuma lo, makanya gue bilang waktu itu gue nggak akan pernah dapetin cowok kayak lo di mana pun juga. Cuma lo."

Dengan hati yang sesakit apa pun, tetap tidak boleh terlihat rapuh di depan Amanda. Sebisa mungkin aku tetap tersenyum padanya. "Suatu saat nanti kamu pasti akan mendapatkan apa yang kamu mau, Amanda. Perusahaan papa kamu yang telah diambil oleh papa aku. Suatu saat kamu akan mendapatkannya kembali. Itu adalah janjiku."

Tatapan mata Amanda mengarah padaku. Sebuah tatapan mata penuh kebencian yang baru kali ini aku melihatnya. Dan kebencian itu untukku. Aku tidak merasa melakukan salah apa-apa tapi kenapa dia juga membenciku seperti ini? Aku benar-benar tidak mengerti.

"Gue nggak butuh janji lo. Apalagi bantuan dari lo." Amanda menatapku tajam. "Dan mulai sekarang, hubungan kita selesai. Gue udah muak lihat muka lo." Amanda pergi melewatiku dan berjalan meninggalkanku.

Sendirian. Aku kembali merasa sendirian. Saat kulihat punggung Amanda semakin menjauh, aku merasa bahwa aku sendirian di dunia ini. Aku tidak mau sendiri. Aku ingin berteriak dan memanggilnya, mengatakan aku mencintainya dan menginginkan dia tetap tinggal di sisiku. Tapi apa daya, semua itu tidak mungkin aku lakukan.

Aldy (My Perfect Boyfriend)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang