Ruang OSIS

170 26 3
                                    

Mengingat berkas itu, membuat rasa ingin tahuku semakin besar.

Tetapi, aku tidak bisa membaca bahasa Rusia. Walaupun dulu sempat ada pelajaran bahasa Rusia, nilai yang pas-pasan, membuatku malas  dan benci pelajaran itu. Karena itulah, sampai sekarang aku melupakan pelajaran itu. Sial, ternyata pelajaran yang selama ini di benci olehku ternyata malah sangat dibutuhkan sekarang.

"Untuk sekarang, lu gak akan gua buka!" Ucapku dengan melihat lemari tua tersebut dan mengabaikannya.

Sudah ku putuskan. Besok aku akan pergi ke ruang OSIS untuk mengambil berkas TOP SECRET itu dan membaca isinya.

***

Keesokkan harinya. Kami bertiga melakukan sarapan pagi. Melati yang memasak semua sarapan untuk kami semua. Aku bersyukur bisa merasakan masakkan darinya.

"Wah..!!! Ternyata lu pinter banget masak ya Mel!" Ucapku sambil sesekali menyuap makanan kedalam mulutku.

"Eh! Gak kok. Mungkin ini karena ada bumbu racik aja sih jadinya enak." Ujarnya yang malu-malu.

Entah mengapa aku senyum-senyum sendiri melihat mukanya memerah. Persis seperti buah tomat yang merah.

"Hihi... Lucu banget lu Mel." Gumamku dalam hati dan tampangku yang masih tersenyum.

Sewaktu aku senyum-senyum sendiri, aku merasakan seperti di intai oleh sesuatu. Dengan sigap aku memerhatikan sekitaran kami bertiga. Aku melihat keadaan sekitaran kami dan ternyata aku menemukan sumbernya, yaitu tatapan Melati yang tajam ke arahku. Tentu saja, aku tidak tau kenapa dia begitu lagi.

"Iyalah enak, ada bumbu racik ya udah pasti enak!?" Ujar Mawar dengan muka cemberutnya.

Aku dan Melati hanya bisa terdiam ketika Mawar mengatakan seperti itu. Entah ada apa dengannya, yang jelas dia seperti tidak senang dengan kehadiranku, mungkin.

Aku seperti melupakan sesuatu. Tapi aku lupa ingin mengatakan apa kepada mereka berdua.

"Gua mau ngomong apa ya!!!." Gumamku di dalam hati.

"Kalau mau ngomong sesuatu katakan aja sih jangan nahan nahan kaya nahan kunci jawaban ulangan aja lu!!!."

Perkataan Melati, membuat aku tersentak dari lamunanku. Ada apa sih dengan dia? Sampai dia begitu emosi sama aku yang tidak tau apa-apa dengan kejadian ini.

"Apa hubungannya coba nahan kunci jawaban Ama kejadian ini? Gak jelas banget dia!" Ucapku dalam hati membalas pertanyaan Melati.

Namun sewaktu aku mengatakan seperti itu, tiba-tiba aku teringat dengan ulangan yang paling susah yaitu ulangan bahasa Rusia. Oh iya, aku kan mau menanyakan soal bahasa Rusia ini. Apa diantara mereka ada yang bisa bahasa Rusia dan masih ingat atau tidak.

Langsung saja aku mencoba menanyakan kepada mereka berdua, apakah diantara mereka bisa mengartikan bahasa Rusia yang pernah dipelajari.

“Oy diantara lu berdua ada yang bisa bahasa Rusia ?.” Tanyaku yang sedang mengambil buah apel yang ada di tengah meja makan.

“Eh, emangnya lu mau ngapain? Lu mau ikut ulangan apa? haha.” Jawab Mawar.

"Bukan-bukan, ngapain juga gua ikut ulangan lagi? Itu kan waktu kelas dua.” Balasku dengan pernyataan dari Mawar.

“Hehe iya ya kita kan bukan kelas dua lagi Mawar.” Timpal Melati dengan jawabanku.

“Iya iya gua tau Mel, tapi kenapa lu nanyain itu no?" Tanya Mawar dengan wajah bingung.

“Waktu dulu, pas gua masih jadi ketua Osis, gua nemuin berkas yang udah lumayan lama, tapi gua gak ngerti tulisannya. Setau gua, itu tulisan dari Rusia.” Ucapku dengan mengerutkan dahi tanda mengingat kembali dengan berkas tua itu.

Virus Injection Blood [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang