Ke... Kenapa Banyak...

103 19 2
                                    


***

"Di... Dimana ini?"

Aku terus melihat kesana-kemari untuk mencari pertolongan. Namun yang aku lihat hanyalah ruang hampa yang berwarna hitam pekat.

Tidak ada tanda-tanda kehidupan di sini. Hanya aku seorang yang berada di sini.

"Retno... Retno..."

Terdengar sayup-sayup sesosok yang memanggil namaku. Aku mencari-cari keberadaannya. Namun tak dapat kutemui.

"Retno kenapa kamu gak bantuin aku?”

Terdengar lagi suara itu. Aku terus mencari keberadaan sesosok itu. Berlari mengikuti suara itu untuk menemukannya.

Terlihat di depan, ada seseorang yang pasti memanggil namaku. Sesosok itu adalah Melati.

“Melati? Jadi, lu udah bangun? Syukur dah kalo begitu!”

Sesaat, Melati hanya diam dan melihatku dengan tatapan kosong. Lalu, dia mulai membuka mulutnya lagi. "Kenapa kamu gak nolongin aku?”

“Sorry Mel, gua gak bisa bantuin lu. Soalnya, gua juga terikat ama rantai, jadi gua gak bisa nolongin lu, tapi ayo kita kabur dari sini Melati!”

Melati hanya diam dengan tatapan kosongnya. Kemudian dia membalikkan badannya dan melangkahkan kakinya berjalan lurus.

Aku hanya terdiam sejenak melihat kelakuan anehnya. Beberapa detik setelah aku hanya diam, tubuhku merespon untuk segera mengejarnya.

“Tunggu Mel... Jangan tinggalin gua! Tunggu!"

Mataku terbuka seketika, setelah tanganku tadi ingin meraih Melati. Ternyata tadi hanyalah mimpi saja. Beruntungnya aku.

“Hah... hah... Untung cuman mimpi...."

Sinar matahari menyinari ku yang masih berbaring di tempat tidur. Karena merasa silau, aku menghalau sinar matahari ini dengan tangan kananku.

Ternyata aku berada di kasur dengan selimut yang menutupi badanku. Aku langsung bangun untuk duduk sembari mengingat mimpi yang baru saja aku alami.

"Yang kemarin hanya mimpi buruk aja. Gua yakin, Melati baik-baik saja dan Mawar sudah balik lagi ke tenda,” gumamku sambil memandangi ruangan yang sangat asing olehku.

Tanpa aku sadari, seluruh jari di tangan kananku di genggam oleh seseorang. Ternyata Mawar yang menggenggam tanganku sembari tertidur di pinggiran kasurku dengan posisi duduk di kursi.

Aku mencoba untuk melepaskan jari-jemarinya dari tangan kananku secara perlahan-lahan. Namun, semakin aku melepaskannya, semakin kuat genggamannya.

Aku langsung pasrah karena genggaman Mawar yang begitu kuat. Melihatnya yang sedang tertidur, membuatku ingin sekali mengusap rambutnya.

*Usap... Usap...*

Dengan penuh perhatian, aku mengusap rambutnya yang begitu halus nan indah. Perlahan-lahan Mawar membuka matanya dan melihatku.

Tiba-tiba dia langsung memelukku dengan erat sambil meneteskan air mata. Aku kaget dengan pelukan yang tiba-tiba darinya.

Merasa malu, aku mencoba melepaskan pelukannya. Namun aku tidak bisa melakukan hal itu, karena dia memelukku dengan menangis dan gemetaran.

Sudah sekitar 15 menit dia memelukku dengan erat. Aku merasa bersalah kepadanya karena mengambil kesempatan dalam kesempitan.

“Ehem...!”

Melati tersentak mendengar dehaman yang keluar dari mulutku. Lalu dia melepaskan pelukannya sembari mengusap air matanya.

“Oh sorry no, tiba-tiba gua meluk lu...”

Virus Injection Blood [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang