Tidak Percaya

89 23 2
                                    

Tak...

Tak...

Tak...

Suara langkah kaki terdengar tergesa-gesah melangkah dengan cepat. Suara langkah kaki yang berasal dari sepatuku.

Aku sudah tidak memperdulikan suara langkah kakiku yang memecah kesunyian malam di sekolah ini. Aku harus bisa mengasih tau, masalah yang terjadi ini kepada mereka berdua yang saat ini, berada di markas besar kami bertiga, ruang tata boga.

***

Dengan cepat, aku mengetuk pintu ruang tata boga ini. Aku harus bisa memastikan mereka tau dengan keadaan ini.

Tok... Tok... Tok...

Aku menunggu Jawaban dari dalam, untuk memastikan mereka atau salah satu dari mereka ada didalam.

“Pelajaran yang paling di benci ?”

Terdengar suara dari dalam. Aku bisa memastikan kalau salah satu dari mereka ada didalam. "Ayolah, cepet buka pintunya ini gua, Retno," ucapku dengan wajah yang masih memandangi pintu tata boga ini.

"... "

Tidak ada jawaban dari dalam. Entah kenapa, aku merasa gemes sekali dengan peraturan yang mereka buat. Ini jadi membuang waktuku.

“Fisika...” jawabku dengan nada malas.

“... Apa makanannya guru killer?” suara dari dalam.

“Apa aja, yang penting makanan... ” jawabku lagi dengan nada malas.

“Kucing hitam yang putih?” tanya lagi suara dari dalam.

“Giginya...”

Ceklek!

Akhirnya, setelah melewati beberapa kode sandi yang mereka buat, pintu ruang tata boga ini bisa terbuka juga.

Terlihat yang membukakan pintu ini adalah Mawar yang sedang memakai kaos hitam berlengan panjang dan bergambar bunga teratai. Terlihat juga Melati yang sedang asik membuka parcel bahan-bahan makanan di atas meja praktek tata boga. Dan dia hari ini memakai kaos putih berlengan panjang juga dengan motif di bajunya bunga mawar.

Bola mataku, aku arahkan ke Mawar dan Melati yang sama-sama melihat ke arahku.

"Ada apa?" tanya Melati yang tadinya asik membuka parcel bahan-bahan makanan berhenti membuka parcel-parcel tersebut.

Mawar yang tadinya berada di belakangku, berjalan ke arah samping kanan Melati dan duduk di sebelahnya. "Iya no ada apa? Biasanya juga lu gak marah-marah kaya tadi soal sandi kita," ucapnya sembari tangan kanannya menyanggah kepalanya.

Mendengar pertanyaan dari mereka berdua, aku langsung mengatakan kepada mereka alasan sebenarnya kenapa aku ke ruangan ini dengan terburu-buru. "Iya soalnya gua mau kasih tau ke kalian... " ucapku dengan berjalan ke arah mereka berdua dan duduk di hadapan mereka berdua.

"... Pagar sekolah ini sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi," tambahku dengan jari jemariku saling bertautan dan memasang wajah serius.

Mereka berdua syok dengan ucapanku tadi. Wajah mereka seperti mengatakan, "Bagaimana bisa? pagar sekokoh itu, bisa tidak kuat menahan mereka yang terinfeksi?"

"Gua tau apa yang kalian pikirkan berdua," ucapku sembari menutup kedua mataku. "Mereka yang terinfeksi, hari ke hari semakin banyak yang mengumpul di sana dan mereka menekan pagar tersebut sehingga dua dari dua belas engsel yang ada, rusak," tambahku dan kali ini, aku menatap ke arah mereka.

"Te... Terus bisa bertahan berapa lama no pagar itu dapat bertahan lama?" tanya Mawar yang menatap mataku dengan serius.

Melihat Mawar yang begitu serius dengan pertanyaannya, aku menatapnya kembali. "Kemungkinan 3 atau 4 hari lagi, mereka akan berhasil masuk kedalam sekolah."

Virus Injection Blood [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang