Last Hope

60 16 0
                                    

“No... tolong cariin selimut di daerah sini!” perintah Mawar.

“Oke” jawabku dengan singkat sembari berlari untuk mencari yang dimaksud Mawar.

Setelah satu menit aku mencari selimut, aku berhasil menemukannya. Lalu aku bawa ke garasi. Sesudah sampai, aku  langsung pakaikan selimut itu ke Melati.

Namun matanya sudah sedikit berubah menjadi mata zombie. Walaupun matanya sudah berubah, tetapi dirinya masih sadar.

Peluang 25 persen itu ternyata tidak berhasil melawan virus yang ada di dalam tubuhnya. Membuat Melati perlahan-lahan akan berubah menjadi zombie.

Setelah Aku tau kalau Melati sudah tidak bisa diselamatkan, dengan berat hati aku memberitahukan hal ini kepada Mawar.

Sontak mendengar penjelasan dariku, membuat Mawar tidak tahan membendung air matanya. Seakan-akan tidak terima dengan kenyataan, dia mengatai ku dengan pembohong serta memukuli tubuhku.

Aku yang tidak bisa berkata-kata lagi, hanya bisa membiarkan Mawar memukuliku. Melihat orang yang kau cintai akan berubah menjadi monster yang jahat, membuat siapapun diposisi ini perasaannya akan bercampur aduk.

Marah, dendam, sedih sudah menjadi satu-kesatuan yang utuh. Itulah perasaan yang aku rasakan ini.

"Ke... kenapa disini jadi gelap? Apa sekarang sudah malam?"  ucap Melati dengan suara pelan sembari meraba-raba matanya.

“Iya Mel... disini udah malam.” jawab Mawar membalas Melati sambil menahan tangis.

“Ke... ke... kenapa... badanku... dingin, ya?” ujar Melati yang menggigil kedinginan.

Dengan cepat, Mawar memeluk Melati dengan erat. Tangannya tidak bisa berhenti bergetar. Mulutnya yang mencoba mengatakan sesuatu, namun dia tak bisa. Air mata yang mengalir deras dari sela-sela matanya tak bisa dia bendung lagi.

“Kenapa suara kamu terdengar seperti orang lagi menangis Mawar?" tanya Melati  sembari meraba-raba wajah mulus Mawar. Mawar tak bisa mengatakan apapun selain memegang tangan yang menyentuh wajahnya dengan lembut disertai tangisan yang masih mengalir di pipi wajahnya.

"Apa Retno ada disini?” tanya Melati kembali.

Aku memegang tangan yang lainnya dan mengatakan kalau aku ada di sampingnya.  Lalu dia menoleh ke tangan kiri yang aku pegang.

"Ret... Retno... Aku... Min—"

Seketika tubuhnya kejang-kejang begitu hebat. Mata yang mengarah ke atas dan jari-jemarinya yang bergerak tak beraturan, membuatku tak tega melihatnya.

“Mel... Mel... lu kenapa, Mel?!” Mawar panik dan mengguncangkan tubuh Melati.

Tanpa sadar, aku menggenggam jari di tangan kirinya dengan begitu kuat sembari mendekatkan ke wajahku. Lalu aku memejamkan sejenak dan berdoa agar dia tenang.

Itu semua tak ada hasilnya. Tubuh Melati tetap bergetar dan dirinya seperti kesakitan.

Tak kenal putus asa, aku tetap mendekatkan punggung tangan kirinya ke wajahku dan tetap berharap agar terjadinya keajaiban.

“Ter... nyata... ka... mu... ada... disi... ni... Ret... no....” ucapnya sembari memenggal tiap kata yang terucap dan dia membelai wajahku dengan tangan kanannya.

“Iya Mel gua udah ada disini...” jawabku dengan air mata yang menetes dari wajahku.

“Bo... leh... aku... min... ta... to... long?”

Aku hanya bisa menganggukan kepalaku dan tetap menggenggam erat tangan kanannya itu.

“To... long bu... nuh... aku.”

Virus Injection Blood [END] ✓Where stories live. Discover now