Ningsih (part 1)

82 20 0
                                    

Aku tetap berbasa-basi untuk mengatakan secara tidak langsung supaya gadis ini tidak kaget mendengar kenyataan yang pahit. "Kalau gitu, kenapa gak ikut gua cari bapak lu aja?"

Gadis itu hanya bisa diam dengan kepala menunduk. Dia seperti menyembunyikan sesuatu.

Entah apa yang disembunyikan oleh dia, namun aku punya firasat tidak enak sejak aku ke lantai dua. Seperti ada suatu bahaya, namun di sembunyikan.

"Oh iya, ngomong-ngomong lu di sini sendiri? Keluarga lu yang lain kemana?" tanyaku memecahkan keheningan diantara kami berdua.

Dia tetap saja diam. Semenjak aku meminta dia untuk ikut keluar mencari ayahnya, dia hanya mematung dan matanya melirik ke arah pintu kamar dengan bekas darah mengering yang masih menempel.

"Gua emang gak tau siapa yang ada di dalam sana," jari telunjukku mengarah kepada pintu itu "namun yang perlu lu tau, kalau dia sudah gak bisa diselamatkan."

Sontak ucapan dariku, membuat dirinya menangis tersedu-sedu mendengar dari ucapanku. Memang, aku sebenarnya tidak mau mengatakannya secara langsung, namun dari gerak-geriknya mengatakan kalau yang di dalam sana adalah orang yang berharga dan sudah berubah menjadi zombie.

"Memang benar, yang di dalam sana itu... Adalah mamahku..., " ucapnya yang sesekali sesenggukan menahan emosi kesedihannya.

Aku tak bisa berkata lebih lanjut lagi. Roda yang namanya kehidupan, terus berputar. Tak peduli yang dilalui jalan yang lurus atau jalan yang penuh dengan hambatan. Namun harus tetap kita lalui hambatan itu, apa pun caranya.

Mendengar suara cewek itu, membuat dadaku, ikut merasakan sakit. Aku membayangkan kalau itu adalah mamahku. Apakah aku sanggup seperti cewek ini berduaan dengannya? Aku tak yakin.

"Oh iya, gua bawa beberapa makanan. Lu belum makankan?"

"Ehhh, terima kasih, tapi aku udah makan ta..."

KRUKKK!!!

Aku tertawa mendengar suara perut yang sangat nyaring. Cewek itu, hanya bisa menunduk sembari melontarkan senyuman malu.

Dengan cepat, aku mengeluarkan makanan ringan dari tasku dan menyuruhnya untuk memakannya. Dengan malu-malu kucing, dia mengambil sebagain lalu memakannya.

Ditemani suara jam yang berdetik diantara kami berdua, kami memulai perkenalan satu sama lain hingga berbagi curhat. Sehingga kami cepat akrab satu sama lain.

***

Dengan cepat, aku memimpin cewek ini yang ternyata adalah adik kelasku dengan hati-hati. Supaya kami berdua terhindar dari kepungan zombie yang lapar ini, aku mengasih tau padanya untuk berjalan dengan pelan-pelan dan mengendap-endap.

Sebelumnya, cewek ini mengatakan kalau bapaknya mencari persedian makanan selama satu minggu kedepan. Dan beliau sudah pergi dari kemarin.

Ini menambahkan argumenku, kalau yang aku lihat tadi, adalah bapaknya Ningsih si cewek ini yang sudah berubah menjadi zombie.

"Kenapa kak Retno harus meminta ke kak Mawar dan kak Melati selama dua hari?" tanyanya dengan posisi sedang mengendap-endap.

"Seperti yang gua bilang tadi di rumah lu. Gua meminta dua hari itu karena gua harus lewatin jalan di kampung lu yang cukup padat ini," jawabku dengan posisi juga mengendap-endap bersama Ningsih.

"Hem... Oh iya kak, kan kakak tadi cerita kita ada di sekolah yang sama, tapi kok Ningsih, gak pernah ngeliat kakak?"

Pertanyaan yang keluar dari mulut mungil dari gadis yang cantik ini, membuatku kebingungan menjawabnya.

Virus Injection Blood [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang