Kamp Cabang GBK

90 22 0
                                    

"Ningsih..." lirihku yang masih menatap rumah besar itu dari luar. Lalu aku meninggalkan rumah besar itu yang di penuhi zombie dan kenangan Ningsih.

***

Aku melihat jam yang ada di tanganku sudah menunjukkan pukul 7 lewat 35 menit. Sudah saatnya aku berhenti sejenak dan mencari tempat berlindung dari malam yang dingin dan seram.

Para zombie itu sering berkeliaran di jalan-jalan untuk mencari mangsanya. Aku harus ekstra hati-hati untuk mencari tempat berlindung dari para pemakan manusia itu.

Aku mencari-cari rumah yang terlihat aman di mataku. Dengan bantuan sinar cahaya bulan purnama, aku memutuskan untuk beristirahat di toko serba guna yang berada di sudut jalan yang sepi.

Tempat itu, aku rasa cukup aman. Dengan langkah yang penuh hati-hati, aku memasuki pintu toko tersebut.

Keadaan di sana, cukup rapih. Hanya beberapa barang yang berserakan di lantai. Bahkan, produk makanan masih ada tersisa di rak nya. Ini merupakan suatu rezeki buatku.

Dengan cepat, aku mengambil beberapa makanan yang tersisa di rak ini. Kemudian, aku mengambil posisi yang bisa membuatku memantau area luar.

Aku membuka roti yang terbungkus transparan dan bertuliskan rasa "coklat". Ini mengingatkan ku tentang makanan kesukaan Ningsih. "Ehhh... Bukankah ini roti kesukaan Ningsih?" gumamku mengingat masa-masa kami curhat di rumahnya.

"Kenapa harus lu sih Ningsih?" ucapku dengan menyesali takdir yang sudah di garis kan oleh Tuhan untuk Ningsih.

Aku masih tidak percaya orang sebaik dan setulus Ningsih, harus menjadi sebuah monster pemakan manusia. Sungguh takdir yang menyakitkan.

Di saat kami berdua sudah merasa dekat, namun takdir memisahkan ku dengan dia. "Sungguh ironis..., " gumamku.

Tanpa ku sadari, air mataku berlinang menyusuri pipiku sembari memakan roti ini. Aku masih mengingat senyuman terakhirnya yang sangat tulus. "Sial... Kenapa gua se cengeng ini sih?"

Aku terus memaki-maki diriku sendiri, kenapa aku begitu cengeng begini. Namun air mataku tetap berlinang mengingat kejadian itu.

***

Sinar pagi menyinari bumi dengan begitu hangat. Aku keluar dari persembunyian ku sekitar satu jam yang lalu, setelah aku beristirahat di sana.

Aku menuju ke tempat Mawar dan Melati yang kemungkinan masih tetap berada di arah Barat.

Kedua kakiku ini terus berjalan menyusuri jalan-jalan yang sangat sepi. Hanya kendaraan bermotor yang rusak saja yang berada di sini.

Tidak ada zombie yang terlihat olehku. Meskipun demikian, aku terus mewaspadai sekitar dari ku.

Tanpa aku sadari, aku sudah berada di jalur Barat yang di depan ku. Terlihat gedung sekolah ku yang terlihat begitu menyeramkan.

Segera saja aku mengambil hp di saku celana. Aku harus menelpon salah satu dari mereka dan menanyakan dimana mereka bersembunyi.

Dengan cepat, aku mengetik nama yang terlintas di benakku, Mawar. Segera aku menelponnya untuk menanyakan di mana mereka berada.

Setelah tersambung dengannya, Mawar mengatakan kalau mereka berada di rumah yang paling tinggi di daerah Barat. Segera saja aku mengatakan untuk pergi ke sana.

Setelah menit berlalu, akhirnya aku melihat mereka berdua yang tengah duduk dan sambil memasang wajah siaga dan cemas.

Ketika aku melihat mereka berdua, hatiku langsung lega karena mereka masih setia menungguku dari kemarin. Segera aku menuju ke tempat mereka berdua.

Virus Injection Blood [END] ✓Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon