Part 2

15.6K 848 4
                                    

Lafadz- lafadz Allah indah terdengar dengan syahdunya. Membuat kicauan burung terdiam tak lagi bersuara. Sungguh kuasa Allah.

Sore ini kududuk di halaman belakang Ndalem. Ku lafadz kan ayat-ayat Allah. Ku mulai menghafalkan setiap ayat demi ayat. Sampai waktu jam 4 aku segera bergegas pergi untuk mengajar di Madrasah Diniyah. Sebelum aku meninggalkan tempat itu, ku dengar suara memanggilku. Suara yang sangat kurindukan.

"Ning...." ucap Ustad Faruq.

Ustad Faruq yang memanggilku. Kualihkan pandanganku ke sembarang arah. Aku mulai meninggalkan Ustad Faruq.

"Ning tolong dengarkan penjelasanku"

"Tidak perlu ada yang dijelaskan, saya sudah ikhlas jika anda menikah dengan kakak saya, jaga dia, dia wanita yang baik, memang dia lebih cocok untuk anda" ucapku panjang lebar dengan bahasa formal

"Aku mohon Ning Zahwa"

"Ustad saya permisi, tidak baik kita berbicara di sini, saya hanya menghindari fitnah, assalamu'alaikum" salamku padanya

"Wa'alaikum salam" jawabnya lirih.

Sedih, kecewa itu yang kurasakan. Tapi aku berusaha untuk melupakan kenangan itu. Aku fokuskan untuk belajar dan belajar, karena masa depanku lebih aku fikirkan ketimbang hal-hal yang menyangkut cinta yang sudah jelas jodoh tidak akan kemana. Mungkin ini teguran dari Allah yang terlalu berharap kepada manusia. Maaf kan hambamu ini Ya Allah.

Malam ini setelah isya, aku dan para santri lalaran nadzom dengan diiringi senda gurau yang dilakukan santri yang usil, yah siapa lagi kalau bukan mba Muna.

قَـالَ مُحَمَّد هُوَ ابنُ مَـالِكِ ¤ أَحْمَدُ رَبِّي اللَّهَ خَيْرَ مَالِكِ

Bait - bait nadzom alfiyah terdengar dengan keindahan.
Setelah lalaran selesai, kami bersiap-siap untuk masuk kelas.
Malam ini sungguh menyakitkan karena jadwal Ustad Faruq yang mengajar.

Dina dan Mba Muna biasanya sering sekali menggodaku jika ada ustad Faruq, namum sekarang menatapku dengan iba. Mereka memelukku.

"Eh udah ada ustad ayo fokus belajar" ucapku

"Ning sabar yah" Ucap Dina sedih.

"Iya insya Allah"

"Ning kalem aja yah, siapa tau nanti jodoh Ning itu Gus yang tamvaaan, yang sholeh, yang yang yang baik deh" ucap Mbak Muna dengan cengirannya.
Kami terkekeh dengan mbak Muna

"Aamiin" jawabku dan Dina

Kami fokus belajar. Aku berusaha biasa dan menjadi terbiasa. Aku mulai aktif bertanya seperti dulu. Aku hilangkan rasa canggungku pada Ustad Faruq.

Sekitar jam 10 aku masuk Ndalem, disitu ada kakek, pakde Ali, Kak Dimas. Kalau pakde Basir pasti beliau sedang mengurus di pondok putra.

Seperti biasa aku mencium tangan mereka dengan tadzim kecuali Kak Dimas.
Langsung ku murojaah kepada kakek.

Sekitar jam 11 malam aku kembali ke asrama pondok. Sebelum masuk kamar ku langkahkan untuk mengambil wudhu. Ku baringkan tubuhku dan mulai menjemput mimpi.

***

Dua Minggu berlalu. Sekang di Pondok Pesantren Darusalam tercinta ini sedang sibuk-sibuknya karena cucu dari Kyai Besar Darusalam akan pulang ke Pondok setelah bertahun-tahun di Mesir.

"Ya Allah aku ngga sabar ketemu Gus Alyas, pasti tamvan" ucap Mbak Muna

"Hehe iyah yah mba, soalnya ngga pernah liat Gus Alyas"

DARUSALAM LOVE✔(Sudah Terbit)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora