Part 24

11.5K 708 1
                                    


"Cintailah seseorang sekedarnya saja"

***

Aku berusaha melupakan Kak Alyas. Aku harus bisa. Jujur, aku memang masih memikirkannya. Terlebih hari ini sama sekali belum bertemu dengannya, yang ada hanya berita-berita tentang diriku dan Kak Alyas.

"Ning ke kantin yuk" ajak Mba Muna

"Aku ndak mood" jawabku

"Ayo Ning, udah laper nih"

"Iyah Ning aku tadi ndak sarapan jadi laper nih"  tambah Dina sambil memegangi perutnya

"Ya sudah lah ayo" ucapku berlalu meninggalkan mereka.

Mereka tersenyum dan langsung mengejarku untuk mensejajarkan langkahku.

Aku bertemu Kak Salsa dan Ustad Faruq di kantin. Mereka menyapaku. Tumben sekali mereka berada di kantin pondok.

"Kita duduk di sana yuh dek" ajak Kak Salsa lembut

Aku pandangi teman-temanku mereka pun mengangguk dan memahami posisiku sekarang.

Aku, Kak Salsa, dan Ustad Faruq duduk di dekat jendela. Kak Salsa memesankan makanan untuk kami. Sambil menunggu pesanan datang, Kak Salsa mengobrol ini itu.

"Gimana dek kuliahnya?" tanya Kak Salsa lembut

"Alhamdulillah baik-baik aja kok Kak" jawabku

"Kalau misalnya Dek Zahwa mau lanjut S2 di Bandung aja, kan di sana ada Kakek kak Salsa, jadi kamu di sana sambil ngaji gitu" terang Kak Salsa

"Iya Zahwa pengin Kak, tapi kan Gus Zul...."

Kak Salsa dan Ustad Faruq saling pandang

"Ning, keputusan ada ditanganmu, pilihlah dengan baik" ucap Ustad Faruq

"Iya Ustad" jawabku

Pesanan kami pun telah sampai di meja kami. Dengan khidmat kami pun memulai makan dengan diawali doa.

***

POV Alyas

Aku terus mengumpulkan data-data untuk syarat-syarat dari targetku. Aku juga terus membaca buku-buku yang terdapat di dalam perpustakaan Kakek. Aku berusaha melupakan Zahwa dengan cara aku sibuk. Mungkin tidak 100% aku akan benar-benar melupakan Zahwa, tapi setidaknya aku berusaha.

Ponselku yang tergeletak di meja bergetar dan menampilkan cahaya. Segera aku raih ponselku dan ternyata ada balasan pesanku dari seseorang yang sedang aku tunggu-tunggu.

"Alhamdulillah, aku harus meminta restu Abi dan Umi" ucaku bermonolog

Segera saja aku langkahkan kakiku menuju Abi dan Umi, dan di sana terdapat Kak Dimas, Kak Lia, dan keponakanku Anisa. Jujur aku tak tega harus mengatakan ini. Terlebih Umi. Umi pasti sangat sedih dengan apa yang aku lakukan nanti. Sudah terbukti dari aku yang berangkat ke Yaman dan Mesir, Umi mengurung diri selama seminggu. Mana mungkin aku tega melakukan ini semua kepada Umi. Tapi aku harus melakukan ini. Aku harus bisa melupakan Zahwa.

DARUSALAM LOVE✔(Sudah Terbit)Where stories live. Discover now