Part 26

11.8K 722 13
                                    


"Niatkan segala sesuatu karena Allah,
niscaya Allah akan mempermudah jalan yang kita lalui"

***

Aku langkahkan kakiku lemas ke asrama pondok. Hampir saja aku terjatuh dan untunglah ada pak sugeng dan kawan-kawannya.

"Bos... Eh Ning Zahwa ndak papa?" ucap Pak Sugeng

Aku tatap mukanya. Entahlah apa yang dia pikirkan.

"Eh maap Ning, saya ndak sengaja, karena tadi Ning mau jatuh"

"Iya ndak papa, syukron"

"Aaaff.... Afwan"

Aku meninggalkan mereka, dan kawan pak Sugeng yang bernama Sobri memanggilku.

"Ning..??? Gus Alyas memberi kami tugas" ucapnya

Aku membalikan badanku.

"Tugas? Tugas apa?" tanyaku penasaran atas jawabannya

"Gus Alyas pertama memberi kami tugas dan Ustad Jufri untuk mengurusi cafe nya di daerah perbukitan" ucapnya

"Yah lakukanlah dengan niat tulus"

"Dan kami diberi tugas untuk menjaga Ning Zahwa semasa Gus Alyas di Turki" ucapnya lagi.

Perasaanku menjadi campur aduk ada rasa bahagia plus sedih.

"Terima kasih pak, saya rasa itu tidak perlu"

"Ndak Ning, kami sudah diberi amanah, kata Gus Alyas kalau sudah diberi amanah harus dilakukan" ucapnya lagi

"Baiklah kalau begitu, terima kasih" ucapku tersenyum.

Aku pergi meninggalkan mereka yang tengah berdiri di sana. Aku bahagia Kak Alyas masih memikirkanku. Astaghfirullah apa yang aku rasakan. Aku tidak boleh punya rasa seperti ini.

Aku terus melangkahkan kakiku menuju asrama pondok putri.

***

POV Alyas

Sudah sebulan aku di Turki. aku sedikit pusing dengan keuanganku. Terlebih usaha cafeku di Indonesia semakin menurun. Aku butuh uang untuk biaya hidupku di Turki. Meskipun ada Mehmed temanku. Tapi aku harus bisa mandiri.

Aku dan ustad Jufri melakukan video call.

"Gus, akhir-akhir ini jarang orang yang ke cafe, lihatlah tidak banyak orang di sini" ucapnya dan mengarahkan kamera pada setiap sudut cafe.

"Pemasukan uang bagaimana?" tanyaku

"Maaf Gus tidak sesuai target, cafe ini sepi karena ada cafe baru di sebelah kiri pohon pinus yang lumayan besar, cafenya cukup modern dan banyak fasilitas yang ada"

"Ane pusing tad, apa keluarga ndalem tau ini semua?"

"Ane belum kasih tau Gus, saya kasih tau sampeyan dulu"

Aku mengangguk

"Jangan kasih tau keluarga ndalem dulu, sebelum cafe itu stabil, dan beri tau Pak Sugeng dan yang lain untuk mencari menu-menu baru, agar pengunjung ndak bosan" ucapku

"Siap Gus, sudah dulu Gus ane di panggil sma Dek Ziya" ucapnya sambil mengedipkan mata

Aku geli melihatnya. Dan aku pun memutuskan sambungan secara sepihak setelah mengucapkan salam.

Aku senderkan badanku di sofa. Rasa pusing yang aku dapat sekarang.

Tiba-tiba Mehmed datang dan menghampiriku.

DARUSALAM LOVE✔(Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang