part 4

13.5K 817 4
                                    

Mobil berhenti di parkiran Restoran Sate. Kami pun berjalan menuju restoran.
Kak Dimas pun memesankan sate untuk kami.

Bau aroma sate menusuk hidung. Sungguh nikmat. Aku melihat Kak Lia langsung memboyong sate. Lalu di makan. Sedangkan kami hanya melihatnya.

"Umi makannya jangan kaya gitu" ucap Kak Dimas sambil membersihkan mulut Kak Lia dengan tisu

"Habisnya enak banget sih Abi"

Aku sangat senang melihat keromantisan mereka. Ditambah lagi Kak Salsa dan Kak Faruq yang pengantin baru. Yah jujur hatiku sedikit sakit. Tapi ku berusaha menghilangkan.

"Kalian romantis banget jadi iri nih" ucapku jujur

"Makannya cari pasangan Dek" ucap Kak Faruq

"Entar-entar aja deh, aku fokus belajar aja deh" balasku

"Emang mau sampe kapan kamu jomblo terus? Nih lagi Alyas betah banget jomblo" ucap Kak Dimas

"Kok aku dibawa-bawa sih Kak?" ucap Kak Alyas

Kak Dimas pun terus saja menggoda kejombloan Kak Alyas. Yah maklum, Kak Alyas seperti tidak merasakan jatuh cinta selama ini. Memperkenalkan seorang wanita saja tidak pernah. Dia terlalu fokus belajar dan karier, sampai-sampai tidak memikirkan pendamping.

"Kenapa kamu ngga nikah saja sama Zahwa, kan sama-sama jomblo" ucap Kak Dimas tanpa disaring

Aku dan Kak Alyas kaget dan terbatuk-batuk. Kak Salsa memberikanku minuman.

"Hehe maaf bercanda kali" ucap Kak Dimas cengengesan.

Aku  izin ke toilet, untuk membersihkan wajahku. Saat aku akan kembali bergabung dengan Kak Dimas dan yang lain. Aku kaget Kak Faruq datang.

"Ning, dengarkan penjelasan saya dulu"

Aku hanya diam. Percuma juga menghindar. Memang masalah ini harus diperjelas agar masalah ini kelar.

"Ning, waktu itu saya bicara sama Abah di rumah, Abah bilang setuju jika saya menikah denganmu" Kak Faruq tarik nafas panjang

"Kemudian malam itu saya meminta pendapat Kakek saya,beliau mengatakan bahwa aku sebaiknya menikah dengan Ning Salsa, karena Kakek Ning Salsa yang di Bandung adalah sahabatnya, dan beliu sudah berjanji akan menikahkanku dengan cucunya, dan cucunya itu adalah Salsa. Saya hanya menurut apa kata Kakek, maafkan saya Ning" ucap Kak Faruq berkaca-kaca

Kudengarkan setiap kalimat yang diucapkan Kak Faruq. Aku tak sanggup dengan semua ini. "Ya Allah ampuni hambamu ini, sungguh ini menyakitkan, tapi hamba tau ini rencanamu yang indah"  ucap batiku

Aku coba menahan air mataku. Aku tidak ingin dikatakan lemah. Yang hanya aku lakukan sekarang adalah berusaha tersenyum.

"Kak Faruq, ini sudah takdir Allah, yang harus kita lakukan adalah menerimanya, sekarang aku sudah tahu alasan Kak Faruq, semoga ini awal yang indah" ucapku

Aku  meninggalkan Kak Faruq menuju keberadaan Kak Dimas dan yang lain.

Makan-makan pun selesai, kini kami akan pulang ke pondok.

***

Buku-buku kurapikan,  karna UN telah selesai. Para santri semua bebersih-besih lemari pakaian, buku, dan yang lainnya.

"Aduh aku pasti kangen Darussalam nih" ucap Dina

"Iyah nih, apalagi Ning Zahwa yang imut ini" ucap Mbak Muna sambil menyubit pipiku

"Ih Mbak Muna sakit tau" ucapku padanya

Mbak Muna pun meminta maaf padaku. Kami pun menghabiskan waktu bersama. Kami mungkin akan saling merindu.

Matahari yang menyilaukan di siang hari, membuat para murid MAD (Madrasah Aliyah Darussalam) menjadi berebut es di kantin.  Mungkin dengan meminum es semua menjadi segar.

Sekarang ini aku dan kawan-kawanku sedang berada di kantin. Memang sebenarnya kelas 12 sudah bebas, tapi kami tetap berangkat. Yah sekedar menghilangkan rasa bosan di asrama pondok.

"Ning, nanti mau lanjut kuliah dimana? apa mau ke Mesir kaya Gus Alyas?" tanya Dina padaku

"Ngga Din, aku kayanya kuliah di Darussalam, soalnya kakek minta aku ngajar" jawabku

"Berarti sama dong Ning, aku sama Dina juga kuliah di sini" jawab Mbak Muna.

Dina pun mengangguk.

"Alhamdulillah, jadi kita sama dong" ucapku senang.
"Iya Ning" kami pun berpelukan.

***

Hari kelulusan kelas 12 MAD telah berlansung. Para wali murid atau santri berdatangan untuk melihat kelulusan anaknya dan sekaligus silaturahmi ke keluarga Ndalem.

Aku sangat bahagia saat ini,  karena aku akan lulus insya Allah.  Ditambah lagi Abi Umiku datang.

"Sudah siap Nduk?" tanya Umiku

"Sampun". Jawabku

"Nanti kalau kuliah kata Abah kamu ngajar di sini yah Nduk"

"Iya Umi, doakan Zahwa yah Umi"

"Tentu sayang, kalau sudah lulus kuliah nanti Zahwa bisa amalkan ilmu Zahwa di Majlis Darussalam, nanti juga dibantu Alif adik kamu" ucap Umi

Aku hanya tersenyum, entahlah belum ada dipikiranku untuk mengembangkan Majlis Darussalam.

"Nanti kalau udah punya suami kan enak, yang ngurus suaminya Zahwa" ucap Umiku lagi

"Umi ini, calon aja belum ada udah bilang suami" ucapku terkekeh

"Kamu yah dibilangin" Umiku tersenyum.

Para wisudawan dan wisudawati duduk di depan, sedangkan wali murid duduk di belakang. Sambutan-sambutan, penampilan dari siswa MAD, dan masih banyak lagi yang ditampilkan.

Kini sesuatu yang ditunggu-tunggu, pengumuman peringkat. Semua orang menjadi tegang. Aku pun merasa tegang, aku takut aku tak meraih peringkat di akhir pendidikanku di MAD. Tapi kubuang perasangka buruku itu. Ku coba untuk berhusnudzon.

"Baik semua, saya selaku pembawa acara, akan menyampaikan siswa-siswi yang berprestasi. Dan untuk tahun ajaran ini peringkat 3 diraih M. Adi, peringkat 2 diraih Safira, dan peringkat 1 diraih oleh.... Almeera Zahwa Abdullah, kepada nama yang disebutkan dipersilahkan maju ke panggung"

Sungguh aku bahagia akhirnya aku masih bisa mempertahankan prestasiku. Aku melangkahkan kaki ku menuju panggung. Para keluarga Ndalem melihatku dengan tatapan bangga. Semuanya tersenyum padaku.

Aku meraih piala, sertifikat, dan hadiah. Sungguh kuasa Allah. Segala puji bagi Allah.

Kuraih microfon yang diberikan MC padaku.

"Assalamu'alaikum warohmatullah wabarokatuh
Semua orang menjawab salamku.

" Alhamdulillah segala puji bagi Allah, yang telah memberi kita nikmat.
Fabi ayi ala irobikuma tukadzibanziban "  ucapku sambil meneteskan air mata
"Pertama-tama saya ucapkan terima kasih kepada Allah Swt. Saya ucapkan terima kasih kepada Umi, Abi dan seluruh keluarga yang mendoakan saya" air mataku semakin deras, kulihat Abi Umi, kakek nenek dan yang lain berkaca-kaca.

" Maafkan Zahwa Umi Abi belum bisa menjadi anak yang baik untuk kalian." Aku hapus air mataku. Tak banyak yang saya sampaikan, untuk teman-teman seperjuangan mari kita bersyukur atas nikmat Allah, sehingga kita bisa meraih kelulusan, dan untuk adik kelasku giatlah belajar, raihlah prestasi. Cukup sekian dari saya, selebihnya saya mohon maaf, akhirul kalam Wassalamu'alaikim warohmatullahi wabarokatuh" ucapku panjang lebar.

Aku langsung turun ke panggung dan bersimpuh dihadapan Umi dan Abi. Kumenangis ku, ku meminta maaf kepada Abi Umi. Ku langkahkan menuju Kakek dan Nenek, aku ciumi punggung tangan beliau sambil menangis dan meminta maaf. Kakek menenangkanku. Semua keluarga menangis bahagia untukku. Sungguh sang Illahi Robi yang memberi kita nikmat.

DARUSALAM LOVE✔(Sudah Terbit)Where stories live. Discover now