Part 8

12.7K 773 10
                                    

Sekarang aku sudah berada di pondok. Oleh-oleh dari rumah sudah aku bagi-bagikan pada keluarga Ndalem, teman di kamarku dulu, dan teman fakultas. Tidak semua warga Darusaslam yah, soalnya tidak cukup hehe....

Aku berjalan sendiri di tepi jalan raya dekat pondok, sekedar refreshing untuk pikiran.

Kak Salsa sedang berjalan tanpa alas kaki. Mungkin sedang olahraga. Aku hampiri Kak Salsa untuk menemaninya jalan.

"Assalamu'alaikum" salamku

"Wa'alaikum salam" jawab Kak Salsa

"Kak udah makan mangga yang aku bawa dari rumah belum? Rasanya manis, enak lah pokoknya Kak, terus yah kalau dibuat jus tambah enak, nanti aku buatin deh buat Kak Salsa" ucapku panjang lebar

"Hmm...." respon Kak Salsa. Kak Salsa terus berjalan kaki.

"Kak....?" panggilku

"Limadza Ya Zahwa? Jangan ganggu aku terus. Dari kecil sampai sekarang kamu tuh ganggu aku terus" ucap Kak Salsa berlalu meninggalkanku.

Aku kejar Kak Salsa, berusaha mengimbangi jalan Kak Salsa.

"Zahwa pergi sekarang!!!" perintah Kak Salsa dengan emosi

"Tapi Kak...."

"Aku bilang pergi!!!!" ucap Kak Salsa keras.

Aku pun pergi meninggalkan Kak Salsa

"Aaaaaaaa.....aaaaaaa"

Brrrrrrruukkkkkkk

Aku membalikan badan dan ternyata

"Astahfirullahal'adzim Kak Salsaaaa" teriakku

Aku langsung menghampiri Kak Salsa yang tak sadarkan diri dan berlinangan darah segar.
Aku langsung berteriak minta tolong. Karena di sini tidak ada santri maupun warga.

" Tolong.... Tolooooonggg Ya Allah tolong Kak Salsa" teriakku

Para santri dan warga berbondong-bondong menolong Kak Salsa.

Kak Salsa langsung dibawa ke mobil menuju rumah sakit.

Aku membaca surah Yasin untuk Kak Salsa. Dan yang lain sedang berdzikir dan berdoa. Aku menangis, aku merasa bersalah telah meninggalkan Kak Salsa.

"Nduk jangan sedih" hibur Bude Sarah dengan lembut.

Bude Sarah memelukku, rasanya seperti pelukan Umi. Umi.... Zahwa butuh Umi.

"Bude... Zahwa yang salah, harusnya Zahwa ngga ninggalin Kak Salsa" ucapki sesenggukan

"Nduk sudah jangan menyalahkan dirimu sendiri, ini takdir Allah" ucap Bude Sarah

Dokter keluar dari ruangan, kami semua langsung menghampiri dokter setengah baya yang ber name tag Rahmi.

"Bagaimana keadaan istri saya Dok?" tanya Kak Faruq

"Bapak suami dari pasien? Bisakah kita berbicara sebentar?"

"Iya dokter" jawab Kak Faruq

"Mari pak" ucap Dokter Rahmi mempersilahkan Kak Faruq untuk mengikutinya.

Beberapa menit Kak Faruq keluar dengan wajah lesu. Kami semua khawatir dengan keadaan Kak Salsa dan calon bayinya.

"Apa yang dikatakan dokter Le? Bagaimana keadaan Salsa dan cucu umi?" tanya Bude Sarah

Tak ada jawaban dari Kak Faruq. Kak Faruq justru menangis. Ya Allah seorang lelaki menangis berarti ini sangat menyakitkan.

"Le Umi tanya padamu? Bagaimana keadaannya?" tanya Umi menangis

DARUSALAM LOVE✔(Sudah Terbit)Where stories live. Discover now