Part 17

12.1K 726 1
                                    

Setelah menunggu kedatangan Ustad Jufri dan Ustadzah Ziya akhirnya mereka terlihat juga.

"Kenapa lama Tad?"

"Ini nih dandan dulu" Ustad Jufri melirik Ustadzah Ziya

"Lah namanya juga perempuan" ucapnya ketus

Aku terkekeh melihat pasangan ini. Heran saja, mereka dikit-dikit ada yang ngambek, dikit-dikit baikan. Seperti pasangan labil saja.

"Yah sudah ayo kita jalan, ane juga bawa Kang Muh supaya ane ndak jadi nyamuk"

"Haha sampeyan manusia gus"

"Sakarepmu lah tad"

Kami pun pergi menuju cafe ku di daerah pegunungan. Sebelum itu aku berencana silaturahmi kepada Paklik Ibrahim dan Bulik Yai Rahmawati.

"Kang sebelum ke cafe, kita ke ndalem Paklik Yai Ibrahim dulu" ucapku pada Kang Muh

"Inggih gus" jawabnya

Setelah perjalanan yang melelahkan kami sampai di kediaman Paklik Yai Ibrahim.

Kang Qosim selaku tangan kanan Paklik Yai menyambut kami.

"Alhamdulillah sampeyan ke sini gus" ucap Qosim lalu menyalamiku

Dan Kang Qosim ternyata akan mencium tanganku. Aku langsung menarik tanganku ke bawah supaya Kang Qosim tidak mencium tanganku.

"Tidak apa-apa Gus, saya ingin mencium tangan sampeyan" kemudian Kang Qosim mengangkat tanganku untuk mencium.

Aku pun tetap pada pendirianku, aku tarik tanganku ke bawah guna menghindar Kang Qosim mencium tanganku.

Aku pun langsung memeluk Kang Qosim. Dengan senang hati Kang Qosim membalas pelukanku.

"Mari Gus" Kang Qosim mempersilahkan kami masuk.

Kami masuk ke kediaman Paklik Yai Ibrahim dan Bulik Yai Rahmawati.

Sampai di ruang tamu, Paklik Yai dan Bulik Yai sudah ada di sana. Kami semua pun mencium punggung tangan beliau dengan tadzim.

"Ayo le, diminum ini teh asli lho, rasanya enak" ucap Bulik Yai Rahmawati

"Inggih bulik"

Aku dan yang lain pun meminum teh yang disediakan beliau. Memang benar apa yang dikatakan beliau. Teh ini sangat enak.

"Ini siapa le?" tanya Bulik Yai

"Ini ustadzah Ziya istri Ustad Jufri bulik" jawabku

Bulik Yai mengangguk faham.

Kami pun bercengkrama ini itu. Rasanya bahagia sekali bisa berkunjung ke kediaman Paklik Ibrahim. Namun sayangnya Zahwa tidak ikut. Mungkin saja Zahwa akan lebih bahagia jika bertemu dengan orang tuanya.

Kenapa aku berfikir tentang Zahwa? Entahlah dengan pikiranku ini.

"Le Zahwa ndak ikut ?" tanya Pakli Yai

"Mboten paklik, tadi sepertinya sedang ada jam kuliah" jawabku

"Nanti salam saja buat Zahwa, terus nanti bawa mangga ya le buat keluarga yang di sana"

"Inggih bulik"

Bulik Yai Rahmawati pun masuk ke dapur.

"Le terima kasih sudah membantu Zahwa, karena usahamu Zahwa terbebas dari tuduhan"

"Inggih paklik, tidak usah berterima kasih paklik, saya ikhlas, ini juga berkat bantuan teman-teman saya termasuk Ustad Jufri"

"Terima kasih ustad" ucap Paklik kepada Ustad Jufri

DARUSALAM LOVE✔(Sudah Terbit)Where stories live. Discover now