Part 22

12.1K 688 3
                                    

***

Aku langkahkan kakiku menuju keberadaan Zahwa. Aku terdiam di depan pintu kamar Zahwa. Aku tidak berani masuk. Aku pun mengetuk pintu kamar Zahwa

"Siapa?"

"Ini kakak dek" jawabku

Selanjutnya tidak ada suara dari Zahwa. Semarah inikah Zahwa padaku?

Aku hampir meninggalkan kamar Zahwa. Tiba-tiba pintu kamar terbuka, aku langsung membalikan badan dan melangkahkan kakiku menuju Zahwa.

"Dek, apa yang diucapakan kakak itu bohong, kita kan sudah sepakat untuk merahasiakan ini semua" terangku

"Iya kak, maafin Zahwa" ucap Zahwa menunduk

"Udah ndak usah sedih oke"

Tiba-tiba ada khadamah yang menghampiri kami. Dan mengatakan kepada Zahwa bahwa ada Gus Zul yang sedang menunggunya.

"Kak, Zahwa kesana dulu yah"

Aku mengangguk saja.

Khadamah membantu Zahwa berjalan. Aku tatap Zahwa sampai menghilang.

Apakah aku pengecut? Tidak berani mengkhitbah seorang wanita. Apakah aku laki-laki penakut akan resiko yang akan terjadi? Bukan itu, aku hanya menjaga nama baik keluarga dan aku tidak ingin merebut Zahwa dari Gus Zul. Karena aku sudah pernah merasakan diposisi Gus Zul. Aku ingin melupakan Zahwa, tapi hatiku berseru untuk memilikinya. Aku juga tidak ingin melukai Gus Zul, tapi aku juga ingin merasakan bahagia. Pro kontra dalam pikiranku. Aku tidak ingin mengkhitbah di atas khitbah.

Aku menuju ruang tamu bermaksud menemui Gus Zul sekedar untuk menemaninya. Langkahku terhalang setelah mendengar perkataan Gus Zul dengan Paklik Yai Ibrahim berserta yang lain.

"Abi setuju jika pernikahan ini kita ajukan, bagaimana pendapat Abah?" tanya Paklik Yai Ibrahim kepada Kakek Yai.

"Abah setuju le, lebih cepat lebih baik" ucap Kakek setuju

"Alhamdulillah" ucap semua yang ada di ruang tamu.

"Bagaimana dengan Ning Zahwa apa setuju?" tanya Gus Zul kepada Zahwa

"Mmm..,.. Saya......"

"Nduk, apa yang menjanggalmu? Pernikahan adalah hal yang baik, sunnah rosul, jangan menghalangi kebaikan" ucap Kakek

Aku langsung masuk ke ruang tamu. Semua menatapku. Kak Dimas memintaku untuk duduk di sebelahnya, aku pun menuruti Kak Dimas.

Zahwa menatapku, aku tersenyum padanya dan mengangguk. Zahwa berkaca-kaca, aku tahu yang aku lakukan adalah melukainya. Maafkan kakak dek.

Dengan menghembuskan napas berat, Zahwa mengangguk pertanda setuju. Semua mengucapkan syukur kepada Allah.

Dan sekarang untuk yang kedua kalinya aku gagal dalam percintaan. Rasa sakit ini lebih sakit dari yang dulu.

***

Zahwa POV

Kenapa perjodohan ini menjadi rumit Ya Allah? Aku belum siap untuk menjalin rumah tangga. Dan di perjelas lagi aku belum menerima khitbahan Gus Zul dengan secara hati. Namun semua keluarga mengira bahwa aku sudah menerimanya dengan tulus. Aku tidak ingin menikah dengan Gus Zul. Aku mencintai Kak Alyas. Tapi aku tidak ingin membuat keluargaku kecewa. Apa yang harus aku lakukan? Bisakah aku egois untuk mementingkan diriku sendiri?

DARUSALAM LOVE✔(Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang