7(bagian dari sebuah takdir)

7.1K 906 12
                                    

"Arghh.." Ini adalah erangan kesekian kalinya yang terdengar dari bibir tipis itu.

Telapak tangan besarnya terus mencengkram kaos yang melekat pada tubuhnya, bahkan kaos berwarna putih itu sudah kusut tidak berbentuk.

Namun semua itu tidak di hiraukannya, dia memilih fokus pada rasa panas yang seakan menghujam jantungnya berkali-kali.

"Argh.. sial!" Makinya dengan sebelah mata yang tertutup akibat rasa sakit yang semakin menjadi.

Semenjak sang ibu menceritakan masa lalu mereka dan siapa ayahnya yang sebenarnya, rasa sakit itu semakin sering dia rasakan.

Memang ini bukan yang pertama kalinya tetapi ahh..rasa sakit yang kali ini tidak dapat di deskripsikan dengan kata-kata.

Tiga tahun yang lalu tepatnya ketika usianya akan menginjak angka delapan belas tahun. Itu adalah saat pertama kalinya dia merasakan rasa sakit itu.

Di saat dia tidak sengaja membaca buku harian ibunya, di saat itulah dia merasa bahwa dunia yang di pijakinya saat ini adalah sebuah lelucoan.

Yang benar saja, ayah yang tidak pernah pulang di setiap ulang tahunnya, ayah yang di inginkan kehadirannya setiap dia sakit merupakan seorang dewa. Yang lebih parah dia adalah Zeus!

Raja dari segala dewa!

What the heck, dude!

"Sudah nak, hentikan. Jangan menyakiti dirimu sendiri" Ucap sang ibu di sela tangisnya. Sungguh dia tidak tega melihat anaknya yang terus-terusan merintih kesakitan.

Dia sungguh merasa tidak berguna di saat sang anak kesakitan yang dapat di lakukannya hanyalah menangis dan menangis.

Bukan kehendaknya, tetapi Taehyung harus mengetahui mengenai kenyataan itu. Mengetahui siapa ayah kandungnya.

"Semakin kamu menyangkal nya maka kamu akan merasa kesakitan. Mom mohon hentikan oke?" Bujuk sang ibu.

Taehyung menggelengkan kepalanya. "Tidak! Hentikan lelucoan mu mom, ini sama sekali tidak lucu!" Ucap taehyung dengan suara yang sedikit meninggi.

Sedetik kemudian raut wajahnya menjadi sendu ketika tersadar dia telah membentak wanita tercintanya.

"Maaf.." Lirih Taehyung.

Telapak tangan sang ibu mengelus dahi Taehyung yang tertutupi oleh poni nya.

"Cobalah untuk menerimanya nak, di usia mu ini kau sudah harus mampu mengendalikan kekuatanmu yang akan muncul kelak" Nasihat sang ibu.

Taehyung bergeming di tempatnya. "Aku tidak bisa" Dia menggeleng putus asa.

"Kau bisa, dengan sedikit bantuan" Potong sang ibu.

"Siapa?"

Sang ibu menggelengkan kepalanya. "Lebih tepatnya di mana" Ujar wanita itu membuat Taehyung mengerutkan dahinya tidak mengerti.

Tangan putihnya mengulurkan sebuah kristal berwarna kelabu dengan ukiran yang membentuk pola sebuah petir pada bagian tengahnya.

"Zecourus"

*****
Wajahnya memang sangat manis, dengan kedua bola mata bulat di sertai dengan gigi kelinci yang menyembul ketika ia tersenyum sungguh menipu setiap mata yang melihatnya.

Di tambah dengan sikapnya yang ramah dan murah tersenyum tidak akan ada yang menyangka jika dia adalah seorang pembunuh berdarah dingin.

Definisi dari malaikat maut yang sesungguhnya.

Ah, atau dapat di sebut sebagai putra penguasa neraka mengingat siapa ayah kandungnya.

"Pagi Jungkook" Sapa seorang wanita tua kepada pemuda berparas menawan itu. Dengan surai berwarna hitam legam namun jika di lihat lebih seksama terdapat pendar kemerahan pada beberapa helai rambutnya, membuat dia tampak menawan.

"Pagi bibi Hang" Balasnya dan memamerkan senyum cerianya. Sungguh kalian tidak akan percaya sudah berapa banyak nyawa yang di habisinya ketika melihat senyuman itu.

Bahkan sudah tak terhitung berapa kali dia menghabisi nyawanya sendiri, tetapi dia kembali di tendang ke dunia oleh sang ayah yang jengah melihat kelakuan putra tunggal nya itu.

"Aku memasak nasi goreng seafood, apakah kau mau?"

"Udang?" Tanya Jungkook.

"Ya, salah satu bahannya"

"Maaf bibi, tetapi kau ingatkan kalau aku alergi udang?" Tolak Jungkook dengan halus.

Wanita itu menepuk dahinya merutuki dirinya yang pelupa.

"Kalau begitu kau mau pie?" Tawar wanita tua itu kembali.

"Apakah pie apel?"

Wanita itu menganggukkan kepalanya. "Aku mau satu loyang penuh" Seru Jungkook dengan girang.

"Aigoo..kau sangat manis, tenang saja jika kurang kau boleh memintanya lagi, pintu ovenku terbuka untukmu" Wanita itu mencubit pipi Jungkook dan kemudian melangkah masuk kedalam dapur.

Seketika senyum di wajah Jungkook menghilang di gantikan dengan raut datar dan rahang yang mengetat.

Palsu...

Semua yang di lakukannya selama ini adalah sebuah kepalsuan.

Tidak ada dapat di percayai di dunia ini, bahkan kedua orangtuanya.

Tidak, hanya ayahnya mengingat dia tidak pernah mengenal dan melihat sosok ibunya sejauh yang bisa di ingatnya.

Itulah alasan dia berkali- kali berusaha menemui ayahnya setelah dia mengetahui siapa ayahnya dari bibi Hang.

Ya, wanita tua itu bisa di katakan sebagai pengasuhnya. Hanya dia yang ada di saat Jungkook membuka dan menutup matanya.

Tidak ada orangtua, saudara maupun teman. Hanya dia dan wanita tua itu.

Tetapi tetap saja Jungkook tidak semudah itu mempercayai nya. Dia tau ada banyak hal yang itu sembunyikan oleh bibi Hang darinya.

"Ini dia" Sepiring pie apel sudah tersaji di hadapannya.

Jungkook tersenyum kecil dan mulai menyantap dengan khidmat.

"Jadi apa yang akan kau lakukan hari ini?" Tanya bibi Hang membuka percakapan di antara keduanya.

Jungkook mengangkat bajunya acuh. "Mungkin menemui pria itu" Jawabnya sekena nya.

Seketika senyum yang menghiasi wajah tua itu memudar. Dia tau siapa pria yang di maksud oleh Jungkook.

"Berhenti menyakiti dirimu Jungkook-ah"

"Hanya itu cara untukku menemuinya"

"Tetapi tidak dengan membunuh dirimu berkali-kali seperti itu!" Sentak bibi Hang.

Jungkook menghentikan kunyahan di dalam mulutnya dan menatap lekat wajah tua yang menunjukkan raut khawatir sekaligus bersalah itu.

"Lalu apa yang harus ku lakukan di saat kau sendiripun menyimpan yang tidak aku ketahui, bukankah begitu?" Ia menatap lamat wajah yang di penuhi oleh gurat keriput itu.

"Kau tenang saja Bi, dia pasti akan melemparku ke dunia lagi" Jungkook mengangkat bahunya acuh.

"Mungkin aku tidak dapat membantu banyak tetapi ada suatu tempat yang mungkin dapat menjawab semua pertanyaanmu" Bibi Hang bangkit dan melangkah menuju kamarnya.

Tidak lama kemudian dia kembali dengan sebuah kristal yang berpendar kemerahan.

"Ketika kau siap nanti, cukup pecahkan kristal ini dan kau akan mengetahui tempat apa yang aku maksud" Ucap bibi Hang seraya menyodorkan kristal dan secaring kertas kosong kepada Jungkook.

"Apa ini?"

"Kau akan tau pada saatnya nanti"

*****

Don't copy my story okay!

28 November 2019

~Weni

King of Demigod [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now