(9) bagian dari sebuah takdir

6.7K 900 6
                                    

"JK!"

"JK!"

"JK!"

Begitulah yang diserukan oleh orang-orang yang berada di arena tarung itu. Mereka bersorak dengan heboh ketika seorang pemuda dengan hoodie hitam dan kepala yang tertutupi oleh sebuah topi melangkah memasuki arena.

"Mari kita sambut juara bertahan kita... JK!" Seru sang pembawa acara dengan hebohnya.

Dari balik topi itu tampak sebuah seringaian yang sangat mengerikan, memerintahkan untuk siapa saja segera melarikan diri dari sana sebelum nyawa yang menjadi taruhannya.

Namun tampaknya orang yang akan menjadi lawan bertarungnya nanti tidak menyadari bahaya yang tengah menantinya saat ini.

"Dan di sudut satunya penantang sang juara... Kyungsung!" Suara pembawa acara itu kembali terdengar.

Jungkook menyeringit saat melihat tatapan dari lawannya kali ini, sangat berbeda dari pada lawan-lawan sebelumnya yang akan menunjukkan sebuah ambisi dan tekat untuk mengalahkannya.

Pria di hadapannya ini hanya menatap kosong tetapi pada bilah bibirnya memasang sebuah seringaian yang sangat mengerikan.

Sesaat Jungkook merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi kepada dirinya, tetapi Jungkook tetaplah dirinya yang menghiraukan segala bentuk yang mengatas namakan perasaan dan firasat. Kedua hal itu sudah tidak ada gunanya bagi pemuda itu.

"3.. 2.. 1! Mulai pertarungannya" Seru sang pembawa acara diikuti oleh penonton lainnya.

Jungkook melepaskan hoodie dan menyisakan sebuah kaos berwarna army tanpa lengan yang masih melekat pada tubuhnya.

Sedangkan lawannya masih setia dengan jubah berwarna hijau itu, mungkin itu adalah gimick-nya?

Ayolah, semua orang ber-hak melakukannya!

Jungkook memasang kuda-kuda, bersiaga akan serangan dari lawannya.

Namun anehnya serangan yang dinantikan itu tidak kunjung tiba, bahkan tidak ada tanda-tanda kalau pria itu akan melayangkan serangan. Tatapannya masih kosong, dan hal itu sedikit mengerikan.

Jungkook berinisiatif untuk menyerang duluan, mungkin lawannya ini butuh sedikit pencerahan.

Sebuah tendangan dilayangkan Jungkook namun dengan mudaj tangan ditangkis oleh pria bernama Kyunsung itu.

Jungkook mundur dua langkah seraya membelalakkan matanya, bagaimana mungkin pria itu mampu menangkis tendangannya tadi hanya dengan satu tangan saja?

Ia kembali melayangkan sebuah serangan, menerapkan prinsip dalam olahraga boxing yang mengandalkan kekuatan kedua tangannya.

Sekali lagi, serangannya mampu ditangkis, bahkan tangan jungkook sedikit nyeri ketika di remas oleh tangan besar pria itu.

Sialan..!

Apakah yang dilawannya saat ini adalah manusia?

Jika bukan manusia, Jungkook ingin sekali mengeluarkan pedangnya dan merubah orang di hadapannya ini menjadi debu.

Dia sudah berani-beraninya mempermalukan Jungkook di hadapan banyak orang seperti ini.

"Sekali lagi" Gumam Jungkook dan melayangkan tinjunya.

Berhasil!

Pukulannya kali ini sukses bersarang pada rahang Kyunsung, membuat kepala pria itu menoleh kesamping saking kerasnya pukulan yang di layangkan Jungkook.

Bahkan pipinya seketika melepuh ketika tidak sengaja bersentuhan dengan cincin milik Jungkook.

Tunggu dulu, melepuh?

Cincin itu tidak akan berpengaruh kepada manusia biasa ataupun kepada orang yang tidak dikehendaki oleh Jungkook.

Kecuali, jika pria di hadapannya ini bukanlah manusia.

Jungkook memicingkan matanya dan mendapati kedua bola mata Kyunsung berkilat kemerahan.

"Kalian semua menyingkir dari sini jika tidak ingin mati!" Teriak Jungkook sebelum terdengar suara ledakkan yang sangat menggelegar.

*****
Sementara itu dilain sisi, Zecourus semakin gempar akan desas-desus mengenai penghuni baru di akademi mereka.

Para demigod semakin gencar menerka-nerka, siapa kiranya yang akan menghuni kamar yang belum ada dua puluh empat jam muncul itu.

Sementara itu di dalam sebuah rumah kabin yang terlihat klasik dengan berbagai jenis tanaman obat yang memenuhi teras depannya, terjadi sebuah kegaduhan.

Siapa lagi kalau bukan putra Aprodhite yang menerobos masuk dengan seenaknya ke dalam rumah gurunya tersebut.

"Apa kau tidak punya sopan santun hah?" Maki sang guru yang memiliki wajah cantik, namun sayang dia adalah seorang pria. Seorang elf lebih tepatnya.

"Maaf ssaem, tapi kami memiliki keadaan gawat darurat!" Seru Hoseok seraya mengguncang bahu kekar sang guru.

"Lepaskan!" Pria bernama Trixy itu menghempaskan tangan Hoseok yang mencengkram bahunya.

"Hanya kau yang bisa kami percaya, kami tidak tau lagi harus mengadu kemana" Ucap Hoseok dengan dramatis.

Sedangkan Seokjin sudah memutar kedua bola matanya malas ketika melihat bagaimana berlebihannya Hoseok saat ini.

"Maaf mengganggu waktu anda ssaem, tetapi kami membawa seseorang kemari. Kau mungkin dapat membantunya" Potong Seokjin ketika melihat Hoseok hendak angkat suara lagi.

Seokjin bergeser dan kemudian mendorong Jimin agar mendekati sang guru.

Trixy terkesiap begitu menatap wajah Jimin, dia berjalan dengan tergesa dan kemudian menatap lamat wajah Jimin. Membuat pemuda itu bergerak dengan gelisah.

"M-maaf.. Apakah anda bisa untuk tidak menatapku seperti itu?" Tanya Jimin dengan tidak nyaman.

Trixy menghiraukan perkataan Jimin dan memilih fokus, dia seakan tengah membaca sesuatu di dalam kedua bola mata Jimin, hingga tatapannya jatuh kepada sebuah kalung dengan bandul serupa tetesan air yang menggantung pada leher Jimin.

"Tidak dapatku sangka, kau benar-benar putranya" Gumam Trixy setengah kaget.

"Dimana kalian menemukannya?" Tanya Trixy kepada dua pemuda lainnya yang berada di sana.

"Aku menemukannya tidak sadarkan diri di tepi danau kemarin malam" Jawab Seokjin.

"Tetapi ssaem, dia mengatakan jika dia memiliki kembaran" Tambah Hoseok membuat Trixy kembali terperanjat kaget.

"Benarkah itu anak muda?" Jimin menganggukkan kepalanya.

"Pantas saja aku melihat sebuah benang terputus dari dalam dirimu, apakah kau merasakan sesuatu yang terjadi pada tubuhmu? Disini tepatnya?" Tanya Trixy seraya menempelkan tangannya pada dada kiri Jimin.

Jimin menyeringit namun segera mengangguk. "Aku merasa seperti ada yang hilang" Lirih Jimin.

Trixy menatap dengan prihatin.
Pria keturunan elf itu memang memiliki keistimewaan, dia dapat melihat sebuah ikatan emosional yang dimiliki oleh seseorang.

Dia tidak mau mengatakan ini, tetapi dirinya tidak punya pilihan lain.

"Maafkan aku Jimin, tapi sepertinya kembaranmu sudah tidak berada di dunia ini lagi"

Jimin terpaku di tempatnya, kedua matanya membelalak dan kemudian menggelengkan kepalanya dengan keras. Menolak perkataan yang dilontarkan oleh Trixy.

"T-tidak mungkin! Jihyun hyung masih hidup!"

*****
Don't copy my story okay!

29 November 2019

Revisi : 18 maret 2020

~Weni








King of Demigod [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now