(20) bagian dari sebuah takdir

7.1K 927 51
                                    

"K-kalian bukan kakek dan nenekku" Ucapnya dengan suara bergetar.

Seketika sebuah seringaian kejam terpatri pada wajah keriput pasangan paruh baya itu, asap tipis menyelimuti tubuh dan kulit keriput mereka mulai mengelupas.

*****
"Apakah kau sudah mengingatnya anak manis?"

Seokjin menghiraukan kalimat yang terlontar dari sang nenek dan memilih membelalakkan matanya menatap pemandangan di hadapannya.

Kedua orang yang di percayainya sebagai kakek dan nenek yang telah membesarkannya kini telah berubah menjadi sesosok monster yang sangat mengerikan.

Seokjin meronta berusaha melepaskan cengkraman tangan berkuku panjang itu dari lehernya.

"Tidak sia-sia juga kita membunuh pasangan tua itu lima tahun yang lalu, dan lihat sekarang apa yang kita dapatkan.." Ucap sang monster seraya tertawa mengerikan.

"Seorang demigod! Bayangkan kekuatan seperti apa yang akan kita dapatkan jika memakannya" Monster itu menjulurkan lidah panjangnya dan menyatukannya pada bibir bawahnya.

"Kau benar istriku, kita akan naik keatas piramida yang tidak akan menjadi golongan bawah lagi" Ucap monster yang masih mencekik Seokjin.

"Lepaskan!!" Seokjin meronta sekuat tenaga, dia begitu ketakutan ketika monster yang mencekiknya itu mengangkat sebelah tangannya yang bebas ke udara, bersiap menghunuskan kuku tajamnya ke dada Seokjin.

Namun sebelum kuku-kuku itu sempat menggores kulit Seokjin, kalung yang berada di lehernya mengeluarkan pendaran cahaya biru membuat kedua makhluk mengerikan itu terpental jauh sehingga menimbulkan suara gaduh.

Kemudian cahaya itu bersinar semakin terang melingkupi tubuh Seokjin dan perlahan pandangan bocah itu semakin memburam.

"Maaf, ibu terlambat putraku"

Flashback off

Seokjin menghela napas panjang, masih setia memeluk kedua lututnya. Bayangan mengenai masa lalu yang menyeramkan itu kembali melintas di benaknya.

Sejak saat itu dia tidak lagi dapat mempercayai seseorang, bahkan ketika pertama kali menginjakkan kakinya di sini, dia enggan berbicara kepada siapapun.

Bahkan guru-guru yang mengajar di akademi ini lebih memilih angkat tangan, menyerah akan kebungkamannya.

Namun beruntung Hoseok tidak pernah menyerah, dia terus dan terus berusaha mengajak Seokjin berbicara dan berinteraksi sehingga akhirnya semua usahanya membuahkan hasil.

Seokjin mulai mau berbicara dengannya meski hanya sepatah dua patah kata yang bahkan mungkin pernah di dengar oleh saudari-saudarinya.

"Aku benci hidupku" Gumamnya seraya menatap menerawang kearah danau.

"Jika kau sendiri membenci hidupmu, lalu siapa yang akan bersyukur atas kehidupanmu?" Seokjin terperanjat kaget di saat  Tiba-tiba sebuah suara menyahuti perkataannya.

Seokjin menoleh dan tidak mendapati siapapun di sekitarnya.

"Siapa itu?" Ucapnya dan menatap waspada ke sekitar.

"Ck, di atas sini, bodoh" Seokjin mendongakkan kepalanya dan mendapati sesosok berkulit pucat tengah duduk bersandar di atas salah satu dahan pohon dengan lengan kanan yang menutupi matanya.

"S-sejak kapan kau di sana?" Demi dewi Athena sang ibu, seokjin tidak dapat untuk tidak membelalakan kedua matanya saking kagetnya.

"Sejak kau mulai menendangi pohon tidak berdosa ini seperti orang kesetanan" Ucap pemuda berkulit pucat tersebut.

"Kenapa? Kau ada masalah dengan itu?" Ketus Seokjin dan membuang pandangannya kearah danau kembali.

"Kau idiot" Hanya dua kata dan Seokjin dapat merasakan amarahnya memuncak hingga ke ubun-ubun.

"Ya! Kau itu siapa sebenarnya hah?! Seenak jidatmu mengatai aku idiot, kau pikir kau itu adalah makhluk paling jenius di dunia ini, begitu!?" Marah Seokjin dengan wajah yang sudah memerah sempurna akibat menahan emosi.

Pemuda pucat itu menurunkan lengan yang menutupi matanya sehingga terlihatlah manik serupa dengan manik mata kucing tersebut.

Ia menatap Seokjin yang sudah mendelik kesal kearahnya, bahkan pemuda itu sudah berdiri dan berkacak pinggang di bawah sana.

"Selain idiot kau juga berisik"

Kedua mata doe milik Seokjin semakin melebar dan bersiap mengeluarkan rentetan kalimat kembali sebelum pemuda pucat itu meloncat dan mendarat tepat di sebelahnya.

"Aku Min Yoongi" Ucap pemuda itu dan berlalu begitu saja meninggalkan Seokjin yang termanggu dengan mulut yang terbuka lebar.

"Min..Yoongi?" Seokjin merasa tidak asing dengan nama itu, tetapi dia tidak dapat mengingat di mana dirinya pernah mendengar nama itu.

Satu detik...

Dua detik...

Tiga detik...

"Min Yoongi, si anak dewa Apollo itu?!"

*****

Dua hari telah berlalu semenjak kedatangannya ke tempat asing ini, dan Taehyung tidak dapat melakukan apapun selain duduk termanggu di depan jendela menyaksikan hamparan danau yang terbentang luas di hadapannya.

Ingin kembali ke rumah pamannya pun dia tidak bisa, dirinya seakan stuck di tempat ini dan tidak ada jalan keluar.

"Haah... menyebalkan" Desahnya kesal seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

"Siapa yang menyebalkan?"

Taehyung terperanjat kaget ketika mendengar suara yang tiba-tiba berada di belakangnya.

"Kau mengagetkanku" Ia mengelus dadanya dan menatap kesal pemuda yang sudah memasang cengiran khas miliknya, membuat kedua mata itu menyipit layaknya bulan sabit.

"Kapan kau datang?" Tanya Taehyung setelah selesai dengan keterkejutannya.

"Kau terlalu lama melamun sehingga tidak mendengar aku datang" Jawab Jimin seraya melepas mantel panjang yang dikenakannya dan kemudian menggantungnya pada gantungan yang berada di dekat jendela.

"Aah, ngomong-ngomong ini sudah dua hari sejak kedatanganmu, tapi kenapa kamarmu masih belum muncul?" Ucap Jimin tidak mengerti seraya menghempaskan tubuhnya keatas ranjang.

Taehyung tersungut kesal. "Jadi kau keberatan untuk menampungku di sini" Ucapnya.

Jimin mengangkat sedikit kepalanya untuk menatap Taehyung yang sudah berkacak pinggang kesal.

"Bukan begitu, tetapi bukankah itu sedikit aneh? Maksudku ketika aku pertama kali datang kemari Hoseok hyung mengatakan jika kamarku ini sudah muncul duluan sebelum kedatanganku, begitu juga dengan Jungkook ataupun seluruh penghuni akademi lainnya" Jelas Jimin.

Pemuda itu terlihat menimbang sesuatu dan menatap Taehyung dengan ragu.

"Apakah aku boleh bertanya kepadamu Tae?"

Taehyung menaikkan sebelah alisnya menanti pertanyaan yang akan di lontarkan oleh Jimin.

"Kau sebenarnya anak dewa siapa?"

*****
Don't copy my story okay!

15 Desember 2019

Revisi : 4 april 2020

~Weni

King of Demigod [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now