(18) bagian dari sebuah takdir

6.9K 920 15
                                    

Sudah tiga jam mereka berada di dalam ruang kesehatan itu, menunggui dua orang pemuda yang masih setia memejamkan matanya.

Sebenarnya Jungkook telah membuka matanya tiga puluh menit yang lalu dan mengumpat habis-habisan ketika mendapati tubuhnya yang tidak dapat digerakkan sama sekali.

Dia terus berusaha menggerakkan tubuhnya namun hanya berbuah sia-sia. Pada akhirnya Jungkook memutuskan untuk kembali memejamkan mata ketika mendengar serentetan omelan milik Seokjin yang memarahi ke keras kepalaannya.

Sedangkan pemuda yang satunya masih setia memejamkan mata tidak terganggu akan suara gaduh yang diciptakan oleh Seokjin, meski sesekali dia akan merintih serta terisak kecil memanggil ibunya.

Jimin menatap prihatin pemuda itu, dia bahkan terus duduk di sebelah pemuda itu dan sesekali menenangkannya ketika kembali merintih dan terisak.

Puk...

"Jim, aku dan Jin hyung akan mencari makanan. Kau mau ikut?" Tawar Hoseok yang masih memajang wajah mengantuk miliknya.

Jimin mendongak dan menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul dua belas siang.

"Tidak hyung, aku belum lapar. Jika kalian tidak keberatan bisakah membawakan makanan untukku saat kembali kemari?" Pinta Jimin membuat Hoseok menganggukkan kepala mengerti.

"Kalian terlalu sentimentil" Dengus Seokjin ketika dia dan Hoseok sudah keluar dari ruang kesehatan.

Hoseok menyikut rusuk Seokjin, membuat yang lebih tua mengerang kesakitan.

"Kau juga sama dengan kami, hyung" Balas Hoseok.

"Aku?" Tunjuk Seokjin kepada dirinya sendiri.

"Lalu untuk apa kau berada di ruangan itu selama tiga jam lamanya, huh?" Ucap Hoseok setengah kesal ketika melihat wajah polos milik Seokjin.

Seokjin mengerjap dan kemudian mengedikkan bahunya acuh.

"Aku hanya tidak memiliki kerjaan lain"

*****
Namjoon masih termenung di teras kamarnya, menghiraukan rentetan kalimat yang di lontarkan oleh Josh serta Dave yang sibuk mengoleskan obat pada luka-lukanya.

Pikirannya tertuju pada pemandangan di hadapannya secara random, berbagai macam hal yang tengah meng-langlang buana entah kemana.

Dia memikirkan kejadian di arena duel tadi, mulai dari pertarungannya dengan jungkook hingga kemunculan pemuda misterius itu.

Helaan napas panjang keluar dari dua belah bibirnya, kedua obsidian itu tampak tidak fokus, bahkan pangilan dari Dave pun dihiraukan olehnya.

"Namjoon" Dave sedikit mengguncang tubuh Namjoon berusaha mendapatkan fokus dari saudaranya kembali.

Namjoon mengerjap dan kemudian menatap kedua saudaranya.

"Hmm.." Gumam Namjoon.

"Sesuatu sedang mengganggumu?" Tanya Dave.

Namjoon memilih mengalihkan tatapannya kearah danau, di mana terdapat dua buah kamar yang berukuran cukup besar untuk dihuni oleh satu orang saja.

Itu adalah kamar milik Jimin dan Jungkook.

"Tidakkah ini semua sangat aneh, satu persatu putra dari dewa tertua Olympus mulai memunculkan dirinya" Ucap Namjoon akhirnya setelah terdiam cukup lama.

Josh sudah menghentikan ocehannya dan memilih menunggu kelanjutan dari ucapan Namjoon.

"Apakah sesuatu akan segera terjadi?" Tanya pemuda itu seraya menatap wajah kedua saudaranya.

King of Demigod [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now