(12) bagian dari sebuah takdir

6.9K 885 26
                                    

Sekali lagi kegemparan terjadi di
Zecourus, diakibat sebuah kamar baru yang muncul, tidak jauh dari kamar milik Jimin.

Mereka sibuk menerka siapa kiranya yang akan menghuni kamar dengan desain simple tetapi tetap menonjolkan sisi angkuh dengan warna gelap yang mendominasi.

"Apakah mungkin dia juga putra poseidon mengingat letak kamarnya yang dekat dengan milik Jimin?" Tebak Hoseok yang saat ini telah berada di kamar Seokjin.

Mereka bertiga memutuskan untuk berdiam di kamar Seokjin untuk sementara waktu dari pada melihat kegaduhan yang terjadi di luar sana hanya karena sebuah kamar.

Jimin yang tadinya menopang dagu seketika menegakkan tubuhnya ketika mendengar perkataan Hoseok.

"Tidak mungkin, hanya ada aku dan Jihyun hyung. Tidak ada yang lain" Bantah Jimin. "Kalau pun ada yang lainnya, maka sudah sejak lama kami akan menemukannya" Lanjut Jimin.

Hoseok mencebikan bibir dan mengerutkan dahi berusaha menyusun hipotesa lainnya.

"Sudahlah, sebaiknya kita tunggu saja penghuni kamar itu. Untuk apa kalian pusing-pusing memikirkannya?" Timpal Seokjin yang tengah membaca buku di atas kursi malasnya yang berada di sudut ruangan.

Sebenarnya dia juga 'sedikit' penasaran, garis bawahi itu. Tentu saja, siapa yang tidak bertanya-tanya jika tanah yang selama ini kosong tiba-tiba muncul bangunan baru, dan yang lebih menggemparkan adalah ternyata penghuninya bukanlah orang sembarangan.

Jimin misalnya, statusnya sebagai putra salah satu dewa tertua membuat dia cukup disegani dan diperhitungkan pada minggu pertama kedatangannya.

Belum lagi kemampuannya yang sangat luar biasa, membuat orang  mengambil jarak aman dari pada berurusan dengannya. Padahal Jimin sendiri merasa tidak pernah membuat yang lain ketakutan seperti itu.

Jimin merebahkan kepalanya di atas meja belajar seokjin, dia sangat lelah dan ingin pulang ke kamarnya, tetapi melihat banyaknya orang yang berkumpul untuk menanti penghuni baru itu berhasil membuat ia mengurungkan niatnya.

Lagi pula apa untungnya mereka menunggui si penghuni baru itu, buang-buang waktu saja.

Brakk...

Suara sesuatu yang terjatuh terdengar cukup keras berhasil menarik perhatian ketiga pemuda itu.

Jimin menatap keluar jendela dan mendapati sesosok tidak dikenalinya tengah bersandar pada sebatang pohon yang terdapat tidak jauh dari kamar Seokjin.

Orang itu tampak kesakitan sembari meremas baju pada bagian dadanya. Belum lagi bokingan pada selembar kain berwarna hitam itu membuat keadaannya tampak semakin mengenaskan.

Jimin tanpa sepatah katapun berlari melesat keluar untuk menghampiri sosok asing tersebut.

"Jimin!" Seru Hoseok dan berlari mengejar Jimin di-ikuti oleh Seokjin di belakangnya.

Mereka bertiga kini sudah berada di hadapan seorang pemuda berambut lumayan gondrong, hampir menutupi kedua matanya, dia terus merintih kesakitan.

"Ayo kita bawa ke kamar Seokjin hyung saja" Ucap Hoseok seraya meraih tangan pemuda itu.

"Apa? Kenapa harus ke kamarku!" Protes Seokjin tidak terima.

"Kamarmu yang paling dekat dari sini hyung, kasihan dia" Ucap Jimin yang telah ikut meraih tangan Pemuda asing tersebut dan melingkarkannya pada lehernya.

"Ughh..." Pemuda itu kembali merintih dengan kedua manik mata yang setengah terbuka.

Akhirnya dengan berat hati Seokjin kembali menampung orang asing di kamarnya.

Mereka membaringkan pemuda itu di atas ranjang, hingga manik mata Jimin menangkap sesuatu yang janggal pada leher pemuda itu. Seperti sebuah tatto tetapi anehnya tatto itu berpendar kemerahan seperti terbakar.

Dengan segera diraihnya liontin pemberian Jihyun dan menarik keluar air yang berada di dalamnya, sehingga membentuk gumpalan pada telapak tangannya.

Mengarahkan gumpalan air itu ke tatto di leher pemuda itu, perlahan erangan kesakitan itu tidak terdengar lagi, kedua kelopak mata itu telah tertutup sepenuhnya dengan napas yang teratur.

"Apa yang kau lakukan kepadanya?" Tanya Hoseok seraya mengamati Jimin yang memasukkan kembali gumpalan air itu kedalam liontinnya.

"Itu adalah air dari mata air Poseidon, Jihyun hyung mengatakan jika air itu sangat berguna dan akan berubah menjadi apapun yang kami butuhkan" Jelas Jimin.

"Termasuk dengan trisula yang kau pakai dalam kelas duel itu?" Kini gantian Seokjin yang bertanya.

"Ya, itu adalah hadiah dari ayah kami" Jawab Jimin.

Seokjin dan Hoseok menganggukkan kepala mereka mengerti.

Kini fokus ketiganya kembali tertuju kepada pemuda yang tidak sadarkan diri di atas ranjang Seokjin.

"Apakah mungkin dia adalah penghuni baru itu?"

*****
Teng...

Teng...

Teng...

Terdengar bunyi dentang jam sebanyak tiga kali menandakan sudah pukul tiga sore.

Tetapi sepertinya itu tidak berpengaruh bagi Taehyung, dia masih betah menempelkan bokongnya di atas kursi perpustakaan kota itu.

Menghiraukan fakta bahwa sudah tiga jam lamanya dia mendekam di dalam bangunan dua lantai itu.

Di hadapannya berserakan buku-buku tebal dengan berbagai judul yang merujuk pada satu topik.

Dewa dan dewi olympus

Hari ini dia memang sengaja mengunjungi perpustakaan yang berada di pusat kota Seoul untuk mengetahui apapun yang bisa di ketahuinya tentang sang ayah.

Dia tidak dapat hidup seperti ini terus, ia butuh kepastian tentang siapa dia dan jati dirinya.

Tetapi tampaknya tidak akan cukup jika hanya membaca buku-buku tua dan berdebu di hadapannya.

Apa Taehyung perlu bertanya kepada seseorang?

Tetapi siapa?

Manik hazel itu kembali menelusuri lembar demi lembar kertas yang telah berubah menjadi kuning akibat termakan oleh usia.

Hingga sebuah gambar berhasil menarik atensinya. Gambar sebuah batu kristal dengan bentuk yang khas berwarna kelabu.

Seketika ia teringat akan kristal berwarna kelabu yang diberikan oleh ibunya sesaat sebelum kejadian tragis itu terjadi.

Jemari panjang itu saku celananya dan menghela napas lega ketika menemukan kristal yang bahkan tidak lebih besar dari ibu jarinya tersebut.

Kedua hazelnya menatap kristal itu dengan seksama dan kembali melirik buku yang masih terbentang itu.

Pecahkan dan kau akan menemukan jawabannya.

Apa maksud dari kalimat itu?

Taehyung mengerutkan dahinya dan kemudian menggaruk dagunya kasar.

Memecahkan?

Apakah seperti memecahkan teka-teki atau mungkin memecahkan yang di maksud di sini memecahkan secara harfiah?

Benar-benar memecahkan baru kristal itu, mungkin?

Taehyung menggebrak meja dengan kasar. Dapat dipastikan jika dalam beberapa menit lagi Taehyung akan mendekam di dalam rumah sakit jiwa, memikirkan semua misteri ini sendirian cukup merenggut kewarasannya.

*****
Don't copy my story okay!

4 Desember 2019

Revisi : 19 maret 2020

~Weni



King of Demigod [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now