(16) bagian dari sebuah takdir

6.9K 953 58
                                    

Pertarungan antara Namjoon dan Jungkook berlangsung dengan sengit, tidak ada yang mau mengalah di antara kedua belah pihak.

Tubuh Namjoon telah penuh dengan luka-luka gores, sedangkan Jungkook, ah, tidak ada luka yang terukir di tubuhnya, tetapi wajahnya telah berubah menjadi pucat pasi.

Dia terlalu menguras tenaganya, belum lagi pedang yang berada di tangannya ini memerlukan tenaga yang sangat besar untuk dapat menggunakannya.

Bahkan kedua tangan Jungkook sudah mati rasa akibat banyaknya tenaga yang diserap oleh pedang itu, ditambah dengan proses regenerasi luka-luka yang ia dapatkan dari Namjoon membuat energinya semakin terkuras habis.

Putra Ares itu memang patut untuk diperhitungkan. Bukan sekali dua kali Jungkook melayangkan serangan seriusnya, tetapi Namjoon dengan mulus berhasil menghindarinya.

Seakan tahu jika Jungkook sedang berusaha merubahnya menjadi abu dan mengirimnya untuk bertemu dengan ayah pemuda itu.

Bel yang menandakan waktu jeda telah berbunyi, baik Jungkook maupun Namjoon menghampiri sudut di mana mereka masuk pada awal pertarungan tadi.

Jungkook jatuh terduduk di atas kursi yang tadinya di duduki oleh Seokjin.

Sedangkan di sebelahnya tampak Jimin serta Hoseok yang menatap khawatir pada pemuda itu, sedangkan Seokjin telah mendengus keras.

"Jika terus seperti ini, kau yang akan mati konyol karena kehabisan tenaga" Ucap Seokjin dengan nada acuhnya. Namun tak bisa dipungkiri bahwa dia sedikit khawatir melihat keadaan Jungkook yang jauh dari kata baik-baik saja.

Hoseok menepuk bahu lebar Seokjin dengan gemas. "Jaga ucapanmu, hyung" Ucap putra Aprodhite itu.

Sedangkan Seokjin mengelus bahunya seraya mengomel kesal  membuat kedua bibir gemuknya maju beberapa centi.

Jimin tengah membalut kedua telapak tangan Jungkook yang melepuh dengan perban.

"Apakah memang seperti ini?" Tanya Jimin. Jungkook menaikkan alisnya tidak mengerti.

"Setiap kau memegang pedang itu, apakah selalu seperti ini?" Tanya Jimin memperjelas kalimatnya.

"Tidak pernah separah ini" Jawab Jungkook sekenanya dan kemudian menatap Namjoon yang berada di sudut yang berlawanan dengannya.

"Lawan yang cukup menarik" Gumamnya seraya tersenyum miring.

Jimin mendongak. "Kau mengatakan sesuatu?" Tanya sang putra Poseidon ketika mendengar gumaman Jungkook.

Jungkook balas menaikkan sebelah alisnya dan kemudian bangkit ketika suara bel kembali terdengar, menandakan pertarungan akan kembali dilanjutkan.

Crass...

Cincin Jungkook kembali berubah menjadi pedang, namun kini benda itu telah di kelilingi oleh lidah api, yang seakan siap menghanguskan apapun yang berani berhadapan dengannya.

"Jangan memaksakan dirimu, Jungkook-ah" Ucap Hoseok cemas.

Jungkook sedikit menoleh dan kemudian memasang seringaian andalannya.

"Semuanya akan selesai dengan satu serangan"

Sedangkan di sudut lain Namjoon telah bersiap dengan pedang yang jauh lebih besar di tangannya.

Pedang itu adalah gabungan dari kedua pedang yang biasa digunakan olehnya. Pedang dewa Ares yang sesungguhnya.

Akibat terlalu berbahaya dan menguras banyak tenaga untuk menggunakannya, Namjoon memutuskan untuk memecah pedang itu menjadi dua.

Tetapi sepertinya kali ini adalah saat yang tepat untuk kembali menggunakannya setelah beberapa hari yang lalu pedang itu hampir saja menghancurkan separuh bangunan akademi.

"Kau yakin akan menggunakannya kepada bocah itu, Joon?" Tanya Dave sedikit khawatir, kedua manik matanya terus menatap pedang sang ayah yang berada di tangan Namjoon.

Ia bergidik ngeri ketika mengingat seberapa besar kekuatan yang dimiliki oleh benda itu.

Sedangkan Josh tidak dapat menutupi binar pada wajahnya, ia begitu tidak sabar untuk melihat kekuatan menakjubkan dari pedang itu.

"Aku akan menyelesaikan ini dengan satu serangan" Kata-kata yang hampir serupa dengan Jungkook mengalun dari bibir tipisnya.

Namjoon mengangkat kedua alisnya dan kemudian tersenyum miring. "Kurasa dia adalah orang yang tepat untuk mencari tahu seberapa kuat pedang ini" Lanjutnya.

Dia berjalan menuju ketengah arena, setengah berlari seraya mengacungkan tinggi-tinggi pedang besar itu.

Begitu juga dengan Jungkook, dia sudah berlari dan kemudian melompat tinggi dengan kedua tangan yang menggenggam erat gagang pedangnya. Lidah api yang mengelilingi pedangnya juga semakin besar dan menyala terang.

Sorak-sorai penonton menjadi lagu pengiring pertarungan sengit yang terjadi sore itu.

Namun sebuah cahaya yang cukup terang muncul tepat sebelum kedua pedang itu saling beradu, membuat mereka semua yang berada di sana memejamkan mata akibat tidak sanggup menahan intensitas cahaya yang masuk kedalam kedua mata mereka.

Begitu juga dengan Namjoon dan Jungkook, keduanya telah memejamkan mata dengan tangan yang masih menggenggam erat gagang pedang masing-masing.

Tidak ada waktu untuk menghindari serangan lawan, keduanya memilih untuk pasrah jika seandainya serangan mereka meleset.

Perlahan cahaya terang itu mulai meredup, seluruh orang yang berada di sana membelalakkan mata melihat ke arah arena pertarungan.

Begitu juga dengan Jimin, dia mengguncang bahu hoseok dan Seokjin dengan heboh seraya menatap tidak percaya akan apa yang sedang dilihatnya saat ini.

Seokjin membuka kedua matanya dan ikut membulatkan kedua bola matanya kaget.

Bagaimana tidak kaget, ketika mendapati seorang pemuda tengah berdiri diantara Namjoon dan Jungkook yang masih mengacungkan pedang mereka.

Dan yang lebih membuat Seokjin menganga tidak percaya adalah ketika pemuda itu menahan kedua pedang yang hampir mengenai tubuhnya dengan kedua tangannya.

Catat itu, hanya menggunakan tangan dan dia mampu menghentikan dua pedang yang sangat mematikan itu.

Kedua manik mata pemuda itu berpendar keabuan, sebuah aliran listrik berwarna biru muncul dari tangannya dan mengalir kepada kedua pedang itu, membuat Jungkook dan Namjoon yang masih berada dalam mode blank melepaskan pedang mereka.

Perlahan pendaran dari kedua manik mata pemuda itu meredup dan berubah menjadi cokelat hazel seperti sedia kala.

Ia melepaskan kedua pedang yang masih di genggamnya, menimbulkan suara yang cukup bising di dalam ruangan yang seketika menjadi hening tersebut.

Seketika tubuh pemuda itu ambruk keatas lantai menyisakan keheningan yang menyelimuti mereka semua yang  baru saja menyaksikan kejadian yang berada di luar nalar.

*****
Don't copy my story okay!

10 Desember 2019

Revisi : 30 maret 2020

~Weni

King of Demigod [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang